"Lihat dia sudah sadar!"
"Apa kau baik baik saja?"
Samar samar suara itu semakin terdengar jelas. Bara dapat merasakan nada khawatir di setiap kalimat yang keluar dari mulut orang orang yang menanyakan keadaannya.
Anehnya, Bara tidak mengenali wajah-wajah yang kini memandangi dirinya dengan tatapan sendu tersebut. Ia kembali melihat sekeliling, berharap ada satu wajah yang familiar dimatanya. Seseorang masuk dan Bara menghentikan pencariannya.
"Sedang apa kita disini? Kalian semua ini siapa?" tanya Bara perlahan yang masih bingung dengan segala situasi yang terjadi hingga dirinya berada di sebuah tempat asing.
"Kamu benar-benar tidak mengingat apapun? Ini aku, Anaya!" tanya sedikit meninggi menatap kedua bola mata Bara.
Bara terdiam. Di tatapnya perempuan pemilik sepasang bola mata berwarna cokelat itu lekat-lekat. Cukup lama sampai akhirnya ia yakin, bahwa dirinya kenal sekali dengan tatapan ini. Sentuhan tangan perempuan dihadapannya ini bukanlah sesuatu yang asing.
"Maafkan aku Anaya" ucap Bara lagi. "Tapi apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Bara pada Anaya yang kini sedikit tersenyum ke arahnya mendengar laki laki itu menyebutkan namanya.
"Baginda Raja tiba-tiba saja mengeluarkan titah agar pihak kerajaan memburumu" jawab Anaya jujur dengan nada mengantung, berharap Bara masih memiliki sedikit ingatannya.