Mohon tunggu...
Youber
Youber Mohon Tunggu... Mahasiswa - Murid 😀

Menulis, Menggambar, Bermain Badminton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terjebak di Tanah yang Tak Terkenal

24 Mei 2023   08:32 Diperbarui: 24 Mei 2023   08:40 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu tanah tak terkenal, terlihat satu figur orang yang berjalan menuju suatu lokasi. Tanah tandus tak bernyawa ini sangatlah berangin dan tentunya menghembus banyak sekali debu dan pasir. Tempat ini bukanlah gurun pasir di afrika utara maupun tiongkok, melainkan tanah yang lebih jauh daripada tempat-tempat tersebut. Tanah ini merupakan tanah yang dicari-cari jalan menujunya oleh Ilmuwan di seluruh penjuru dunia. Tanah ini tiada lain adalah tanah Mars. Planet merah yang menyembunyikan banyak harta-harta yang sebelumnya belum pernah terlihat oleh bangsa manusia.

Beberapa ratus tahun yang lalu, NASA berhasil mengabulkan impian manusia dengan meluncurkan ekspedisi ke luar angkasa terdekat dari Bumi, bulan. Namun, suara sorak-sorai kegembiraan yang mengisi Amerika dan Eropa itu telah berlalu. Kini, hanya tersisa kesunyian yang menggelayuti langit malam. Sebuah keberhasilan yang begitu besar dalam sejarah manusia, yang sejajar dengan penemuan pembangkit listrik dan penggunaan besi, tetapi tetap menggambarkan perasaan yang tak terjangkau, mengirim manusia ke angkasa yang tak berujung.

Beberapa tahun kemudian, NASA tidak lagi memiliki waktu untuk merenungkan hal semacam itu. Mereka terjebak dalam rutinitas penelitian dan pengumpulan pengetahuan, mengorbankan ambisi demi keuntungan finansial. Satelit-satelit diluncurkan, misi-misi antariksa diluncurkan oleh NASA dan berbagai program antariksa negara lainnya untuk mempelajari planet dan bulan di tata surya. Bagi para pengagum eksplorasi luar angkasa, mereka menaruh harapan pada EAO (European Astronomical Organization), yang memiliki rencana mengirimkan manusia pertama ke planet merah, Mars.

Dalam proyek besar yang dilakukan oleh EAO ini, terdapat beberapa astronot yang terlibat, termasuklah Umar. Umar adalah sosok yang dermawan dan tak pernah mengenal kata menyerah. Dia dikenal dan dihormati oleh masyarakat di desanya. Namun, kepergiannya untuk mengejar impian tersebut menyisakan kesedihan yang mendalam. Meskipun orang tua Umar juga terlihat sedih karena kepergiannya, mereka juga merasa bangga dengan prestasi anak yang mereka didik.

Setelah setahun berlalu, akhirnya Umar dan rekan-rekannya memasuki roket khusus yang telah dirakit dengan cermat, siap membawa para astronot menuju planet Mars dan kembali dengan selamat. Di dalam hening yang mengiringi keberangkatan mereka, terasa kehadiran atmosfer yang melankolis. Dalam teknologi mutakhir yang dimiliki roket EAO, mereka akan melintasi ruang angkasa hanya dalam waktu maksimal 1,2 tahun perjalanan pulang-pergi. Namun, di balik kemegahan pencapaian ini, ada kekhawatiran dan kehilangan yang tak terucapkan, seolah-olah angkasa luar menyimpan rahasia yang tak dapat diungkapkan oleh kata-kata.

Satu bulan telah berlalu. Tidak ada tanda-tanda mesin kapal yang rusak. Semua berjalan lancar sesuai rencana yang telah diberikan oleh EAO. Banyak eksperimen yang dilakukan dalam area gravitasi nol selagi menunggu dalam perjalanan menuju Mars. Dua bulan telah berlalu dan ada beberapa hal yang dapat menjadi masalah. Seperti kegagalan mesin dan reaktor kapal angkasa EAO. Meskipun kapalnya memiliki semacam energi alternatif lain untuk berjaga-jaga, hal ini sangat membingungkan ilmuwan yang berada di Bumi.

“Bagaimana hal tersebut dapat terjadi?”

“Apakah ada asteroid yang tak terdeteksi di ruang hampa ini?”

Bulan kelima, beberapa hari sebelum kedatangan ke planet Mars. Bagian-bagian kapal yang telah dirancang oleh para insinyur EAO mulai hancur satu persatu. Para astronot bersyukur karena sumber energi yang akan digunakan nanti untuk kembali pulang ke Bumi masih utuh tanpa ada kerusakan sama sekali.

“Kapal telah memasuki atmosfer mars, bersiap untuk mengeluarkan parasut dan kaki landasan dalam tiga, dua, satu”.

Apa? Apa yang terjadi? Komunikasi suara telah terpotong dan yang tersisa hanyalah gambaran kamera kapal yang terpenuhi dengan debu-debu merah. Ilmuwan di bumi sangatlah takut akan apa yang telah terjadi. Yang memperburuk situasi ini adalah bahwa EAO sebenarnya menyiarkan langsung perjalanan mereka pada orang-orang sejak awal.

Orang tua Umar terkejut. Umar, yang telah lama diarahkan oleh ibunya untuk menjadi seorang astronot yang terkenal dan meraih kesuksesan dalam hidupnya, tiba-tiba menghilang entah ke mana, hanya karena kesalahan teknis dari EAO. Sebelum orang-orang sempat mengekspresikan ketidakpedulian EAO di media sosial, bayangan suram muncul di layar, mendekati kamera dari pesawat luar angkasa. Itu adalah Umar, satu-satunya astronot yang selamat dari kecelakaan tersebut.

Betapa terkejutnya mereka – ilmuwan dan warga desa Umar – saat mengetahui bahwa dia masih selamat. Meskipun pakaian astronotnya terlihat rusak di beberapa bagian, sebagian besar dirinya masih utuh dan bernafas. Setelah menemukan sebuah kamera yang masih mampu mentransmisikan sinyal, Umar mencoba mengukir sebuah tulisan di atas batu menggunakan pecahan-pecahan dari kapal yang rusak.

“Kapal rusak. Tiada teman. Sendirian. Apa sekarang?”

Tanpa dapat menerima signal apapun dari bumi, Umar memutuskan untuk terus berjalan meraungi mars dengan sisa oksigen yang ia miliki, meninggalkan kameranya. Umar menaruh kameranya kembali di atas tanah mars dan berputar balik, berjalan menuju awan debu bekas kecelakaan kapal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun