Weekend lalu saya berkesempatan menyeberang Selat Sunda untuk suatu keperluan. Bertahun tahun yang lalu saat masih ABG saya pernah juga menyeberangi selat yang tenang itu, dan tetap sama menggunakan Kapal Feri. Dugaan saya saat ini pastilah kondisi Kapal Feri sudah jauuuhhh lebih baik dari yang dulu pernah saya tumpangi. Tetapi ternyata.... ohh.. no..!!
Saya menyeberang dari Bakaheuni Lampung menuju Merak Banten kira kira jam lima sore. Antrian parkir mobil yang akan masuk ke Kapal Jatra itu tak terlalu padat. Mungkin karena bukan musim liburan. Gerombolan truk yang berbaris juga tak terlalu banyak sehingga suasana cukup nyaman. Nah..begitu turun dari parkiran mobil dan bergegas mencari tempat duduk untuk beristirahat inilah saya mulai menyaksikan pemandangan yang lumayan memprihatinkan.
1. Kebersihan
Dalam kapal Feri sangat jauh dari kata Oke alias jorok. Penumpang begitu leluasa membuang sampah. Lantai kapal yang berair menambah kejorokan situasi kapal. Hiyyy.... Belum lagi penumpang yang merokok seenak udelnya sendiri membuat udara di lingkungan "dek" kapal jadi pengap gak keruan. Toilet untuk buang air kecil pun sangat jauh dari kata bersih. Air di toilet Pria tidak tersedia. Bisa dibayangkan aroma toilet itu... Huueeekkkk..! Pokoknya syerem deh soal kebersihannya.
2. Tempat istirahat penumpang
Penumpang bisa memilih lokasi istirahat dalam Kapal Feri. Ada kumpulan penumpang yang menggelar tikar dan tiduran di sepanjang dek kapal, ada juga yang berdiri sambil memandangi selat yang diseberangi dan tentu saja sambil merokok. Huh!
Saya dan kerabat yang berjumlah 12 orang segera mencari tempat yang kami anggap paling nyaman yaitu kelas eksekutif. You know what..??? Saat kami masuk ruangan yang katanya eksekutif itu, Petugas yang berdiri di depan pintu memberikan informasi lisan bahwa AC dalam ruangan itu sedang tidak berfungsi alias rusak. Waduhhh... Mana enak ada dalam ruangan tertutup yang AC nya mati... pasti sangat tak nyaman. Oleh karena itu kami pun berbondong bondong keluar ruangan itu.
Kami menurunkan keinginan untuk beristirahat di kelas eksekutif, lalu kami turun ke kelas Bisnis. Beruntung dewi fortuna masih sayang sama kami. Hahahaaaa... kami rombongan yang selusin ini akhirnya mendapatkan tempat duduk yang lumayan empuk yang terletak di tengah ruangan . Kiri kanan ruangan itu diberi karpet dan sengaja digunakan untuk penumpang yang ingin lesehan atau tidur selonjoran. Kebanyakan kiri kanan ruangan itu telah terisi oleh penumpang yang berbaring... (kapan mereka masuknya ya...?hehe kok sudah ambil posisi yang nyaman sentosa begituu... ). Nah, di depan terdapat satu set alat musik semacam band sederhana dan beberapa perempuan muda nan seksi.. Saat itu Saya belum paham tentang apa maksud dari semua properti itu. Hehe.. maklumlah kan jarang naik kapal feri...Hihii.
3. Hiburan di Kapal
Tak berapa lama kami duduk di sofa yang lumayan empuk di kelas bisnis itu, mulailah seorang perempuan muda nan seksi tadi itu berdiri di depan dekat peralatan band dan bilang :..." Halo para penumpang.. Kami ingin menghibur penumpang semua dengan lagu-lagu dangdut sepanjang perjalanan kita ini..."
Gubraaakkk!!! Sepanjang perjalanan??? gile aja.. kan menyebrang perlu paling sedikit dua jam! Kalau mereka menyanyi selama dua jam itu, terus kapan penumpang bisa tidur?? CK..ck..ck.. nekat bener nih para artis dangdut.. hehe..
Dan benar saja saudara-saudara... mereka menyanyi dengan suara yang POL plus volume sound system yang paling besar! bukan cuma menyanyi keras-keras, mereka juga menghampiri para penumpang untuk meminta partisipasi alias saweran. Lebih tega nya lagi, mereka berani membangunkan penumpang yang tengah tertidur pulas... Oh, no...!! Bapak bapak sepuh yang ada dalam rombongan kami pun tak luput dibangunkan dari tidur dengan cara yang (maaf) kurang sopan. Berbalut pakaian ketat, mereka meliuk liukkan tubuh sintalnya (baca: gemuk) . Duh... Mereka anggap semua penumpang adalah penggemar dangdut yang begituan (karena ada dangdut yang baik). Sampai sampai ada seorang laki laki muda lari terbirit birit karena risih dibangunkan dari tidur dan didepan mata disodori perempuan seksi yang berjoget. Hahahahaaa... Ngacir tuh mas mas...
Apa yang mau saya kemukakan disini bukan cuma soal 3 hal diatas tetapi lebih kepada soal pengelola kapal feri penyeberangan di selat sunda itu. Dengan hadirnya Menteri Perhubungan kita yang beda dari menteri sebelumnya, saya punya harapan besar agar kapal feri dapat dikelola dengan lebih profesional seperti yang telah diterakan pada kereta api. Kalau yang sekarang sih masih jadul dan kamseupay padahal penumpang telah dikenakan biaya parkir mobil sebesar Rp.360 ribu dan itu bukan biaya yang murah. Sudah semestinya pengelola bisa meningkatkan kualitas pelayanan kepada penumpang. Kebersihan toilet dan ruangan kapal mesti jadi perhatian khusus, terlebih larangan merokok mestinya diutamakan. lalu, Para penghibur dikapal agar dapat dikelola lebih baik lagi supaya tidak mengganggu penumpang yang hendak beristirahat. Saya kira Jika serius mengurusnya , pasti pengelola sanggup memberi kenyamanan bagi penumpang kapal Feri penyeberangan ini. Atau .... pilihan lain : Pemerintah segera membuat jembatan penghubung dua pulau besar di Indonesia itu. Hahahahaaaa.... mimpi kali yeee...
Saya berharap saat saya akan menyeberang lagi kapan-kapan, saya akan merasakan kenyamanan seperti di kapal pesiar... dan saya akan bilang : Oh... Yessss!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H