Tantangan Etika dan Algoritma Platform
Algoritma YouTube adalah inti dari masalah ini. Platform ini dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna sebanyak mungkin, tanpa memikirkan dampaknya terhadap perkembangan karakter anak-anak. Meskipun YouTube telah menyediakan platform khusus seperti YouTube Kids, banyak kritik yang menyebutkan bahwa algoritma di sana pun tidak sepenuhnya aman. Sebuah laporan dari The New York Times menunjukkan bahwa algoritma YouTube Kids sering merekomendasikan video dengan tema aneh atau menakutkan yang tidak sesuai untuk anak-anak, seperti video parodi tokoh kartun yang menampilkan adegan kekerasan atau hal-hal tidak pantas lainnya.
Di sisi lain, kreator konten yang menargetkan anak-anak juga menjadi masalah tersendiri. Banyak kreator yang menghasilkan video dengan kualitas edukasi rendah namun tetap populer karena memanfaatkan karakter-karakter lucu atau warna-warna cerah untuk menarik perhatian anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan finansial sering kali menjadi prioritas utama, sementara dampak konten terhadap perkembangan anak-anak tidak menjadi perhatian.
Digital Parenting yang Perlu Berevolusi
Kegagalan orang tua dalam memanfaatkan teknologi komunikasi seperti YouTube untuk mendukung perkembangan karakter anak mencerminkan perlunya revolusi dalam digital parenting. Orang tua tidak cukup hanya dengan membatasi durasi penggunaan perangkat, tetapi juga harus lebih proaktif dalam memandu konsumsi digital anak-anak mereka.
Pertama, orang tua harus mengedukasi diri mereka sendiri tentang cara kerja algoritma platform seperti YouTube. Pemahaman ini memungkinkan mereka untuk membantu anak memilih konten yang lebih edukatif dan sesuai usia. Kedua, orang tua perlu memanfaatkan fitur kontrol orang tua yang tersedia, seperti pembatasan waktu layar, daftar konten yang diizinkan, dan mode pengawasan.
Selain itu, penting bagi orang tua untuk mendampingi anak-anak saat mereka menonton YouTube. Dengan cara ini, orang tua dapat berdiskusi tentang konten yang ditonton, memberikan pemahaman tentang nilai-nilai positif, dan mengajarkan anak berpikir kritis terhadap informasi yang mereka konsumsi.
Kesimpulan
YouTube memang menawarkan peluang besar untuk belajar dan hiburan, tetapi tanpa pengawasan yang tepat, platform ini dapat menjadi alat yang merusak pembentukan karakter anak. Kegagalan digital parenting dalam menghadapi perkembangan teknologi komunikasi telah memberikan dampak negatif yang signifikan, mulai dari eksposur terhadap konten tidak pantas hingga ketergantungan pada validasi digital.
Untuk menghadapi tantangan ini, orang tua harus mengadopsi pendekatan yang lebih aktif dan strategis dalam mendampingi anak di dunia digital. Di sisi lain, platform seperti YouTube juga memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki algoritma mereka agar lebih mendukung konten yang mendidik dan sesuai dengan usia pengguna. Dengan kerja sama yang baik antara orang tua, platform, dan masyarakat, perkembangan teknologi komunikasi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk membentuk karakter anak-anak yang kuat dan positif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI