Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gagal "Move On" Itu Bahaya

14 April 2018   19:09 Diperbarui: 14 April 2018   19:13 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengapa perlu ada Survei Kebahagiaan? Banyak orang yang mempertanyakan adanya survei tersebut. Bahagia itu kan relatif. Tidak bisa diukur. Namun terlepas dari relatif tidaknya kebahagiaan, bisa tidaknya diukur, ketika anda merasa bahagia, artinya anda punya semangat dalam hidup ini, positif dalam melihat dan menyikapi hidup ini. 

Anda bekerja dengan semangat, berangkat sekolah anda semangat, mengerjakan tugas kuliah anda semangat, menyelesaikan disertasi S2 anda semangat, penjualan anda turun hari ini anda tetap jualan esok hari, musim hujan pun anda tetap pergi ibadah dan sebagainya, pokoknya semua kegiatan yang anda lakukan dalam hidup ini anda bergairah, positif dan bersemangat.

Sehingga ketika suatu daerah, wilayah, propinsi bahkan negara yang punya tingkat kebahagian yang tinggi maka bisa dipastikan pembangunannya berjalan baik, toleran dan positif dalam menyikapi hambatan dan tantangan yang ada.

Gagal Move On

Seorang remaja yang patah hati biasanya berdampak pada jalannya roda kehidupannya sehari-hari. Bagaimana tidak, ketika diputusin pacar atau ditolak dambaan hatinya, dunia terasa runtuh. Males makan, mengurung diri, menyalahkan keadaan, nilai kuliah anjlok, tidak mood dan berbagai hal-hal buruk lainnya. 

Banyak hal-hal baik yang bisa mengubah keadaan sehingga seorang remaja bisa 'move on' atau bangkit dari keterpurukan, misal dengan mengalihkan perhatian dengan olahraga, futsal, dance, gym, atau bersosialisasi aktif di organisasi, pengajian, kegiatan seminar, dan sebagainya.

Namun, tak sedikit pula yang gagal move on bahkan baper, terbawa perasaan setelah patah hati. Parahnya kondisi ini bisa terbawa sampai setelah berkeluarga. Masa sih, segitunya? Iya, banyak yang seperti itu. Banyak orang-orang yang saya temui tidak bisa lepas dari mantan pacar. 

Setelah lama tak berjumpa ketika ada kesempatan, mereka selalu melakukan 'stalking' alias nguntit, memata-matai, mencari tahu segala sesuatu tentang mantannya, bukan kepo yang heboh, tetapi menguntit. Parahnya mereka bisa dengan bangga mengatakan dia mantan saya, pernah sama saya, jalan sama saya, padahal sekarang sudah pada berkeluarga hehe. Begitulah susahnya jika gagal move on.

Lebih parah lagi, kalau gagal move on ini terjadi pada pekerjaan, tempat tinggal, sekolah, keadaan yang berbeda yang harus dihadapi seseorang. Banyak dari kita yang tidak bisa menerima pekerjaan ketika pindah ke lokasi berbeda, pindah ke bidang lain. 

Begitu juga anak-anak kita sulit beradaptasi ketika masuk atau pindah ke sekolah berbeda. Apalagi misalnya seseorang yang sudah bertahun-tahun tinggal di suatu tempat yang menurutnya enak, nyaman, suasananya hangat, namun suatu ketika harus pindah ke daerah yang semrawut, tidak nyaman, tidak teratur. 

Ada juga yang kerepotan untuk memindahkan sekolah anaknya gara-gara anaknya sering dibully, diejek-ejek nama bapaknya. Banyak orang-orang yang tidak menikah gara-gara putus cinta, sampai segitunya, eh bener, justru tulisan ini dibuat karena menemukan hal-hal yang kita anggap sepele namun bersampak sangat berat bagi orang lain. 

Ada lagi yang tidak bisa menerima kekalahan idolanya, misalkan Bupatinya, Gubernurnya bahkan Presiden pilihannya, aneh memang, mereka harus patah hati selama bertahun-tahun. Hal ini sangat berdampak pada kejiwaan seseorang, bahkan jika tidak bisa cepat beradaptasi malah bisa menimbulkan penyakit. Terlalu dipikirin, sakit kepala, stres, gangguan pencernaan dan sebagainya. Sepele sih tapi banyak yang gagal move on.

Realistis Melihat Keadaan

Ketika anda membanding-bandingkan sesuatu keadaan di tempat kerja anda saat ini dengan yang sebelumnya, sebenarnya anda belum bisa sepenuhnya menerima keadaan yang saat ini anda hadapi. Kalau di awal-awal bekerja di tempat baru anda membandingkan itu hal biasa, namun setelah 5-10 tahun, anda masih membandingkan dan memuji-muji tempat lama, ini tidak baik bagi karir anda. 

Demikian pula ketika anda sudah dikaruniai 2-3 anak namun anda masih terngiang-ngiang, stalking mantan pacar anda, ini sangat merugikan anda. Keharmonisan keluarga anda tergadaikan. Karena anda masih berharap bisa kembali padanya, mungkin dari keadaan ini muncullah istilah 'kutunggu jandamu' hehe.. Yang lebih parah lagi jika sampai pada keadaan 'cinta ditolak, dukun bertindak' ini justru sudah melanggar aturan agama, merugikan banyak pihak.

Tetapi kita tidak bisa mengingkari keadaan ini, bagaimana sopir atau pembantu bisa membunuh majikannya, murid memukul gurunya, ini semua kasus-kasus gagal move on. Bagaimana seeorang tidak bisa menerima keadaan. Bagaimana dia harus bisa menerima putus cinta, dimarahi guru, di PHK, dimutasi, dan sebagainya.

Lalu bagaimana jika menghadapi keadaan demikian sementara kita adalah seorang baperan. Anda harus mengambil waktu untuk diri anda sendiri, 'me time' lah, kalau perlu piknik, rekreasi, disana anda merenung, instrospeksi diri, sikapi dengan positif bahwa itu adalah keadaan terbaik yang diberikan Tuhan untuk anda saat itu, anda harus menerimanya dan yakin lah bahwa Tuhan telah memberikan kondisi yang baru yang lebih baik dari sebelumnya. 

Yang lalu simpan saja dalam kenangan manis anda. Tidak ada keadaan yang buruk yang diberikan Tuhan kepada kita kecuali kita sendiri yang menganggapnya buruk.

Semoga di momen Isra' Mi'raj 27 Rajab 1439 H/14 April 2018 ini, kita bisa move on kepada keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun