Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Terserah Engkau Sajalah

26 Oktober 2012   01:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:23 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

”Minggu depan aku nggak usah ikut deh ya. Pembahasan seperti ini terlalu panjang buatku. Biar aku mengerjakan hal lain deh.. Tolong diteruskan saja ya Mbak.....”

Yang segera saya jawab :

”Usaha itu harus maksimal Om. Nggak ada salahnya kita coba ikuti alur prosesnya. Kita harus belajar membiasakan menyelesaikan hal-hal sampai tuntas. Setiap orang mempunyai karakter dan gaya masing-masing dalam pengambilan keputusan. No mind aja lah..

Tak ada jawaban dan anggukan darinya...

Sebelum kami berpisah siang itu, kutatap wajah sahabatku itu sambil mencoba meyakinkan “Percayalah, bahwa tidak ada satu usahapun yang tak bernilai. Aku telah mencatat puluhan dan ratusan kasus selama ini. Dan kusimpulkan bahwa hidup dan rizki itu bak sebuah misteri. Kadangkala kita berjuang maksimal membuka satu pintu, tidak juga terbuka. Tapi seringkali justru Allah justru membuka pintu lain yang kita sama sekali tidak menyentuhnya. Aneh kelihatannya memang...

Apakah jika kita tidak berjuang maka pintu lain itu bisa terbuka sendiri? Tidak juga. Artinya bahwa pintu atau kran mana yang akan dibukakan Sang Maha Pemberi, tak usah dipikirkan... Tugas kita hanyalah melakukan ikhtiar dengan sebaik yang kita bisa, titik.

Hanya senyum dan anggukan kecil itu yang aku lihat. Namun saya masih berharap, ia menyetujui kalimat-kalimat itu.

Maka ketika di Selasa pagi kulangkahkan kaki menepati janji sebelumnya, kubulatkan tekad diri. Seandainya rekan saya itu pun tidak juga datang ke lokasi memberi memback up dalam hal teknis acara, biarkanlah kuikhlaskan saja. Toh sebatas penyamaan persepsi atas sebuah usaha telah kuusahakan. Berangkat dan tidaknya dia, adalah serupa garis yang telah dibuatNya.

Bersyukur rupanya ia masih mendengarkan pendapat saya, sehingga Selasa pagi itu, ia masih bisa menemani saya mendatangi klien itu ( prospek tepatnya....red).

Seperti sebelumnya, kedatangan kami disambut selayaknya tamu yang berkunjung. Masih dengan keramahan yang sama. Secangkir teh dan sepiring kue berisi pastel mayonise dan sejenis bolu coklat gulung disuguhkan oleh seorang pelayan yang berpakaian rapi.

Setelah bertanya kabar-kabari, presentasi pun kami gelar. Sebuah sesi presentasi yang berjalan layaknya diskusi santai, sama seperti hari-hari yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun