Judul: Jangar Bali
Tahun Terbit : 1942
Nama Penerbit : Balai Pustaka
Jumlah Halaman : 257 halaman
Nomor ISBN : 979-666-225-6
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995). Novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangakaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.Â
Sebagai genre sastra, karya fiksi dapat dibedakan menjadi beberapa macam bentuk, baik itu roman, cerpen, maupun novel. Perbedaan ketiga karya fiksi tersebut hanya terletak pada panjang pendeknya isi cerita yang diisuguhkan oleh penulis, serta jumlah pelaku yang mendukung isi cerita itu sendiri.
Tentang Pengarang
Nur Sutan Iskandar, yang nama aslinya Muhammad Nur, adalah sastrawan Indonesia yang terkenal pada masa Balai Pustaka. Ia lahir pada 3 November 1893 di Sungaibatang, Maninjau, Sumatera Barat. Nur Sutan Iskandar menamatkan pendidikan sekolah rakyat pada tahun 1909 dan segera setelah itu menjadi guru bantu di sekolah yang sama.Â
Belum ada informasi pasti apakah ia melanjutkan pendidikan atau mulai bekerja setelah itu di Padang. Pada tahun 1919, Nur Sutan Iskandar pindah ke Jakarta dan bergabung dengan Balai Pustaka, lembaga penerbitan milik pemerintah Hindia Belanda yang fokus pada sastra Indonesia. Awalnya ia bekerja sebagai korektor naskah sebelum akhirnya meraih posisi penting sebagai Pemimpin Redaksi pada tahun 1925, jabatan yang dipegangnya hingga tahun 1942.Â
Sebagai sastrawan yang sangat produktif, Nur Sutan Iskandar menciptakan banyak karya selama lebih dari 20 tahun berkarya di Balai Pustaka, termasuk puluhan novel, cerita pendek, dan terjemahan. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah novel "Jangir Bali", yang masih populer hingga saat ini.Â
Selain menulis karya asli, ia juga aktif menyadur dan menerjemahkan karya sastra asing, seperti karya-karya Alexandre Dumas, H. Rider Haggard, dan Arthur Conan Doyle. Nur Sutan Iskandar menjadi sosok penting dalam perkembangan sastra Indonesia pada masanya dan karyanya telah memperkaya khazanah sastra Indonesia serta menghibur pembaca dari berbagai generasi.
Â
Sinopsis
Jangir Bali adalah novel sastra klasik karya Nur Sutan Iskandar yang mengisahkan cinta abadi seorang pemuda Bernama Raden Panji Susila terhadap kekasihnya, Putuasih. Kisah mereka dibumbui dengan perbedaan budaya, jarak dan cobaan hidup.
Raden Panji Susila, seorang bangsawan muda asal Madura yang kini merantau ke Singaraja, Bali. Umurnya barulah 21 tahun. Dia adalah anak yatim, ayahnya telah meninggal, kini hanya tinggal ibunya seorang.Â
Di Singaraja, Susila tinggal berdua di sebuah rumah yang sederhana bersama anak didiknya, Jelantik. Awalnya Susila tinggal bersama paman dari ayahnya dan bibinya, akan tetapi karena merasa tidak leluasa untuk melakukan ini dan itu akhirnya susila memutuskan untuk berumah tangga sendiri.Â
Di Bali, Susila menjadi seorang guru partikulir di sekolah Taman Siswa. Selain mengajar di sekolah Taman Siswa pada pagi hari menjelang siang hari, Susila juga mengajar para orang tua yang tidak bisa membaca dan menulis pada malam hari bersama kawan-kawannya. Pada suatu hari, upacara melis atau biasa disebut dengan upacara pembersihan jiwa yang biasa Putusasih.Â
Perjalanan cinta kasih kedua muda itu tidaklah berjalan dengan mulus. Banyak sekali cobaan yang mereka hadapi. Pada suatu hari susila mendapat surat kawat dari saudaranya wahyuni.Â
Dalam surat itu dikabarkan bahwa ibu Susila sedang sakit. Susila bingung, haruskah dia pulang atau tidak, karena Susila pun enggan meninggalkan Putusasih yang akhir-akhir itu selalu mengalami kecemasan. Akhirnya Susila memutuskan untuk pulang menjenguk ibunya dan tinggal beberpa hari di rumah.Â
Sesampainya di rumah ternyata ibunya tidaklah sakit, isi dari surat itu hanya akal-akalan ibunya saja agar Susila pulang. Ternyata kepulangannya itu hendak dijodohkan dengan saudaranya yaitu Wahyuni.Â
Susila menolak untuk dinikahkan dengan saudaranya itu, begitu pun dengan Wahyuni. Susila mendapat kabar dari Bali bahwa kawan-kawannya itu dipenjara. Ia amat terkejut mendengar kabar tersebut, ia hendak menyusul kawan-kawannya itu ke Bali.Â
Akan tetapi natnya itu dihentikan oleh salah satu kawannya dan mengatakan bahwa jika susila pergi ke kantor polisi, maka Susila pun akan dimasukkan ke penjara juga. Akhirnya susila bersabar demi ditunggunya kabar pembebasan kawa-kawannya itu.
Hal Yang Menarik yang terdapat dalam Novel "Jangir Bali"Â
Novel "Jangir Bali" karya Nur Sutan Iskandar menawarkan pesona tersendiri bagi para pembaca dengan berbagai elemen menarik yang menghidupkan ceritanya. Kisah Cinta Abadi antara Raden Panji Susila dan Putuasih menjadi inti cerita yang begitu mendalam dan penuh perjuangan.Â
Kisah cinta mereka yang tulus mengalir sepanjang novel, menyentuh hati pembaca dengan keindahannya. Perpaduan Budaya Jawa dan Bali dalam novel ini sangat kental terasa, memberikan gambaran yang detail tentang kehidupan dan budaya masyarakat pada masa itu. Perbedaan serta persamaan antara kedua budaya ini menjadi tambahan bumbu menarik dalam cerita.Â
Novel ini juga menghadirkan Perjalanan Spiritual Raden Panji Susila, di mana melalui berbagai peristiwa dan pertemuan dengan tokoh-tokoh lainnya, ia mengalami pertumbuhan pribadi dan menemukan makna hidup yang lebih dalam.Â
Gaya bahasa Nur Sutan Iskandar yang indah dan puitis memperkaya cerita, menghadirkan setiap emosi tokoh-tokohnya secara nyata bagi pembaca. Lebih dari sekadar hiburan, "Jangir Bali" juga sarat dengan nilai-nilai luhur seperti kesetiaan, cinta, keteguhan hati, dan semangat perjuangan. Nilai-nilai ini tidak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga masih memiliki inspirasi yang kuat bagi pembaca saat ini.Â
Secara keseluruhan, "Jangir Bali" adalah sebuah novel yang menggabungkan kisah cinta yang mendalam, petualangan yang seru, dan refleksi mendalam tentang kehidupan. Novel ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan banyak pelajaran berharga tentang hidup dan nilai-nilai kehidupan.
Kekurangan yang terdapat dalam Novel "Jangir Bali"Â
Dibalik ke apikan nya mahakarya sastra, "Jangir Bali" tak lekang oleh kekurangan yang patut ditelaah, yaitu;
1. Perspektif Terbatas: Novel ini cenderung terlalu fokus pada sudut pandang Jangir sebagai protagonis utama. Hal ini dapat mengakibatkan pengabaian terhadap sudut pandang karakter lain dalam cerita dan kurang memberikan gambaran yang luas tentang dunia sekitar yang kaya pada masa itu.
2. Fokus pada Romantisme: Sebagai novel roman, "Jangir Bali" lebih mengutamakan cerita cinta antara Jangir dan kekasihnya. Fokus yang berlebihan pada aspek romantisme ini berpotensi menutupi atau mengurangi eksplorasi terhadap tema atau aspek lain dari budaya Bali yang juga dapat menjadi substansi yang kaya untuk dieksplorasi.
3. Komentar Sosial: Diterbitkan pada tahun 1946, novel ini mungkin tidak secara mendalam membahas masalah-masalah sosial yang relevan bagi pembaca kontemporer saat ini. Hal ini bisa membuat cerita terasa lebih terbatas dalam konteks pembahasan isu-isu sosial yang lebih universal atau relevan.
4. Pengembangan Karakter: Gaya pengembangan karakter dalam "Jangir Bali" mungkin kurang kompleks dibandingkan dengan standar yang diterapkan dalam novel modern. Ini bisa disebabkan oleh gaya penulisan dan ekspektasi pada masa itu yang berbeda dengan zaman sekarang yang lebih menuntut dalam hal kompleksitas dan kedalaman karakter.
Meskipun memiliki potensi kekurangan ini, "Jangir Bali" tetap memiliki nilai yang signifikan sebagai karya sastra yang menggambarkan budaya Bali dengan detail dan keindahan bahasa yang khas dari penulisnya. Sebagai pembaca, memahami konteks waktu penerbitan dan gaya penulisan era tersebut dapat membantu menghargai dan mengevaluasi novel ini dengan lebih baik.
Pesan Moral Yang dapat diambil dalam Novel "Jangir Bali"
Mendalami kisah Raden Susila dan putuasih dalam "Jangir Bali" kita diajak memahami lebih dalam lautan makna dan nila-nilai moral yang dapat bermanfaat di kehidupan.Â
Pesan yang disampaikan oleh Nur Sutan Iskandar melalu karyanya menjadikan bahan renungan yang berharga bagi pembaca. Kisah cinta antara Jangir dan Putuasih mengajarkan tentang pentingnya kesetiaan dan cinta sejati yang dapat mengatasi segala rintangan. Jangir sendiri merupakan contoh kegigihan dan keberanian dalam menghadapi berbagai cobaan hidup, menunjukkan bahwa ketekunan adalah kunci untuk mencapai tujuan.Â
Selain itu, novel ini mempersembahkan gambaran indah tentang budaya Bali, mengajarkan kita untuk menghargai tradisi dan warisan leluhur sebagai bagian dari identitas bangsa yang perlu dijaga.Â
Meskipun tidak secara langsung, "Jangir Bali" juga menyiratkan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia, mendorong pembaca untuk berperan aktif dalam masyarakat dan turut serta dalam mencapai tujuan bersama.Â
Pesan-pesan moral ini tidak hanya menginspirasi untuk menghargai hubungan pribadi dan keluarga, tetapi juga untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup serta menjaga nilai-nilai budaya yang merupakan bagian penting dari keberagaman dan kekayaan bangsa. Jika ingin mengeksplorasi lebih dalam, Anda dapat membaca analisis literatur yang ada atau berdiskusi dengan sesama pembaca untuk mendalami berbagai sudut pandang tentang novel ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI