"Saya selalu mengandalkan Tuhan. Saya terus berdoa dan berusaha serta memohon agar Tuhan memberikan ketabahan dan kekuatan kepada saya untuk menghadapi ujian kehidupan ini dengan tabah dan berani. Dalam situasi yang sulit ini harapan saya hanya satu, yaitu bersandar kepada pertolongan Tuhan. Jika saya tidak mengandalkan Tuhan, saya tidak akan demikian tabah menghadapi kemiskinan ini. Tanpa Tuhan saya akan sama seperti orang yang tidak beriman, akan gelisah, terus mengeluh dan menyesali nasib diri yang malang. Saya kini menghabiskan waktu saya dengan memulung dan membantu karya-karya sosial. Ternyata kemiskinan bukanlah kemalangan jika diterima dengan iman."
Saya tertegun mendengarkan kesaksiannya. Kemiskinannya sungguh memurnikan imannya kepada Tuhan seperti proses pemurnian emas dalam tanur api. Iman Pak Muklis terpancar dalam reaksinya pada penderitaan dan kemiskinan hidup. Semakin tabah dalam menghadapi pergumulan kehidupan, ia semakin menunjukkan kualitas imannya yang tinggi.
Kata-katanya "Kemiskinan bukanlah kemalangan jika diterima dengan iman" terus menerus bergema ditelinga saya bersaut-sautan dengan teriakan kata-kata dan suara gemuruh sorak-sorai kesombongan orang kaya yang angkuh. Imannya memberikan kekuatan baru kepadanya untuk dapat menanggung beban hidup dengan rela.
*Pak Soleman salah satu yang mewakili sekian banyak Penjual tela/singkong atau sayur di Pasar Besar; dan
*Pak Muklis salah satu dari "pemulung kota". Dengarkanlah teriakan dari ceruk hati mereka yang terdalam.
"TANPA SAYA MENYEBUTKAN APA YANG MENJADI KEBUTUHAN MEREKA, ANDA SENDIRI DAPAT MENYIMPULKAN APA YANG PALING MEREKA BUTUHKAN DALAM HIDUP INI".
Bukit Bandulan, 20 Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H