"Itu saja sudah cukup kok, mbak."
"Memangnya dagang di mana, bang?"
"Di jalan Melati, mbak."
"Doa Mande?"
"Iya, mbak."
"Oalah, kalau itu sih saya tahu!"
"Kapan-kapan mampir, Mbak," ujar pria itu, "cicip Dendeng Batokoknya. Untuk daging-dagingan saya semua yang masak, mbak." katanya dengan bangga.
Ariani pun turut berbangga hati karena dugaannya selama ini tepat. Betapa indahnya jika seorang juru masak di rumah makan Padang mendapat dukungan dari seorang wanita yang punya keahlian membuat banyak orang tersenyum, dan memiliki pengetahuan mendalam tentang daging sapi ---tetapi itu adalah mimpi di siang bolong bagi Ariani.
Terkadang ketika pria itu datang, khususnya pada hari Jumat, pria itu mengobrol sebentar dengan Ariani. Ariani akan menatap wajahnya dengan seksama meski sekilas.Â
Ariani suka melihat pria itu saat ia menyisir rambut dengan jarinya. Sebaliknya, pria itu sepertinya juga senang mengobrol dengan Ariani yang kerap kali ucapannya mengundang tawa.
Pria itu terus datang tiga hari dalam seminggu, dan tak pernah ia membeli has luar, sengkel, atau sandung lamur. Suatu hari pria itu datang meminta daging has dalam pada Ariani tanpa memilihnya terlebih dahulu. Kunci motornya tertinggal di parkiran, sehingga ia mesti segera kembali ke sana untuk kemudian mengambilnya.