Mohon tunggu...
Dismas Kwirinus
Dismas Kwirinus Mohon Tunggu... Penulis - -Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tumbuh sebagai seorang anak petani yang sederhana, aku mulai menggantungkan mimpi untuk bisa membaca buku sebanyak mungkin. Dari hobi membaca inilah, lalu tumbuh kegemaran menulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Soren Aabye Kierkegaard dan Filsafat Eksistensialisme

6 Oktober 2020   16:22 Diperbarui: 7 Oktober 2020   08:52 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soren Aabye Kierkegaard adalah seorang filosof yang hidup pada abad ke 19 yang berasal dari Denmark. Ia dikenal sebagai bapak filsafat eksistensialisme. 

Sebagai seorang filosof, Soren Kierkegaard dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran filosof sebelum dirinya. Filosof yang mempengaruhi dirinya antara lain Hegel, Abraham, Luther, Kant, Hamann, Lessing dan Socrates.

Dalam Kierkegaard, yang dimaksud kesadaran adalah eksistensi, yang mau menegaskan dan mengatakan manusia dalam keutuhan pengalaman hidupnya. 

Pengalaman yang dimaksud bukan dalam arti inderawi, tapi pengalaman tentang otentisitas dirinya, ketunggalan dirinya, menyentuh pada apa yang disebut kesadaran, keotentikan dirinya. Jadi kesadaran dalam Kierkegaard itu individual, singular. 

Ketika orang bicara tentang "Siapa Aku?" Aku Kierkegaard adalah aku yang mengalami yang menghidupi pengalamanku. Kierkegaard adalah penyusun sejarah. Aku dalam Kierkegaard adalah juga pada saat yang sama pelaku sejarah. 

Jadi filsafat Kierkegaard mengusung singularitas, individualitas, eksistensialitas dan pada saat yang sama juga pada gemuruh kehidupannya. Belum pernah ada sebelum Kierkegaard, filsafat benar-benar menyentuh seluruh diri hidupnya. 

Sebelumnya, filsafat selalu lepas dari pengalaman konkret manusia, ketakutan, penderitaan, kegalauan, cinta dan benci. Filsafat biasa melihat "mata ke atas". Dalam Kierkegaard, filsafat masuk dalam keseluruhan manusia. Filosof bukan hanya berpikir, tapi bergulat dengan hidup.

Eksistensialisme pada dasarnya mengharuskan setiap orang untuk bersikap "jujur pada diri sendiri" serta menghindari prasangka dan ketidakjujuran. Eksistensi bertalian dengan realitas tunggal, subyek yang berada di luar atau terlepas dari konsep. 

Dalam hal ini, Kierkegaard berbeda pendapat dengan Hegel. Hegel beranggapan mengetahui semua, tetapi ia melupakan eksistensi yakni subyek tunggal. 

Bagi Kierkegaard, subyek tunggal merupakan kunci untuk melawan dan merobohkan sistem. Eksistensi merupakan dunia menjadi, kontingen dan menyejarah. 

Eksistensi merupakan dunia kebebasan. Manusia merupakan sebuah pilihan untuk menjadi sesuatu, sehingga cara berada eksistensi bukanlah realitas atau necesitas melainkan kemungkinan.

Menurut Kierkegaard, orang yang dianggap bijaksana mungkin memiliki banyak pengetahuan obyektif. Akan tetapi pengetahuan yang dimiliki itu secara religius ataupun eksistensial tidak memiliki arti penting. 

Ini merupakan kritikan Kierkegaard terhadap para filosof. Mereka menyibukkan diri dengan belajar terus menerus dan kehilangan kontak dengan yang sederhana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun