Dalam artikelnya Nazvi Careem menuliskan bahwa rombongan atlet malaysia disambut dengan seruan olok-olok dari Indonesia ketika prosesi defile berlangsung.
Ia juga mengungkapkan bahwa tindakan Indonesia tersebut tidak layak dilakukan di ajang olahraga yang mempromosikan perdamaian.
Namun protes dan tanggapan negatif yang dilakukan beberapa negara dan media haruslah tetap berdasarkan pada bukti, bukan hanya berasal dari omongan mulut ke mulut.
Saya pribadi menonton pertandingan cabang olahraga pencak silat dari awal hingga akhir, untuk kategori tarung mungkin saya kesulitan untuk mengerti bagaimana sistem penilaian dihitung.
Namun pada setiap pertandingan tarung terlihat jelas pesilat Indonesia memang lebih matang dalam strategi dan penggunaan teknik, sedangkan banyak pihak lawan yang hanya mengandalkan agresivitas saja.Â
Tapi pada beberapa pertandingan yang lain, memang pesilat dari Indonesia mendapatkan lawan yang sengit sehingga poin pun saling mengejar, namun secara keseluruhan saya bisa melihat poin yang didapatkan Indonesia sesuai dengan gambaran kualitas pesilatnya.
Sementara itu pada kategori seni, jika kita menonton seluruh peserta dari berbagai negara, Indonesia jelas menyuguhkan pertunjukkan yang lebih rapi, terkoordinir, berenergi, dan mempraktekkan jurus-jurus silat yang memiliki kesulitan yang lebih dibandingkan lawannya.Â
Sehingga apa yang dituduhkan oleh ketua federasi silat asia mengenai selisih poin yang terlampau jauh antara pesilat Indonesia dengan peserta lain masih terbilang masuk akal karena memang peserta lain tidak mampu menujukkan penampilan yang lebih baik dari peserta Indonesia.
Sedangkan perihal protes dari Malaysia, persis seperti penyelenggara Asian games katakan, semua pertandingan dari cabang olahraga silat terdokumentasikan dalam data digital dengan baik.Â
Semua dapat dilihat ulang pertandingannya dan dapat dipantau proses-prosesnya, tidak ada yang tidak terukur atau terlalu subyektif.