Artikel ini membahas tentang ekonomi yang menjadi penyebab anak putus sekolah. Pendidikan adalah hal yang sangat penting yang tidak dapat kita lakukan tanpanya terpisah dari kehidupan manusia dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa.Â
Sebagai negara berkembang, Indonesia  membutuhkan sumber daya manusia kualitas Salah satu upaya konstruktif sumber daya manusia  berkualitas adalah melalui pendidikan. Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan Pendidikan formal memegang peranan yang sangat penting dalam terwujudnya tujuan pendidikan  melalui proses belajar mengajar secara nasional.Â
Peran pendidikan dalam pembangunan ekonomi mempunyai dampak yang  signifikan Mengenai pembangunan ekonomi, terdapat bukti nyata dari beberapa penelitian Akademisi Pendidikan memegang peranan penting sebagai kebutuhan dasar Untuk menciptakan tenaga kerja terlatih dan terdidik  yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan perekonomian nasional dan mempersiapkan seseorang untuk menjadi tenaga kerja potensial. masalah ini nantinya  mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja yang efektif meningkatkan pendapatan nasional.
Putus sekolah merupakan suatu kejadian yang sangat mengkhawatirkan dalam Pendidikan di beberapa negara, termasuk di negara kita sendiri, yaitu Indonesia. Kejadian ini menimbulkan beberapa pertanyaan mengapa faktor ekonomi menjadi penyebab utama siswa putus sekolah yang terjadi.
Faktor keuangan menjadi masalah serius yang dapat mempengaruhi Pendidikan keluarga dan siswa. Siswa dengan kondisi keuangan keluarga yang buruk biasanya tidak menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat akhir, mereka hanya bisa sekolah sampai tingkat dimana keluarganya mampu.
Alasan mengapa ekonomi menjadi penyebab putus sekolah
Pendidikan ekonomi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan siswa. Anak yang tubuhnya sehat, terpenuhi kebutuhan gizinya, dan tercukupi kebutuhannya akan meningkatkan rasa percaya diri siswa di sekolah.  Untuk mengatasi permasalahan  putus sekolah, diperlukan tindakan khusus oleh pemerintah dan berbagai kelompok kepentingan untuk meningkatkan ketersediaan dan mutu pendidikan di seluruh lapisan masyarakat. Â
Oleh karena itu, faktor ekonomi dinilai menjadi penyebab utama meningkatnya angka putus sekolah di Indonesia.  Faktor ekonomi menjadi penyebab utama meningkatnya angka putus sekolah karena terbatasnya sumber daya dan kesempatan. Banyak keluarga  Indonesia yang hidup di bawah  atau sedikit di atas garis kemiskinan dengan pendapatan minimum.
Dalam situasi seperti ini, prioritas keluarga terfokus pada kebutuhan dasar seperti pangan, papan dan kesehatan. Pendidikan seringkali dipandang sebagai kebutuhan yang tidak terlalu mendesak dan hanya dijadikan pilihan kedua. Â
Selain itu, tingginya biaya pendidikan  menjadi kendala bagi banyak keluarga dengan anggaran terbatas. Sekolah negeri, yang seharusnya menawarkan pendidikan gratis, seringkali mengenakan biaya tambahan seperti  seragam, buku, dan biaya ekstrakurikuler.Â
Sebaliknya, sekolah swasta dengan fasilitas yang  lebih baik membebankan biaya yang jauh lebih tinggi. Akibatnya, banyak orang tua yang tidak mampu menanggung biaya-biaya tersebut, sehingga membatasi akses anak mereka terhadap pendidikan yang lebih baik.Â
Selain itu, kesenjangan ekonomi yang meluas di masyarakat juga  meningkatkan jumlah anak putus sekolah. Keluarga yang berlatar belakang ekonomi rendah biasanya rentan mengalami kesulitan keuangan dan tidak mempunyai kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Hal ini dapat menimbulkan siklus kemiskinan yang sulit diputus, dimana anak-anak yang tumbuh dalam keluarga miskin cenderung mengalami kesulitan serupa dalam mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Â
Secara umum, faktor ekonomi berperan penting dalam peningkatan ESL di Indonesia. Keterbatasan sumber daya, biaya pendidikan yang tinggi, dan ketimpangan ekonomi yang disebabkan oleh pekerjaan merupakan permasalahan terbesar yang dihadapi keluarga dan siswa.Â
Oleh karena itu, faktor ekonomi dinilai menjadi penyebab utama meningkatnya jumlah anak putus sekolah di Indonesia. Diharapkan angka putus sekolah dapat dikurangi dan pendidikan menjadi lebih inklusif sehingga menghasilkan generasi yang lebih berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H