Jagad politik Indonesia memang penuh kejutan. Kejutan bisa berasal dari kalangan politisi sendiri yang kerap melakuka blunder memalukan, namun tak jarang juga datang dari luar. Hal terakhir terjadi dalam beberapa hari belakangan dimana dukungan demi dukungan terus disampaikan kepada Capres/Cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Bermula dari Ulama dan penceramah kondang, Ustad Abdul Somad yang dengan tersirat menyatakan dukungan kepada Prabowo, lalu diikuti oleh Dahlan Iskan, Si Raja Media yang pernah menjadi Big Bos Jawa Pos Group, kini muncul dua nama baru, Ustad Adi Hidayat yang sering muncul di saluran televisi dan yang paling gress tentulah Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo.
Sebenarnya, tidak ada yang baru dari dukungan tokoh tokoh tersebut. Ustad Abdul Somad misalnya mengakui, setiap ia berceramah di seantero negeri, ia kerap menjumpai jamaah pengajiannya yang mengelukan elukan dan menerikaan nama Prabowo. Meski baru kemudian mendapatkan kepastian dari ulama kampung (istilah UAS untuk ulama yang tidak terkenal) barulah ia menemui Prabowo dan menyampaikan apa yang selama ini dia dengar, saksikan dan diamanahkan untuk disampaikan.
Penambahan nama nama besar yang masuk ke dalam line up pendukung Prabowo tidak berhenti di nama Abdul Somad semata, nama Ustad Adi Hidayat, Dahlan Iskan, Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsuddin, dan nama Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo menyusul nama lain semisal Rizal Ramli, Said Didu, Sudirman Said, Erwin Aksa dan beberapa pemain berkelas lainnya.
Tentu saja, masuknya tokoh tokoh terkemuka itu diyakini akan mengubah secara signifikan peta dukungan pemilih. Sebab, baik UAS, UAH, Jenderal Gatot dan Jendral Sjafrie adalah tokoh yang memiliki basis masa yang cukup signifikan.
Nama lain yang ditunggu dan disebut sebut akan segera menjadi penutup adalah nama Ustad Arifin Ilham dan Ustad K.H Abdullah Gymnastiar atau kondang disapa Aa Gym. Pengasuh Ponpes Daarut Tauhid Bandung itu sebenarnya sudah lama berbau Prabowo Sandi.
Kini dengan dukungan dari Ustadz Abdul Somad (UAS) yang memiliki pengaruh sangat besar dalam berdakwah, jelas peta dukungan akan berubah drastis. UAS jelas bukan sembarang ulama. Meminjam istilah Jokowi, Ia bukan kelas kaleng kaleng yang bisa dipandang sebelah mata. Justru sebaliknya memandang sebelah mata kepada UAS adalah sebuah kesombongan yang berakibat fatal.
Lain lagi dukungan yang datang dari Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsuddin, Sjafrie sempat redup karir politiknya selepas menjabat sebagai Pangdam Jaya pada tahun 1998 silam, kembali bersinar dan mendapatkan jabatan strategis sebagai Sekjend Kemenhan dan menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan pada era Kabinet Indonesia Bersatu II di masa pemerintahan Presiden Yudhoyono.
Nama nama seperti Said Didu, Sudirman Said, Rizal Ramli dan Erwin Aksa tidak perlu dijelaskan lagi. Mereka sudah menyatu padu dengan nama nama seperti Jansen Sitindaon, Imelda Sari, Gamal Albinsaid, Faldo Maldini, Miftah Sabri, Ferdinand Hutahaean dan Rahayu Sarasvati.
Kita tinggal membaca nama Dahlan Iskan dan Gatot Nurmantyo. Dua nama ini memang kejutan. Gatot sempat menolak dan protes ketika sebuah spanduk pada beberapa bulan lalu terpasang yang menyebutkan ia bersama Prabowo. Kini, terang benderang sudah, Mantan Panglima TNI itu kemudian menyatakan dukungan kepada sang senior di TNI. Gatot Nurmantyo, Purnawirawan Jenderal TNI Angkatan Darat sudah menentukan sikap. Ia bersama Prabowo Sandi untuk Indonesia yang Adil dan Makmur.
Dahlan Iskan, adalah raja media. Meski ia telah melepas sahamnya di Jawa Pos dan memilih menjadi traveler, Dahlan adalah tokoh yang berpengaruh. Ia bukan sembarangan tokoh di Jawa Timur yang selain Jawa Tengah menjadi Battle Field terbesar kedua.
Pengaruh Dahlan sebagai tokoh di kalangan aktifis pesantren dan Kiyai NU juga tidak kecil. Ia lulusan pesantren dan dekat dengan para kiyai. Dahlan, GN adalah darah segar dan jika diibaratkan misil berdaya ledak besar, keduanya adalah misil yang memporak porandakan pertahanan petahana.
Bergabungnya Sjafrie Sjamsuddin, Gatot Nurmantyo, Dahlan Iskan dan Abdul Somad jelas membuat kubu Jokowi waspada. Berbagai bantahan dalam bentuk publikasi hasil survey dikeluarkan. Jokowi akan menang hingga 65 persen. Sebuah angka fantastis. Tapi ya itu, survey dilaksanakan sebelum UAS, UAH, GN, DI dan Sjafrie bergabung.
Teman saya yang sedang kuliah Doktor di UIN Syarif Hidayatullah mengatakan bahwa Prabowo sudah memang secara psikologis melawan Jokowi. Dan hanya kecurangan yang bisa mengalahkannya di Pilpres nanti. Alahuwalam, Entahlah. Semoga saja kecurangan itu tidak terjadi meski kita tahu baru baru ini ada indikasi ke arah itu. Saya juga yakin, Jokowi tentu tidak mau menang Pilpres dengan cara yang tidak baik. Sebab kata pendukungnya ia orang baik. Orang baik tentu tidak mau menang dengan cara yang tidak terpuji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H