"Yaelah Liaaa, itu cuma mitos kali kita juga gabakal kenapa-napa, kita kan anak baik dan tidak sombong" ucap Rizky melakukan pembelaan.
"Yaudah terserah kalian, gue cuma takut ditinggal sendiri, semoga sukses... Gue ke kelas duluan" Lia bangun dari duduknya dan meninggalkan mereka berlima.
Dengan kesepakatan yang dibuat secara mendadak, mereka berlima akhirnya memutuskan untuk dergi ke desa tersebut.
Malam itu, angin berbisik pelan di antara pepohonan tua yang menjulang tinggi di tepi hutan. Cahaya remang-remang bulan menyinari jalanan kecil menuju Desa Terlarang. Di sebuah pondok usang, empat sahabat, Rizky, Maya, Dika, dan Ari, berkumpul untuk malam pemburu hantu yang katanya legendaris di desa itu.
"Kalian yakin mau melakukannya malam ini? Ko gue jadi merinding gini yaa" ucap Dika yang mulai ketakutan.
"Tenang aja, Dik. Itu cuma mitos belaka. Kita kan cuma cari sensasi, buat konten abis itu pulang" ucap Rizky berusaha menenangkannya.
"Tapi gue denger, suara tangisan bayi sering terdengar di hutan ini." Sambung Maya yang juga mulai merinding.
"Apa lagi yang kita tunggu? Ayo kita mulai ritualnya!" Ucap Ari kepada teman-temannya.
Mereka berempat menggelar peralatan ritual di lantai kotor, lilin menyala, dan buku mantra terbuka di tengah.
 "Apa kita benar-benar harus mengucapkan mantra ini?" ucap Dika semakin ragu akan perbuatannya.
"Tentu, itu bagian dari keseruan. Mari kita mulai." Ucap Rizky yang tidak sabar.