Banyak yang berpendapat teori tidak terlalu penting, yang penting itu prakteknya. Ini tak sepenuhnya benar. Ingat, “to the point” tidak selalu baik diruang kelas. Seringkali, kata pengantar memang harus panjang lebar. Ini tak berarti anda akan menjadi guru yang cerewet. Kata pengantar yang baik, bagaikan appetizer, wajib dipersiapkan guru untuk mempersiapkan pikiran dan mental siswa saat menerima “main course”nya, yaitu inti pelajaran tersebut.
Untuk meredam kemungkinan salah paham pada siswa.
Ketika melihat suatu fenomena, persepsi setiap siswa bisa berbeda-beda. Ini bisa terlihat dari kesimpulan yang diambil siswa. Tak ada yang akan persis sama.
Bayangkan jika dalam kisah diatas, Ibu Ani adalah seorang dosen yang sedang mengajarkan bahayanya paham komunisme kepada mahasiswanya. Namun, ia tidak menekankan 'bahayanya' diawal kuliah pada mereka. Bisa saja ada mahasiswa berkesimpulan bahwa komunisme itu hal positif lalu menjadikan paham tersebut sebagai jalan hidupnya.
Disaat inilah namapak pentingnya peran pendidik sebagai seorang corrector. Peran yang harus disertai ketegasan juga keberanian. Namun perlu dicatat bahwa tegas tidak berarti kasar. Guru dituntut untuk bisa mengoreksi dengan sabar dan lembut.
Tiga alasan diatas hanyalah sebagian kecil dari seabrek alasan lainnya. Semuanya menyiratkan bahwa sangat penting untuk menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa sebelum mulai mengajar.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita, para pendidik.
__________________________________________________________________________
*) Ibu Ani hanya tokoh fiktif belaka ( mudah-mudahan tidak ada yang tersinggung).[caption caption="www.wigglywigglers.co.uk"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H