Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sembunyikan Amalmu Sebagaimana Kamu Menyembunyikan Aibmu

6 Juli 2017   09:45 Diperbarui: 6 Juli 2017   10:16 8779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih dalam suasana Lebaran, Kamis 12 Syawal 1438 H, kepada kita semua saya ucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir Batin.

Judul diatas terinspirasi dari status seorang teman di wallfacebook-nya. Meminjam istilah Pak Mario Teguh yang kemarin banyak di-bully dan ditimpa prahara, semoga beliau dikuatkan dan dirahmati Alloh swt, status tersebut Super Sekali. Tentunya kita gak mau dong aib kita diumbar kemana-mana, begitu juga dengan amalan kita, sebagaimana status fb tersebut, jangan ditampakkan, karena dikuatirkan menjadi "ria" dan sia-sialah amalan kita semua, karena menjadi sedikit atau tidak ada pahalanya, kira-kira begitu.

Kenapa status ini membikin saya terusik? Ya, karena banyak yang sependapat dan mereka yang sependapat tentunya men-share, membagikan status ini ke yang lain. Status itu benar dan sangat tepat ketika tingkatan ilmu dan ibadah kita sudah tinggi sekali, mencapai apa yang disebut Ikhlas. Lha kita? kita yang hidup di dunia "Kemasan" seperti sekarang ini, yang penuh dengan pamrih, yang UUD ujung-ujungnya duit hehe, level ikhlas kita seberapa? apakah kita sudah mencapai level ikhlas seperti guru-guru kita, para pejuang kita, para penemu di zamannya dulu?

Nah, saya pengennya kita memahami, mengerti apa yang disebut dengan "cara" dan menghargai "proses". Dulu, saya pernah terusik dengan beberapa teman dari Makasar yang gaya bicaranya selalu tinggi, sombong lah, lalu saya tanya langsung ke salah satu teman, kok begitu sih cara dan gaya bicara kalian. "Oh memang begitulah kami, biasa itu", ups.. ternyata begitu cara dan pembawaan mereka. Lalu saya dapati teman-teman saya yang Batak yang kata orang-orang keras dan kasar, ujung-ujungnya itu hanya "karakter" saja. Cara pengungkapannya, kira-kira begitulah. Lha kita yang mendengar, yang tidak biasa berkomunikasi, bertemu dengan "gaya" seperti itu malah emosi, tersinggung dan sakit hati, sementara mereka biasa-biasa saja.

Nah, kembali ke persoalan menutup amalan tadi karena dikuatirkan ria. Ada hal yang perlu kita camkan bahwasanya kita saat ini hidup dalam dunia medsos, pengungkapan diri, hidup berbagi terjadi disini. Ketemu yang belum pernah dilihat, difoto, dibagi. Mau makan, foto dulu, dibagi. Bete nunggu antrian, nyetatus. Marah sama orang tua diungkapin di medsos, ada kecelakaan fotonya viral bahkan celakanya bunuh diri pun dilakukan mereka secara live di medsos, edan. Lalu benar tidaknya cara-cara dan proses ini kembali ke Anda yang melihat, mendengar dan membacanya.

Banyak hal yang didapat dari zaman milenial ini. Positif maupun Negatif. Semua menjadi terasa gampang, mendapatkan berita, trik, informasi dengan sekali klik. Filternya ada di diri kita masing-masing. Banyak yang mengatakan ini lah masa akhir zaman. Semua terpulang kepada diri kita. Para selebritis baik lokal maupun mancanegara berlomba mengekspos dirinya di internet, bahkan di halaman medsos pribadinya. Mulai dari bangun tidur hingga beraktivitas, mulai dari berbusana anggun hingga tanpa busana. Begitu mereka mengekspresikan diri. Barang terlarang dijajakan tanpa malu-malu lagi di medsos, tanpa sensor, tanpa filter, minuman keras, senjata api, narkoba jenis terbaru hingga sex toy semua ada. Ajakan untuk pesta pasangan sejenis pun gencar menghiasi medsos kita. Bahkan aliran-aliran sesat, radikal, terorisme tak malu-malu lagi menunjukkan eksistensinya. Nah kalau semua yang disebutkan di atas, kita anggap hal-hal negatif, mengapa kita tidak mempropaganda hal-hal positif untuk mengeliminir atau menghapus semua propaganda negatif tersebut. 

Tidakkah kita tahu gelas kosong itu tergantung dari isinya. Jika kita mengisi sirup maka merah, hijau lah warnanya, jika diisi kopi maka hitamlah warnanya, demikian pula jika gelas tersebut diisi bir, wine, sianida, air got maka warnanya pun mengikuti isi air tersebut. Tetapi, sekeruh apa pun isi air tersebut, jika kita isi terus menerus dengan air putih, air bersih, air suci maka ia akan bersih dan bening kembali.

Pertanyaannya kembali ke diri kita, kita memfilter isi pikiran dan gaya hidup kita dengan hal-hal negatif atau membiarkan sebanyak mungkin hal-hal negatif yang masuk. Kita membiarkan kedengkian kita memblokir segala bentuk hal positif atau kita dengki dengan hal negatif. Jadi ini kembali ke cara pandang kita.

Ketika ada pernyataan bahwa "sembunyikan amalanmu", harusnya kita mencari tahu apa alasan dibaliknya, kita cari referensinya, dalam suasana apa dinyatakan, dalam kondisi apa dia benar dan tepat, ini akan berbeda-beda pengertian dan tafsirnya. Imam Asy Syafi'i mengatakan, "Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak." Untuk mendapatkan pencerahan ini pembaca bisa memperkaya wawasan dengan membaca penjelasannya disini.

Jika kita mendapati status, tulisan teman-teman, kerabat, orang-orang yang menulis, "alhamdulillah, baru habis dhuha nih", "ketemu kakek renta, gak tega, aku beri aja nasi kotak ku, padahal aku laper lho", "abis reuni, lega bisa nyumbang 10 juta", ya biarin saja. Gak usah langsung dengki nya naik. Positif saja. Jangan langsung komen, "sombong", "baru gitu aja, nyetatus", "dasar pamer !!", dsb dst.

Kembalikan saja pikiran ini ke hal-hal positif, jadikan ia alarm, warning buat kita. Oh iya, saya semalam belum tahajud, kalau kita sudah melaksanakan dan lebih dari yang mereka tulis, mungkin adik kita, istri kita, anak kita belum, ya diingatkan saja, "dik, mainnya jangan sambil tiduran, nanti matanya sakit", "ayo nak, ke mesjid, sudah adzan", "ayo ibu, manatau ada yang mau disedekahin". Gitu aja mikirnya, gak usah ribet. Jadilah Penebar Kebaikan.

Perang Kebaikan vs Kebatilan

Hidup dalam dunia kemasan, kita sulit memilah dan memilih mana yang benar dan baik buat kita dan mana yang salah dan buruk. Katanya sih tayangan olah raga, tetapi kalau ditayangkan di televisi nasional, ditonton jutaan orang tua dan anak-anak, gulat bebas yang katanya olah raga itu, yang perempuan pun kita lihat saling pukul dan tendang, rasanya kok kurang pantas. Tanya diri kita, ini baik atau buruk ya buatku. Dengan menjadi Penebar Kebaikan, posisi kita sama dengan mereka yang menyerang diri kita dan lingkungan kita dengan konten porno, narkoba, aliran sesat dan sebagainya. 

Kenapa kita tidak menggunakan strategi mereka juga, membombardir internet, medsos dengan berbagai hal positif, kebaikan dan kreativitas yang positif. Bukankah kita tahu hadits "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat" (HR. Bukhari). Nah berpijak dari ini, untuk mengurangi dan membentengi diri kita dan lingkungan kita dari konten-konten buruk, kita sebarkan, ramaikan lah wall kita, medsos kita, viralkan hal-hal yang baik, bukan kedengkian yang kita tebarkan. Kalau ada yang kurang pas, anggap saja tarafnya masih belajar. Kalau ada yang merasa digurui anggap saja cara menyampaikannya kurang pas, cari dalil yang lebih pas. 

Jadi sifatnya selalu melengkapi, menutupi kekurangan yang ada, tetapi dalam konten yang benar, yang baik, bukan hal-hal yang buruk, begitu dapat berita kecelakaan, ada yang kirim foto lalu ditimpali, dilengkapi, dicari lagi dengan foto yang lebih riil, lengkap dengan kaki tangan yang putus, otak terberai, halah, buat apa sih, cukup kita tahu ada kecelakaan, jadi kan saja itu pelajaran. Kita viralkan doa mau jalan, doa dalam perjalanan, pesan hati-hati berkendara, memperhatikan rambu-rambu, dan hal positif lainnya yang bisa menutupi keburukan-keburukan. Ngapain sih, harus liat foto-foto kecelakaan gitu, yang tadi laper, jadi gak nafsu makan, rugi kan.

Jadi ketika kita mendapati hal-hal buruk, langsung tutupi dengan jutaan kebaikan, ingatlah prinsip air dalam gelas tadi, siram terus dengan kebaikan, karena ilmu ini sudah dicuri lebih dulu oleh keburukan. Mereka membombardir dengan konten buruk. Kenapa kita gak menjadi agen-agen Penebar Kebaikan. Tidak usah saling berbantah dalam kebaikan. 

Kita harus saling bangun, saling sinergi, saling melengkapi dalam kebaikan dan menutupi dalam keburukan. Ada berita buruk dikit saja, alihkan ke hal positif, ada teman memancing dengan tulisan, gambar tidak pantas di grup wa, grup bbm, tutupi, alihkan dengan tulisan, gambar yang baik, terus dan terus lakukan seperti itu hingga keburukan harus putar otak mempromosikan keberadaannya.

Anda tahu gak kalau Majalah Playboy, yang mendengarnya saja kita langsung terpikir bahwa majalah ini adalah majalah cabul, untuk beberapa tahun tidak menampilkan perempuan telanjang, surprise. Beritanya bisa dilihat disini. Bahkan majalah ini pernah menampilkan wanita berhijab. Woww pasti Anda sebagian marah, murka, kesal, campur aduk, tapi ketahuilah perasaan campur aduk itu, itu merupakan hal yang wajar dipermainkan oleh Majalah sebesar Playboy. Karena dunia ini saya sebut tadi Dunia Kemasan. Mereka tidak mampu lagi menjual ketelanjangan, hal-hal yang vulgar, dunia barat jenuh dengan ketelanjangan. 

Dunia barat melirik hijab, banyak perempuan berjilbab disana, Amerika, Canada, Perancis, Inggeris, pertumbuhannya pesat. Nah mereka putar otak, bagaimana majalah ini tetap eksis, dicarilah sensasi dengan menampilkan wanita berjilbab yang berprofesi wartawan. Dia tidak telanjang disana. Seharusnya kita bisa berpikir positif disini. Lihatlah bahwa air putih bisa menjernihkan air kotor. Itu yang terjadi disini. Tetapi, namanya juga dunia kemasan, kemarin Playboy kembali kepada kemasan awal seperti berita ini. Disini lah ujiannya, seberapa besar minat kita kepada kebaikan. Namanya juga manusia, perang kebaikan dan keburukan terjadi sepanjang masa, dari waktu ke waktu, melintasi ruang dan waktu. Jadi jangan campurkan emosi Anda dalam Dunia Kemasan ini. Teruslah menebar kebaikan hingga tidak ada tempat buat keburukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun