Kurasakan bumi yang kupijak seolah berputar cepat tanpa gravitasi
Setiap langkahku seakan melayang, tak menapak di bumi.
Pandanganku nanar, dadaku sesak tak tertahan,
Sejenak kutinggalkan jasad Bapakku dengan kakak-kakak yang telah berdatangan,
Kuberlari cepat ke mushola di ujung Rumah Sakit itu,
Kuambil air wudhu, kutunaikan shalat Dhuha sepenuh kekhuyukan.
Tak terasa air bening membanjiri sajadahku tanpa terelakkan.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un...
Inilah hari dimana PELAJARAN PALING MENDASAR telah kudapatkan,
Yang adalah KEMATIAN.
Hari itu aku mencatat, bahwa TAK ADA TEMPAT BERGANTUNG TERBAIK selain ALLAH saja
Dia yang menciptakan, dan kepadaNyalah manusia akan dikembalikan,
Hari itu aku baru memahami,
Mengapa manusia TAK PANTAS MENGELUARKAN KESOMBONGAN meski seberat zarrah saja,
Karena ternyata ia adalah makhluk yang teramat lemah dihadapanNya.
Tanpa daya, tanpa kuasa, MESKI IA adalah SEORANG RAJA DIRAJA
”Selamat jalan Bapakku, semoga Allah memaafkanmu, membalas seluruh amal kebaikanmu.
Sampai ketemu nanti di kehidupan setelah mati. Semoga kita kan berkumpul kembali.
Semoga hari-harimu lebih menyenangkan di alam sana.
Kutahu rumah kita akan menjadi sepi.
Pun tak kan pernah lagi kudengar pujianmu atas tanganku yang ’pas’ saat membotaki rambutmu.
Tapi Insya Allah kuberjanji, akulah tabunganmu,
Dimana amal dan sedikit ilmu yang kuperjuangkan dalam sisa waktuku,
Adalah untuk kemuliaanmu sebagai pendidikku...
Semoga Allah SWT membimbing langkahku di depan sana,
Karena kini aku harus berjalan sendirian tanpa petunjukmu”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H