Sebagai sastrawan yang sangat produktif, Nur Sutan Iskandar menciptakan banyak karya selama lebih dari 20 tahun berkarya di Balai Pustaka, termasuk puluhan novel, cerita pendek, dan terjemahan. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah novel "Jangir Bali", yang masih populer hingga saat ini.Â
Selain menulis karya asli, ia juga aktif menyadur dan menerjemahkan karya sastra asing, seperti karya-karya Alexandre Dumas, H. Rider Haggard, dan Arthur Conan Doyle. Nur Sutan Iskandar menjadi sosok penting dalam perkembangan sastra Indonesia pada masanya dan karyanya telah memperkaya khazanah sastra Indonesia serta menghibur pembaca dari berbagai generasi.
Â
Sinopsis
Jangir Bali adalah novel sastra klasik karya Nur Sutan Iskandar yang mengisahkan cinta abadi seorang pemuda Bernama Raden Panji Susila terhadap kekasihnya, Putuasih. Kisah mereka dibumbui dengan perbedaan budaya, jarak dan cobaan hidup.
Raden Panji Susila, seorang bangsawan muda asal Madura yang kini merantau ke Singaraja, Bali. Umurnya barulah 21 tahun. Dia adalah anak yatim, ayahnya telah meninggal, kini hanya tinggal ibunya seorang.Â
Di Singaraja, Susila tinggal berdua di sebuah rumah yang sederhana bersama anak didiknya, Jelantik. Awalnya Susila tinggal bersama paman dari ayahnya dan bibinya, akan tetapi karena merasa tidak leluasa untuk melakukan ini dan itu akhirnya susila memutuskan untuk berumah tangga sendiri.Â
Di Bali, Susila menjadi seorang guru partikulir di sekolah Taman Siswa. Selain mengajar di sekolah Taman Siswa pada pagi hari menjelang siang hari, Susila juga mengajar para orang tua yang tidak bisa membaca dan menulis pada malam hari bersama kawan-kawannya. Pada suatu hari, upacara melis atau biasa disebut dengan upacara pembersihan jiwa yang biasa Putusasih.Â
Perjalanan cinta kasih kedua muda itu tidaklah berjalan dengan mulus. Banyak sekali cobaan yang mereka hadapi. Pada suatu hari susila mendapat surat kawat dari saudaranya wahyuni.Â
Dalam surat itu dikabarkan bahwa ibu Susila sedang sakit. Susila bingung, haruskah dia pulang atau tidak, karena Susila pun enggan meninggalkan Putusasih yang akhir-akhir itu selalu mengalami kecemasan. Akhirnya Susila memutuskan untuk pulang menjenguk ibunya dan tinggal beberpa hari di rumah.Â
Sesampainya di rumah ternyata ibunya tidaklah sakit, isi dari surat itu hanya akal-akalan ibunya saja agar Susila pulang. Ternyata kepulangannya itu hendak dijodohkan dengan saudaranya yaitu Wahyuni.Â