Menyambungkan kabel ke sumber listrik.
Ah, akhirnya saya bisa tidur sekarang.
Tapi saya lupa.
Saya belum memikirkan lauk untuk sahur nanti. Karena pulang terlalu malam, warteg langganan saya sudah tutup sewaktu dalam perjalanan tadi. Saya membuka lemari persediaan makanan. Ah, masih ada kerupuk dan mie instan. Ada juga sebotol bubuk cabai untuk pelengkap nasi yang hangat.
Baiklah, berarti sahur nanti saya akan makan nasi bersama mie instan dengan cita rasa bubuk cabai. .
Iyaa, saya yang kuliah Teknologi Pangan amat paham, berarti sahur saya itu karbohidrat semua. Ditambah bumbu dan mecin penyedap rasa. Tapi buat anak kosan seperti saya waktu itu, sahur bukan tentang mau makan apa, tapi makan apa saja yang ada. Karena ada mie instan, baiklah, itu sudah sangat cukup.
Saya pun berganti pakaian, kemudian merebahkan diri. Memasang alarm untuk bangun pukul 03.45 pagi, sebab saya harus memasak mie instan dahulu nanti.
Oh ya, saya memasak mie instan ini juga di rice cooker yang sama dengan saya memasak nasi. Caranya? Nasi dikeluarkan terlebih dahulu, dicuci, kemudian diisikan air.
Air kemudian dididihkan terlebih dahulu dengan mengatur agar 'jegrekan' rice cooker tetap pada posisi 'cook' (biasanya saya menahan jegrekan rice cooker dengan suatu benda, sebab kalau hanya air, rice cooker entah mengapa enggan berada dalam posisi cook, mungkin kekurangan berat. Anda yang sering memasak pasti paham).
Setelah mendidih, kemudian barulah mie instan dimasukkan, dan didiamkan beberapa saat hingga lunak. Sangat praktis untuk anak kosan seperti saya.
Saya pun tenang dengan membayangkan akan makan mie instan dan nasi hangat di dinginnya pagi nanti. Saya terlelap dan menghapus lelah hari itu.