Bagi masyarakat Dayak, pengertian tentang masyarakat kesukuan tidak lepas dari pengertian mereka tentang persekutuan religiusnya. Masyarakat kesukuan senantiasa di-samaarti-kan dengan masyarakat religius.
Pengertian tentang 'keselamatan', 'perdamaian' bagi masyarakat Dayak tidak ada bedanya dengan menjalani suatu kehidupan yang sesuai dengan tata kosmos yang telah diatur dan diwariskan sejak awal-mula kejadian dunia dan manusia yang dinyatakan dalam adat dan tradisi, sebagaimana dikutip dalam F. Ukur (1971).
Dalam pola pikir seperti ini, maka nenek moyang mempunyai kedudukan atau peran istimewa dan menentukan. Mereka dipandang dan ditaati tidak hanya sebagai pembantu atau pembina suku, tetapi juga sebagai golongan yang telah megatur tata keselamatan alam seluruhnya.
Sebagaimana ditulis Paulus (2008), bahwa masyarakat kesukuan merupakan kekayaan essensial yang tidak hanya manusia individu sendiri-sendiri, tetapi pula sebagai kelompok sosial, bangsa dalam peranannya memberi nilai-nilai.
Sementara itu, menurut Koentjaraningrat (1986) masyarakat kesukuan merupakan suatu sistem yang sering kali bersifat amat ketat, yang memang mempengaruhi suatu lapangan kehidupan yang sangat luas, sehingga menyangkut banyak sektor kehidupan masyarakat. Meneliti sistem kekeluargaan/kekerabatan dalam suatu masyarakat serupa itu dengan memberi pengertian mengenai banyak kelompok dan pranata sosial lain.
Karena itu pusat persekutuan yang sangat penting di dalam masyarakat kesukuan ini adalah keluarga/kerabat. Keluarga merupakan suku di dalam suku, suatu mikrokosmos di dalam mikrokosmos.
Setiap keluarga mempunyai tanggung jawab dan kedudukan yang sama, seperti halnya setiap individu dan keseluruhan masyarakat mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan keserasian kosmos.
Tugas dan tanggung jawab itu meliputi seluruh aspek kehidupan bersama, secara sosial, ekonomis dan religius. Maka di dalam keluarga setiap anggota baik pria mau pun wanita mempunyai bagian tugas dan tanggung jawab.
Dalam struktur menyeluruh masyarakat suku Dayak tidak diperoleh satu kesatuan yang homogen, melainkan ada kelas-kelasnya. Masing-masing mempunyai sejarah dan mitosnya yang mendasari pola pemikiran mereka.