" Yo jelas ada to mas, kalau saya punya impian desa kita damai, semua masyarakat merasakan hidup mapan, bahagia lahir dan batin. Biar anak cucu kita merasakan kesejahteraan lahir dan bathin", jawab mbok sum dengan spontan.
" Wah...panjenengan juga punya impian juga nggih mbah", sela Kang Pairin yang dari tadi diam sambil menghisap sebatang rokok di jemarinya.
" Yo mesti to kang, setiap manusia yang hidup pasti punya impian", potong mas Bagus sambil terkekeh dengan memainkan Hp yang dari tadi ditangannya.
Mas Bagus adalah seorang Sarjana Ekonomi salah satu perguruan tinggi, tetapi dia bukan orang kantoran. Hidupnya dia dedikasikan untuk bertani...mengembangkan bakatnya berbisnis. Ketika orang bertanya, kenapa tidak jadi pegawai atau orang kantoran...dia selalu konsisten dengan jawabannya, " Semua profesi sama saja, dengan dilandasi ibadah pasti membuahkan hasil dan Barokah lagian kalau saya jadi orang kantoran saya akan selamanya disuruh suruh...kalau saya seperti ini , tidak ada yang menyuruh, bisa berfikir dan mengembangkan kemampuan tanpa terbelenggu aturan yang ada".
" Kalau saya pribadi mas didiek menanggapi obrolan sampean dengan kang Paijo tadi, sebagai pemuda saya juga punya impian", kata mas Bagus melanjutkan pembicaraannya.
" Apa mas harapan dan impian dari desa kita?", tanyaku dengan penasaran.
" Saya punya pendapat, yang paling fundamental adalah pembinaan ke anak-anak kita, anak-anak usia sekolah kita kasih bekal tentang segala hal...karena mereka nanti adalah calon pemimpin negri ini. Kita tahu memang banyak sekali bekal yang dikasihkan kepada mereka tapi sebagai warga kita tidak boleh berpangku tangan saja hanya melihat tanpa berkonstribusi terhadap perkembangan mereka. Kepribadian dan karakter mereka sebetulnya harus kita bentuk sedikit demi sedikit, sehingga mampu bersaing di masa depan nantinya. Tidak menutup kemungkinan lo mas, kang...pemimpin negri ini berasal dari desa kita. Pemimpin bukan hanya Presiden, Pemimpin bisa berupa posisi yang menentukan kemajuan bangsa ini", mas Bagus memberikan opini yang tidak kami duga sama sekali.
" Oh...seperti  itu yo mas?", kang Pairin menyela.
" Iya kang, banyak hal  yang perlu kita asah pada mereka generasi muda itu...khususnya di desa kita. Pembangunan itu bukan hanya sekedar membangun barang atau apapun, pembangunan bisa berupa pembentukan karakter yang bersifat dasar dan berkesinambungan. Ketika sebuah bangunan ada masa pakainya, ada saatnya untuk rusak dan usang maka lain halnya dengan yang saya sampaikan tadi ang, mas...yaitu tentang sebuah "karakter" yang tak akan lekang sampai kapanpun. Dari mereka yang nantinya sudah terbentuk karakter kejuangan, kepemimpinan, keuletan dan lain sebagainya tentunya dengan dasar Agama...saya yakin kang, mas...masyarakat akan maju. Mereka bisa menjadi "butterfly effect" yang mana peran mereka walaupun kecil nantinya akan membentuk perubahan kearah lebih baik lagi dan akan menular dan ditularkan lagi ke penerusnya lagi", pungkas Mas Bagus.
Kami tercengang dengan ucapan mas Bagus, " Kadang saya berfikiran mas... Tuhan menciptakan dan menempatkan kita disuatu tempat, tak lain untuk berbuat baik kepada sesama dan membawa perubahan yang lebih baik lagi. Itu yang saya yakini", kata Mas Bagus.
"Trus apa yang harus kita lakukan sebagai masyarakat mas Bagus?", tanya saya dengan semangat.