Minyak goreng merupakan salah satu  dari sembilan komoditas strategis dan universal. Ketika minyak goreng tidak tersedia di pasar, konsumen, apalagi para ibu rumah tangga dan penjaga toko, pasti akan kebingungan karena tidak  bisa memasak lagi. Sejak awal beberapa tahun terakhir ini banyak dibicarakan masalah mahalnya harga minyak goreng  yang menimbulkan konflik dan  keresahan di kalangan konsumen. Kontroversi ini muncul karena minyak goreng awalnya dijual dengan harganya Rp14.000,00 per liter, kini dijual Rp 28.000,00 per liter.
 Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan harga minyak goreng naik dari Oktober 2021 menjadiÂ
 Maret 2022. Hal ini terjadi pada kasus minyak goreng curah dan kemasan (Sukmana, 2022).
Â
 Penyebab utama kenaikan harga minyak goreng adalah banyak pihak yang tidak  bertanggung jawab atas pemungutan dan  harga jual. Alasan kedua kenapa mendongkrak harga minyak goreng adalah  faktor Covid-19 yang bertahan 2 tahun, atau kurang dari dua tahun hidup masyarakat. Tidak hanya di bidang kesehatan. juga terkena dampak di bidang ekonomi seperti minyak goreng.
Â
 Alasan lain kenaikan harga minyak goreng juga mempengaruhi konsumen yang panik. Paniknya mereka membeli minyak goreng dalam  jumlah besar padahal ketersediaan minyak goreng di pasar sudah habis. Konsumen yang menggunakan cara ini khawatir pasar atau supermarket akan kehabisan minyak goreng.
Â
 Dampak negatifnya adalah masyarakat seperti konsumen  rumah  tangga dan pedagang eceran makanan yang menggunakan minyak sebagai bahan utama dalam proses produksinya merasa rugi dan tertekan karena harga minyak goreng yang semula relatif rendah menjadi tinggi . Menurunnya kualitas makanan, sekitar  jenis makanan seperti gorengan dan kue membutuhkan minyak goreng sehingga mendorong  pelaku usaha makanan  untuk menggunakan minyak goreng yang lebih murah dan bermutu rendah, yang dapat mempengaruhi kualitas makanan yang dihasilkan.
 Menurut pendapat penulis Kenaikan harga minyak goreng dapat mempengaruhi inflasi dan biaya hidup. Konsumen mungkin harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli minyak goreng yang sama, yang dapat mengurangi daya beli mereka dan memaksa mereka  menyesuaikan anggaran  dengan cara yang tidak diinginkan.
Â