Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tentang Bapakku...

9 Desember 2012   12:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:57 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurasakan bumi yang kupijak seolah berputar cepat tanpa gravitasi
Setiap langkahku seakan melayang, tak menapak di bumi.
Pandanganku nanar, dadaku sesak tak tertahan,
Sejenak kutinggalkan jasad Bapakku dengan kakak-kakak yang telah berdatangan,
Kuberlari cepat ke mushola di ujung Rumah Sakit itu,
Kuambil air wudhu, kutunaikan shalat Dhuha sepenuh kekhuyukan.
Tak terasa air bening membanjiri sajadahku tanpa terelakkan.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un...
Inilah hari dimana PELAJARAN PALING MENDASAR telah kudapatkan,
Yang adalah KEMATIAN.
Hari itu aku mencatat, bahwa TAK ADA TEMPAT BERGANTUNG TERBAIK selain ALLAH saja
Dia yang menciptakan, dan kepadaNyalah manusia akan dikembalikan,
Hari itu aku baru memahami,
Mengapa manusia TAK PANTAS MENGELUARKAN KESOMBONGAN meski seberat zarrah saja,
Karena ternyata ia adalah makhluk yang teramat lemah dihadapanNya.
Tanpa daya, tanpa kuasa, MESKI IA adalah SEORANG RAJA DIRAJA

”Selamat jalan Bapakku, semoga Allah memaafkanmu, membalas seluruh amal kebaikanmu.
Sampai ketemu nanti di kehidupan setelah mati. Semoga kita kan berkumpul kembali.
Semoga hari-harimu lebih menyenangkan di alam sana.
Kutahu rumah kita akan menjadi sepi.
Pun tak kan pernah lagi kudengar pujianmu atas tanganku yang ’pas’ saat membotaki rambutmu.
Tapi Insya Allah kuberjanji, akulah tabunganmu,
Dimana amal dan sedikit ilmu yang kuperjuangkan dalam sisa waktuku,
Adalah untuk kemuliaanmu sebagai pendidikku...
Semoga Allah SWT membimbing langkahku di depan sana,
Karena kini aku harus berjalan sendirian tanpa petunjukmu”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun