Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terjebak dalam Gagal Fokus

31 Mei 2018   23:16 Diperbarui: 31 Mei 2018   23:39 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa dengan membuat catatan. Persis mungkin dengan saran-saran pengelola keuangan agar ibu-ibu membuat catatan untuk belanja sehingga ketika ada hal-hal yang tidak harus dibeli saat itu, ditinggalkan.

2. Tetap bersabar dalam menjalankan Fokus atau Prioritas yang telah ditentukan.

Banyak godaan agar tetap bisa menjalankan Fokus. Anda harus tetap bisa bertahan membeli hp sesuai fungsinya sesuai dengan budget yang anda miliki. Anda harus bisa tahan godaan untuk tidak mengikuti tren. Jika fitur yang disediakan tidak anda gunakan anda tidak harus membeli hp dengan bergam fitur sementara anda hanya fokus pada kegiatan menelpon dan wa. Dan kesabaran anda ini harus berkelanjutan dalam arti ketika besok anda punya duit bukan berarti anda langsung mengganti hp yang barusan anda beli itu. Tetaplah pada prioritas anda.

3. Ketika Fokus anda melenceng, ingatkan diri anda atas apa Tujuan anda sebenarnya.

Ketika anda ingin memperdalam ilmu agama, anda tidak mesti membeli baju koko Black Panther. Ustad-ustad jaman now pun sering terjebak dalam fashion. Minim ilmu yang disampaikan, fashion glamor yang ditonjolkan. Sorban, kacamata, gamis, sarung, bentuk kumis dan janggut. Semua hal-hal yang sifatnya aksesoris lebih menonjol dari pada ilmu yang disampaikan.

Kita sering terjebak oleh godaan pembelokan Fokus. Pedagang memang tujuan utama dan sifatnya merayu, memikat para pembeli. Tetapi bukan berarti anda bebas dan larut dengan godaannya. Matahari, sirup, cat tembok, kue nastar memang fokus utamanya menawarkan produknya untuk dibeli di saat puasa dan menjelang lebaran. Namun bukan berarti anda harus beli. Bukan untuk anda barang itu ditawarkan. Biarkan itu untuk orang lain yang memang membutuhkannya. Fokus utama anda di Ramadhan ini adalah memperbanyak amal ibadah. 15 hari bulan ramadhan telah berlalu, coba dibuat ceklis, bacaan Al Quran anda sudah berapa juz, tarawih anda bolong berapa, puasa anda batal berapa, sedekah anda sudah berapa. Itu yang seharusnya menjadi Prioritas anda. Dari kecil prilaku kita memang sudah terdidik baik secara langsung maupun tidak langsung oleh orang tua kita bahwa di akhir ramadhan kita sibuk bantu bikin kue, pergi ke mal menyerbu diskon yang ditawarkan, kita mengecat rumah kita, mengganti gorden dan sebagainya. Kita dikaburkan mana yang Utama (Beribadah) dan mana yang Tidak Utama (belanja, bikin kue, ngecat rumah)

Semoga separuh ramadhan ke depan bisa mengembalikan diri kita, menegur diri kita, mengingatkan kita akan apa yang sebenarnya menjadi Prioritas kita dan mana yang bukan. Kita harus bisa memilah dan memilih. Sehingga segala tindakan dan keputusan kita benar-benar selalu menjadi keputusan Prioritas Utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun