Inilah salah satu yang paling saya kagumi dari dirinya. Boleh dibilang, ilmu agama Habib sudah tidak diragukan lagi, namun ia tidak berkeberatan berdialog dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan yang ada di beberapa agama. "Bagiku agamaku, dan bagimu agamamu", sebuah kutipan ayat suci Quran yang betul-betu melekat pada diri Habib, namun ia juga tidak memandang rendah atau langsung mengatakan bahwa sebuah agama salah total. Â
Habib Husein amat luwes berdialog dengan berbagai macam kalangan. Ia juga bukan seorang sosok yang kaku, dan masih sangat sering bercanda juga dalam kebaikan. Memang dialog adalah jalan terbaik untuk menhadapi perbedaan dan memupuk nilai toleransi masyarakat Indonesia yang semakin ke sini semakin punya banyak sentimen jika berbeda agama dengan orang lain.
Produktif dengan Juga Menuliskan Buku-Buku Pemikirannya
Di salah satu video yang dibagikannya, Habib bercerita bahwa awalnya ia membangun kanal "Jeda Nulis" untuk menyeimbangkan kegiatannya menulis narasi-narasi dakwah. Seluruh konten pada kanal tersebut tidak disisipkan iklan, karena memang dirinya tidak mengaktifkan adsense dan murni meniatkan diri untuk berbagi.Â
Selain dialog-dialog berupa video, Habib Husein juga cukup aktif menulis. Salah satu bukunya berjudul "Tidak di Ka'bah, di Vatikan, atau di Tembok Ratapan, Tuhan Ada di Hatimu". Sebuah buku yang berisikan narasi-narasi singkat buah pemikiran sang Habib yang begitu dekat dengan permasalahan kehidupan pemuda sehari-hari, dan juga bagaimana ia beragama.Â
Salah satu bab favorit saya dalam buku tersebut adalah bab dengan judul "Bisakah Agama Dinista dan Tuhan Dibela?". Barangkali pemikiran ini berangkat dari fenomena di Indonesia beberapa tahun silam terkait seorang tokoh yang dianggap menistakan agama,sehingga ada sebuah kelompok yang berusaha membela Tuhan.Â
Izinkan saya mengutip salah satu quote pada bab tersebut
Orang-orang di luar Islam sampai kapan pun tak kan pernah bisa menghina ajaran Islam maupun merendahkan citra Islam, selama umat Islam tak berbuat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam itu sendiri. (Tuhan Ada di Hatimu, halaman 73)
Barangkali kehadiran Habib Husein bagaikan air mengalir yang menghapus kebencian-kebencian dan menumbuhkan cinta sesama manusia, tanpa memandang agama. Namun walau begitu, tetap sebagai seorang muslim kita mesti banyak belajar dan terus bertanya, sehingga mendapatkan jawaban-jawaban yang menenangkan hati untuk tetap memeluk agama ini. Â Panjang umur untuk pendakwah-pendakwah yang ramah untuk kalangan-kalangan yang merasa tersesat. Panjang umur dakwah Islam tanpa kekerasan yang didasari dengan cinta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H