Mohon tunggu...
Milisi Nasional
Milisi Nasional Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Akun twitter @milisinasional adalah reinkarnasi baru dari akun twitter @distriknasional yang jadi korban totalitarianisme firaun anti kritik.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nyanyian Aktivis Pengantar Duka Prajurit TNI

11 Maret 2019   17:14 Diperbarui: 11 Maret 2019   17:33 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tiga prajurit TNI ditembak hingga tewas di Nduga, Papua, saat sedang melaksanakan operasi. Dilansir dari akun twitter @Puspen_TNI TNI pasukan TNI diserang oleh KKSB dengan kekuatan tidak berimbang di Distrik Mugi, Kab. Nduga, Papua, 25 Pasukan TNI diserang oleh sekitar 50-70 orang KKSB, akibatnya 3 orang gugur dalam serangan itu.

Sebuah kabar duka sekaligus kabar yang memantik rasa nasionalisme dan patriotisme kita sebagai anak bangsa.  Putra terbaik Republik Indonesia gugur dalam rangka mempertahankan kedaulatan NKRI dari orang-orang yang ingin melakukan gerakan separatisme dan mengganggu ketertiban sosial, dalam hal ini kelompok KKSB Papua.

Perkara pengabdian, bahkan pengorbanan jiwa demi mempertahankan NKRI memang tidak dapat disangsikan lagi telah mendarah daging dalam tubuh setiap prajurit TNI. Mereka adalah barisan terdepan dan terluar dalam mempertahankan setiap jengkal garis wilayah Republik ini. Kapanpun dan dimanapun setiap anggota TNI selalu siap sedia berjuang mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Tapi sayangnya masih saja ada oknum yang mencibir meski telah begitu banyak jasa dan pengorbanan yang dilakukan TNI. Kamis 7 Maret dini hari kemarin Robertus Robert seorang penggiat HAM sekaligus dosen terpaksa harus diamankan oleh pihak kepolisian akibat melantunkan sebuah nyanyian yang secara keras dianggap telah menghina institusi TNI.

Robertus Robert dalam sebuah acara Kamisan, memberikan orasi yang ditujukan sebagai penolakan terhadap rencana kembali digulirkannya Dwi Fungsi TNI, masuknya pejabat TNI atau Purnawiran TNI pada lembaga-lembaga sipil negara. Disela-sela orasi penolakan Dwi Fungsi TNI tersebut Robert menyanyikan sebuah lagu yang menurut dia adalah lagu yang banyak dilantunkan oleh para aktivis pada hari-hari menjelang berakhirnya Orde Baru. Lagu yang dinyanyikan oleh Robert tersebut sontak membuat heboh dan ramai menjadi perbincangan di kalangan netizen dan juga obrolan-obrolan grup WhatsApp.

Akibat lantunan nyanyian tersebut Robertus Robert pun harus mempertanggungjawabkan tindakannya. Robert diperiksa atas tuduhan menghina institusi TNI. Sungguh disayangkan seorang sekelas Robertus Robert yang notabene adalah seorang akademisi dan penggiat HAM melontarkan nyanyian seperti itu. Padahal para prajurut ABRI yang kini telah berganti nama menjadi TNI setiap detik harus siap mempertaruhkan nyawanya di medan perjuangan dalam mempertahankan kedaulatan.

3 Prajurit TNI dan nyanyian Robertus Robert adalah suatu potret yang sama-sama membuat kita sedih. Kemana arah negara dan demokrasi kita ini berjalan, supremasi sipil yang dijunjung tinggi pasca reformasi telah menjadi bumerang yang mengancam bagi kedaulatan negara. Pada satu sisi melalui desakan separatisme yang menuntut kemerdekaan dan menciptakan teror yang mencekam. Kebebasan sipil yang kebablasan di sini lainnya. TNI dan Polri memang acapkali bergesekan dengan aktivisme sipil yang menyuarakan kebebasan. Tak jarang pula gesekan tersebut menimbulkan kerugian baik berupa kerusakan materil dan adanya korban di kedua belah pihak.

Pada kasus di Nduga misalnya, atas nama kebebasan dan penentuan nasib sendiri para KKSB tak jarang memakan korban jiwa. KKSB tidak ragu-ragu menebar teror dan ancaman kepada siapapun yang menghalangi jalannya untuk mendeklarasikan kemerdekaan Papua Barat.

Di ranah gerakan aktivis sipil pun TNI dan Polri dikerap dibuat repot oleh tingkah polah para aktivis yang kebablasan dalam menggunakan hak menyampaikan pendapatnya di muka umum. Akibatnya ketegangan pun terkadang tak bisa dihindari karena banyak provokasi-provokasi yang memancing kemarahan aparat.

Dalam setiap benturan aparat TNI-Polri dan aktivisme sipil selalu ada benang merah. Aktivisme sipil yang kerap melakukan konfrontasi dengan aparat keamanan adalah mereka orang-orang yang berpaham 'kiri'. Paham kiri ini secara garis besar dapat dikorelasikan dengan ideologi sosialisme atau yang paling bisa menjurus pada komunisme bahkan anarkisme. Ideologi-ideologi tersebut sring kali secara keras mengganggu kestabilan jalannya pemerintahan dimanapun mereka berada, dengan alibi membawa narasi perjuangan. Bahkan gerakan mereka bukan hanya nyaring secara vokal, bahkan menjurus militan dan penuh kekerasan.

Aktivisme sipil yang berhaluan kiri tersebut secara terbuka tidak segan melakukan konfrontasi dengan aparat. Orang-orang di Papua yang terkait pada gerakan KKSB bahkan muncul gagasan untuk memperbincangkan Sosialisme sebagai sebuah ideologi perjuangan. Menurut mereka paham tersebutlah yang dapat membawa pembebasan Papua dari cengkraman Indonesia. Melalui paham Sosialisme kesejahteraan dan keadilan dapat diupayakan terwujud untuk seluruh warga Papua, tanpa terkecuali.

Robertus Robert yang melantunkan lagu yang dianggap menghina TNI pun adalah orang yang sangat akrab dengan pikiran "kiri" (Sosialisme, Komunisme, dan Anarkisme). Robert memiliki kepakaran yang cukup dibidang 'kiri' baik dalam bentuk gerakan sosial maupun pemikiran. Di samping Robert pun banyak orang yang antipati terhadap aparatur negara seperti TNI-Polri, yang mana bagi mereka aparat bukanlah seorang yang mampu menjaga hak kebebasan warga sipil dapat terekspresikan. Justru merekalah yang membatasi, bahkan merampas hak tersebut.

Apapun narasi yang dibawa dan diperjuangkan dalam setiap aktivisme sipil, tidaklah dibenarkan jika dalam pergerakan tersebut sampai dipergunakan untuk menghina institusi. Dalam nyanyian yang dilantunkan Robert tersebut misalnya, lagu itu sudah tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini dimana TNI selalu menjunjung tinggi profesionalitas. Perjuangan yang kebablasan bahkan acapkali ditempuh dengan jalan kekerasan yang sampai harus menjatuhkan banyak korban jiwa. Jelas perjuangan seperti itu haruslah dihindari dan dipadamkam.

Sumber:

https://news.detik.com/berita/d-4457739/3-anggota-tni-gugur-ditembak-di-papua

https://news.detik.com/infografis/d-4457582/robertus-robet-mars-abri-dan-demokrasi-somplak

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/aktivis-papua-pilih-sosialisme-dan-tinggalkan-gereja

https://twitter.com/Dandhy_Laksono/status/1103469393210564608

https://twitter.com/marierteman/status/1103620995737280513

https://twitter.com/ratu_adil/status/1103823959827472384

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun