Halo nama aku Gita. Biasa teman-teman panggil aku Gita, aku tinggal di pinggiran ibukota Jakarta yaitu daerah Tangerang. Aku menulis ini memakai nama samaran aku dan di sini aku ingin bercerita tentang kisah aku sedikit, hitung-hitung berbagi pengalaman dan pelajaran soal percintaan.
Ini tentang kisah aku yang sedang bingung sama mantan aku lalu aku menemukan sesosok lelaki yang aku kira akan menyembuhkan luka dan trauma dengan mantan aku. Tetapi ternyata itu makin  membuat aku terluka dan trauma yang mendalam akan hal percintaan sampai saat ini. Entah trauma atau bukan tetapi ini membuat aku tidak mudah lagi percaya dengan laki-laki yang ingin mendekati aku, oke daripada kelamaan aku mulai saja ceritanya.
Pada akhir bulan Juli lalu aku menemukan seseorang yang menurut aku bisa berteman saat aku sedang bingung dengan mantan aku, sebut saja 'dia'. Dia ini chat aku dalam suatu aplikasi, awalnya kita chat biasa perkenalan dan sebagainya. Dia baik, dia mudah bergaul dan kebetulan sekali sekolah dia aku kenal di daerah kota kita. Iya kita satu kota, sebelum sama dia aku dan mantan aku ini beda kota aku Tangerang dan dia Surabaya.
Biasanya anak zaman sekarang menyebut dengan sebutan 'Long Distance Relationship' atau 'pacaran virtual'. Karena hanya bisa chat, telefon dan video call saja belum pernah bertemu. Aku dan dia makin intens dalam chat, dia sempat ingin mengobrol dengan aku lewat telefon tetapi aku tolak sekali, dua kali.
Dia juga sempat ingin mengajak aku bertemu di luar, tetapi aku menolak dia berkali-kali. Bukan karena aku sombong, tetapi aku memang belum pernah bertemu dengan laki-laki keluar rumah berdua.
Jujur pada satu sisi aku ingin, tetapi pada satu sisi aku juga takut bertemu dengan dia. Pada suatu hari aku meyakinkan diri untuk bertemu dengan dia, pada satu sisi aku kepikiran dengan mantan aku yang dahulu masih sering menanyakan kabar kepada aku.
Aku menjawab ajakan si dia untuk bertemu dan jalan-jalan dengan dia, pada malam itu aku jalan-jalan dengan dia dan makan di suatu angkringan. Malam itu pertama kali aku keluar dengan laki-laki, aku merasakan hal yang berbeda dengan jalan sama laki-laki langsung dengan video call saja.
Lambat laun aku dan dia makin dekat, kedua kali aku jalan-jalan sama dia sedikit nyaman karena dia baik. Sebelum dia menanyakan kepastian kepada aku lewat chat dan telefon, yang membuat aku percaya dia benar-benar bisa membuat seseorang perempuan percaya kepada dia dengan kata-kata lembut itu dan aku terjebak dengan kata-kata itu.
Pertemuan kedua dia menanyakan jawaban aku apakah aku siap menerima dia sebagai pacarku, tetapi aku masih ragu sama dia entah mengapa aku belum ingin menerima dia walaupun aku sudah nyaman. Kata dia "bagaimana jawaban kamu?" aku masih diam tidak menjawab slang beberapa detik aku menjawab dengan bilang "iya aku mau".Â
Aku memang belum sayang sama dia setelah di telefon aku menjawab saja dengan perasaan yang palsu. Selama aku menerima dia sebagai pacar aku, aku memang suka dengan perlakuan dia tetapi aku sama sekali belum memiliki perasaan kepada dia. Setelah beberapa hari aku chat dengan dia dia mengajak aku bertemu kembali untuk bermain dan jalan-jalan.
Aku menjawab ajakan tersebut karena aku sebagai pacar dia tidak enak hati jika menolak ajakan dia. Pada malam itu dia berbeda seperti ada yang di sembunyikan oleh dia, dan dia menanyakan beberapa pertanyaan kepada aku tentang sosial media pribadi.
Dia bertanya apakah aku orang yang tipikal mengecek hand phone pasangan atau tidak dan aku menjawab tidak karena kita baru berpacaran beberapa hari yang lalu.Â
Aku memang tidak mau mengecek hand phone pasangan kalau kita belum lama menjalin hubungan, aku dan dia juga tidak bertukar sosial media apapun. Di zaman sekarang anak muda berpacaran pasti suka bertukar sosial media seperti dan yang lain, mungkin takut di antara kita menutupi sesuatu hal.
Dan apa yang selama aku kira ini benar, ternyata dia ada perempuan lain di belakang aku. Yang dari awal dia berubah, menanyakan hal yang menurut aku itu tidak patut di bahas. Dia ketahuan sama aku kalau dia punya perempuan lain tetapi aku hanya bisa diam dan tidak mau bilang dengan dia, aku mulai mencari bukti-bukti yang lain supaya aku memang benar-benar percaya kalau dia sedang selingkuh.
Aku sudah menemukan beberapa bukti, tetapi bukti itu masih aku simpan sampai di waktu yang tepat. Sebelum sampai di waktu yang tepat ternyata dia sudah memblokir aku dahulu di aplikasi chat tersebut. Tanpa sekata dua kata pun dia tidak bilang pada aku dan tidak menjelaskan apa-apa menghilang begitu saja atau yang biasa anak zaman sekarang bilang 'ghosting', aku yang tidak tahu salah aku di mana aku kebingungan mengapa dia memblokir aku.
Setelah aku mencari tahu beberapa hari kemudian aku tahu alasan mengapa dia tiba-tiba menghilang begitu saja, ternyata di sini aku hanya teman biasa dia untuk main keluar. Karena dia dan pacarnya Long Distance Relationship jadi, dia memacari aku dengan alasan tidak kuat kalau Long Distance Relationship dengan pacar dia yang sekarang itu dia tidak bisa main dengan perempuan.
Aku yang tahu ini kesal dan tidak suka, walaupun aku yang memberitahu pacar si dia ini, tetapi aku kesal sekali dengan dia mempermainkan dua perempuan sekaligus.Â
Aku yang tahu akan hal itu langsung tidak menganggap dia sebagai pacar aku lagi, dan pacar dia bertanya kepada aku apakah akan menerima si dia lagi atau tidak.Â
Aku sudah memberitahu kalau laki-laki selingkuh itu pasti akan melakukan hal serupa, tetapi kalau sudah sayang pasti perempuan itu akan menerima dia kembali.
Aku sekarang sakit dengan luka yang bertambah banyak, pikiran aku entah di mana sampai bisa aku seperti itu. Penyembuhan luka aku adalah berjalan-jalan, menangis di kamar, aku benci dia. Laki-laki sekarang di mata aku sama saja tidak ada bedanya, aku belum menemukan laki-laki yang tulus akan hal percintaan.Â
Aku kira dia penyembuh luka aku di saat luka aku sedang sakit, tetapi ternyata dia makin membuat luka aku makin memburuk bahkan lebih buruk dari sebelum bersama dia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI