Lalu apa ide tersebut? ya, dengan mengolahnya terlebih dahulu “akan sia-sia jika pisang dengan kualitas terbaik tapi hanya dijual dalam bentuk buah lalu dipasarkan” ucap Vendi. Kelompok ini ingin memanfaatkan pisang tersebut agar memiliki nilai jual dengan diolah menjadi keripik pisang. Dengan begitu “tidak perlu susah susah kita mencari pembeli, dengan kita membuat produk keripik pisang yang menarik, pembeli yang akan mencari kita” ucap Keke.
Pada hari berikutnya kelompok tersebut pun mengumpulkan warga untuk memberikan edukasi kepada warga bojong koneng untuk memberikan pemaparan bagaimana cara mengolah pisang menjadi keripik pisang. Diluar ekspetasi kelompok ini, para warga desa ini sangat mahir dalam mengolah pisang menjadi keripik.tapi, warga kebingungan “jika hanya keripik pisang saja dipasaran pun banyak” ucap segelintir warga yang mayoritas hadir adalah ibu rumah tangga.
Tidak mau warga pesimis dengan ide tersebut, kelompok ini memberikan solusi “tenang ibu-ibu, bagaimana jika keripik pisang ini kita beri varian rasa? jadi tidak hanya polos keripik pisang, kita kasih varian rasa seperti coklat, strawberry dll. Pasti produk ini tidak akan kalah saing dengan produk keripik pisang yang lain” ucap Putri (Bogor, 19 November 2021).
Warga pun terlihat sangat antusias menanggapi hal ini. Dengan basic sedikit pengetahuan tentang f&b, Putri pun dicecar banyak pertanyaan seputar olahan keripik tersebut.
Kembali kepermasalan utama, minimnya pengetahuan bagaimana cara penjualan, mahasiswa teknik industri ini memberi edukasi tentang dasar strategi pemasaran seperti penentuan pasar, perencanaan produk, manajemen harga, distribusi, komunikasi dan promosi. Banyak materi yang diberikan kepada masyakarkat. Warga pun terlihat sangat fokus mendengarkan.
Tidak mau warga tegang, bosan serta kebingungan diberi materi yang cukup asing di kepala warga. mereka mengadakan kuis berhadiah dengan memberi pertanyaan seputar materi yang sudah dipaparkan, warga sangat antusias menjawab. Suasana pun kembali cair dan mahasiswa ini pun senang karena materi yang dipaparkan dimengerti oleh warga.
Dan satu lagi permasalahan didesa ini adalah dengan media komunikasi,di desa ini sinyal sangat kurang baik, saat kami mengedukasi bagaimana penjualan produk melalui platform digital seperti sosial media, tempat belanja online dll, warga disini kesulitan karena untuk membuka aplikasi saja susah. Jangankan membuka aplikasi, ingin mengirim pesan melalui whatsapp saja harus mencari lokasi yang ada sinyal terlebih dahulu agar pesan terkirim.
Mohon untuk pemerintahan setempat, lebih diperhatikan lagi desa desa yang jauh dari perkotaan ini, terutama masalah jaringan. Bagaimana desa ini ingin berkembang jika sinyal saja susah. revolusi industri sudah mencapai 4.0 dan ingin menuju 5.0. semua serba digitalisasi, jangan sampai warga-warga desa terkena dampak buruk revolusi industri karena tertinggal jauh dari segi digitalisasi. Kelompok ini berharap keseriusan pemerintah setempat untuk lebih fokus terhadap potensi-potensi yang ada didesa.
Tidak hanya desa Bojong Koneng saja, namun di desa desa lain pun demikian. Mereka yakin masih banyak potensi desa desa lain yang amat menarik untuk dikembangkan. Semoga pemerintah peka terhadap apa yang diinginkan warga desa agar tercipta kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.