Mohon tunggu...
Dita Nurwijaya
Dita Nurwijaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswi

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saat Anak Keras Kepala, Apa yang Harus Orangtua Lakukan?

25 November 2019   21:41 Diperbarui: 25 November 2019   21:52 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Terkadang kita ingin marah ketika anak menunjukkan sikap keras kepalanya. Khususnya, anak sudah bisa membantah ucapan orang tua dan bersikeras sampai akhir. Sikap anak yang keras kepala tidak selalu menunjukkan sikap yang negatif.

Hal ini merupakan sebagian dari bukti pertumbuhan anak yang sudah bisa mengemukakan pendapatnya sendiri dan sudah dapat berpikir sendiri akan hal yang dilakukannya. akan tetapi saat anak menunjukkan sikap yang berlebihan, sebagai orang tua menangani anak harus dengan penanganan yang tepat. 

1. berbicaralah dengan tegas ketika diperlukan. ketika usia 3-4 tahun anak sudah bisa menunjukkan sikap untuk mengemukakan pendapatnya dan bersikap keras kepala, karena anak sudah bisa memahami situasi di sekitarnya, tentunya sikap keras kepala yang ditunjukkan berbeda saat anak usia 2 tahun.

Jika anak menunjukkan tindakan yang berbahaya, jangan memohon kepada anak untuk tidak melakukannya, tetapi coba bicara dengan tegas kepada anak. contohnya "dek, dengarkan ucapan bunda dan jangan lakukan itu". 

Berbicara dengan tegas kepada anak memang susah gampang, karena setiap perlakuan dan ucapan akan diperhatikan oleh anak dan akan membawa dampak pada diri anak. hindari ucapan ini kepada anak "kalau adek tidak mendengarkan bunda, bunda telponkan pak polisi" ucapan tersebut adalah suatu upaya menakut-nakuti anak dengan kondisi yang bukan sebenarnya.

Ketika anak tetap keras kepala, hindari ucapan memohon kepada anak, misalnya "adek, tolong dong dengarkan perkataan bunda". untuk meredakan suasana yang rumit ketika anak keras kepala hindari untuk memberikan negosiasi kepada anak, misalnya "kalau adik mendengar ucapan bunda, bunda akan belikan mainan untuk adik".

2. memahami sudut pandang anak. anak dapat memikirkan sebuah situasi menjadi beberapa situasi, yang artinya kemampuan berpikir anak sudah berkembang. jika kemampuan berpikir anak masih belum bisa dalam memahami situasi atau masih belum berkembang dengan fleksibilitas maka jangan memberikan perintah yang cukup keras kepada anak.

Jika penanganan tidak tepat dapat menghasilkan dampak anak yang semakin bersikeras pada pemikirannya sendiri. sebagai orang tua perlu memahami mengapa anak memiliki pemikiran seperti itu. mintalah penjelasan alasan mengapa anak memiliki pemikiran tersebut dan cobalah memahami sebagai diri anak. 

3. mengajarkan anak untuk mempertimbangkan pendapat orang lain. anak-anak bersikap keras kepala karena anak-anak memiliki pendapat pribadi yang kuat dikarenakan kurangnya memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan pendapat orang lain.

Anak-anak memiliki pemikiran yang kuat dan menganggap pendapatnya selalu benar didepan orang lain, sehingga anak akan selalu mencari cara untuk memenangkan pendapatnya dan pada akhirnya bisa saja anak akan menjauhkan diri dari hubungan pertemanan orang lain karena pendapatnya yang tidak terpenuhi. 

4. membantu anak mengubah pemikirannya sendiri. temperamen dan kecenderungan yang dimiliki oleh anak menjadi penyebab bergantungnya anak bersikap keras kepala. ketika anak takut dengan lingkungan yang asing menurutnya dan memiliki temperamen yang sulit dan orang tua menunjukkan hal-hal yang tidak biasa kepada anak, kemungkinan anak akan bersikeras untuk menolak tawaran atau perintah orang tua.

Jika sikap keras kepala anak muncul karena temperamen anak, sebaiknya hindari untuk memarahi anak, akan tetapi sebaiknya ajak anak untuk mengubah pemikirannya. berikan pengertian kepada anak bahwa saat anak mengubah pemikiran dan sikapnya, maka situasi pun akan berubah menjadi situasi yang positif. membantu anak dalam memahami bahwa mengubah pemikiran tidak akan membahayakan. 

contohnya ketika lagi bepergian di luar anak melihat ada orang yang berjualan mainan, anak meminta dibelikan mainan ke ayahnya. saat itu ayah tidak memiliki uang yang cukup untuk membelikan mainan anaknya, dengan begitu ayah tidak bisa membelikan anak mainan akan tetapi anak tetap bersikeras untuk minta dibelikan mainan itu. 

Sebaiknya ayah memberikan pemahaman kepada anak bahwa anak bisa membeli mainan itu dengan uangnya sendiri tanpa meminta dibelikan oleh ayah "nak, maaf ayah saat ini tidak bisa membelikan kamu mainan, tetapi kamu bisa membelinya sendiri suatu hari dengan kamu menabung uang jajan yang dikasih oleh ayah setiap harinya". dengan begitu anak dapat mengubah pola pikirnya bahwa dia bisa membeli mainan sendiri dengan cara menabung, tanpa merengek ke ayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun