Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ulang Tahun Pernikahan - Dihikmati atau Diperingati?

15 Februari 2014   15:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48 10857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13924290191135247612

Sumber : http://www.pinterest.com/pin/94716398387386118/

Pernikahan adalah sebuah momen yang bernilai kesejarahan bagi banyak pasangan hidup di muka bumi ini.  Maka, ulang tahun pernikahan banyak dianggap sebagai tonggak sejarah dalam memasuki hidup baru. Hidup yang pada mulanya mungkin dianggap rumit, atau dianggap seindah impian. Tergantung setiap kepala membangun persepsinya.

Pun setiap pasangan memiliki beragam cara dan sikap menyambut hari ulang tahun pernikahan mereka. Sebagian melewatkan begitu saja, atau bahkan sama sekali  terlupa :)

Sebagian lainnya memilih membangun kesyukuran seperlunya. Sekadar kembali mengingat lintasan peristiwa yang telah menghimpun apa yang terserak. Mengapungkan kenangan bersama untuk mencipta bahagia dan kesyukuran yang nyata. Yaitu mempererat jalinan cinta yang telah terbina, merekatkan ikatan hati, dan memperkuat tekad untuk saling berbagi dan menjaga hingga nanti.

Sebagiannya menyambut dengan lebih spesial. Yaitu dengan aneka syukuran hingga pesta meriah yang menghadirkan banyak undangan. Bila perlu, pesta yang diatur sedemikian rupa sehingga diperlukan jasa penyelenggaraan acara.

Peringatan perayaan hari ulang tahun pernikahan tentu tidak lahir begitu saja.  Budaya tersebut berasal dari dunia barat.

Pada tahun 1659, John Evelyn menulis buku mengenai pesta ulang tahun pernikahan yang diberi judul “Diary”.  Kemudian Samuel Pepys juga menuliskan buku yang serupa, namun fokusnya lebih kepada pesta kawin perak untuk usia pernikahan 25 tahun. Tulisan tersebut lalu dipublikasikan di tahun 1806 oleh Anna Letina Barbauld yang juga menulis tentang pernikahan perak.

Tahun 1860 di Inggris dipublikasikan mengenai kawin emas untuk peringatan usia 50 tahun pernikahan. Tahun 1872 pesta kawin intan menyusul bagi pasangan yang telah menikah selama 60 tahun. Sejak itulah ulang tahun pernikahan diperingati oleh segenap masyarakat.

Belakangan muncul istilah-istilah yang mengikuti terkait ulang tahun pernikahan mulai dari yang pertama.

1 = kawin kertas
2 = kawin kapas/mori
3 = kawin kulit
4 = kawin buah/buahan/bunga/buku
5 = kawin kayu/balok
6 = kawin besi
7 = kawin tembaga/kuningan
8 = kawin karet
9 = kawin gerabah
10 = kawin aluminium
11 = kawin baja
12 = kawin sutera / linen/nilon
13 = kawin renda
14 = kawin gading

20 = kawin cina
25 = kawin perak
30 = kawin mutiara
35 = kawin jade/karang/jade
40 = kawin rubi
50 = kawin emas
55 = kawin zamrud
60 = kawin intan

Mengingat ulang tahun pernikahan meski tanpa harus membuat pesta perayaan menurut hemat saya adalah hal yang cukup berguna. Manusia kadang membutuhkan tonggak-tonggak sejarah untuk menghikmati kesyukuran yang sampai di tangannya.

Namun alangkah lebih baik jika tanpa harus menunggu ulang tahun pernikahan tiba, setiap kepala mampu membangun keindahan persepsi atas pasangan masing-masing. Ketika hari ini rambut perak mungkin bertebaran di sana sini di kepala, kenangkan bahwa ketika rambut indah berkilau itu telah menemani perjalanan hingga puluhan tahun berikutnya.

Ketika rasa kesal dan jengkel sempat singgah karena hal-hal kecil dan perbedaan sudut pandang, bahwa dulu kala begitu engkau mendambakan melewati jalan terjal bersamanya dengan segala kemungkinan yang terjadi.

Ketika tangan yang lembut kini telah keriput, kenangkan bahwa waktu yang dipinjamkanNya tak kan merubah persepsi kehangatan kasih yang mengaliri kedua telapaknya. Meski fisik dan rupa beranjak menua, namun rasa dan cinta yang terjaga di tempatnya tak kan mengurangi  kemampuan diri untuk terus memuliakannya.

Ya, ulang tahun pernikahan adalah sekadar sarana atau media dan seremonial semata. Ia tidak sekadar perlu diperingati, tetapi lebih urgent untuk dihikmati. Karena jauh di lubuk hati terdalam, diperlukan kesungguhan untuk merawat anugerah dan berkah yang dilimpahkanNya yaitu pasangan hidup yang telah dipersandingkanNya untuk kita. Cinta adalah kalori bagi kekuatan hati  yang tak pernah habis tercerna melintasi waktu, untuk siapa pun mereka yang mampu menghargai anugerah terindah Sang Maha Cinta itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun