Sebaliknya, sekolah swasta dengan fasilitas yang  lebih baik membebankan biaya yang jauh lebih tinggi. Akibatnya, banyak orang tua yang tidak mampu menanggung biaya-biaya tersebut, sehingga membatasi akses anak mereka terhadap pendidikan yang lebih baik.Â
Selain itu, kesenjangan ekonomi yang meluas di masyarakat juga  meningkatkan jumlah anak putus sekolah. Keluarga yang berlatar belakang ekonomi rendah biasanya rentan mengalami kesulitan keuangan dan tidak mempunyai kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Hal ini dapat menimbulkan siklus kemiskinan yang sulit diputus, dimana anak-anak yang tumbuh dalam keluarga miskin cenderung mengalami kesulitan serupa dalam mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Â
Secara umum, faktor ekonomi berperan penting dalam peningkatan ESL di Indonesia. Keterbatasan sumber daya, biaya pendidikan yang tinggi, dan ketimpangan ekonomi yang disebabkan oleh pekerjaan merupakan permasalahan terbesar yang dihadapi keluarga dan siswa.Â
Oleh karena itu, faktor ekonomi dinilai menjadi penyebab utama meningkatnya jumlah anak putus sekolah di Indonesia. Diharapkan angka putus sekolah dapat dikurangi dan pendidikan menjadi lebih inklusif sehingga menghasilkan generasi yang lebih berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H