Mohon tunggu...
Dionysia Dewi
Dionysia Dewi Mohon Tunggu... -

Anak ke 4 dari 4 bersaudara...\r\nMahasiswi Jurnalistik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan dalam Diri Puteri Kalimantan Barat 2010

17 Maret 2011   03:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:43 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya ingin membawa nama harum provinsi saya di mata masyarakat luas.." Dengan semangat kalimat tersebut terlontar dari seorang wanita yang saat ini menjabat sebagai Puteri Indonesia Kalimantan Barat 2010. Tidak semudah membalikan telapak tangan, perjuangan untuk mecapai keinginan tersebut ia lakukan walau banyak rintangan yang dihadapi.

Bulan Januari lalu tepatnya tanggal 13 January, usianya baru genap 20 tahun. Di usia belia tersebut, putri dari pasangan A. Wardana Hadi dan H. Viktoria Astuti ini sudah memiliki prestasi yang jarang dimiliki oleh orang lain. Tidak hanya dibanggakan oleh keluarganya, bahkan satu provinsi sudah mengenal kecantikan dan kecerdasannya.

Perempuan kelahiran Sintang, Kalimantan Barat ini mempunyai nama Benedikta Thia dan akrab dipanggil dengan nama Thia. Ia mengawali prestasinya dengan menjadi Paskibraka pada tahun 2006. Tidak semua orang bisa mendapatkan prestasi tersebut. Selain penilaian fisik, menjadi seorang paskibraka harus mempunyai nilai yang mencukupi untuk dapat dibanggakan.

Prestasi tersebut memang tidak main-main bagi seorang pecinta dunia fotografi. Menambah percaya diri adalah salah satu efek dari berhasilnya menjadi Paskibraka. Tetapi tidak cukup sampai di situ, ia berusaha untuk mencari hal yang berbeda yang tentunya dapat menjadi kebanggaan dirinya.

Hingga pada tahun 2010, Mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini sudah mulai berpikir untuk melakukan kegitan yang tidak hanya berguna bagi dirinya tetapi bagi seluruh masyarakat khususnya provinsinya.

"Karena sebagai puteri daerah, saya ingin membawa nama harum provinsi saya (Kalimantan Barat) di mata masyarakat luas, menunjukkan segala kearifan lokal yang dimilki, kekayaan budaya, adat tradisi & kesenian tradisional yang ada". Ungkapnya dengan semangat.

Berangkat dari keinginan tersebut lah, wanita yang sedang menjalani kuliah semester empat jurusan Komunikasi Jurnalistik ini membulatkan tekad untuk mendaftar di ajang beauty pageant merebutkan gelar Puteri Indonesia Kalimantan Barat 2010.

Meski sebelumnya ia belum pernah mengikuti kontes apapun yang sifatnya mengutamakan kecerdasan, kecantikan fisik & kepribadian, tetapi ia berusaha untuk mengenyahkan semua rasa malu dan mindernya sejauh mungkin serta berusaha menanamkan kuat sikap optimis dalam dirinya.

"Semua itu saya lakukan demi keinginan saya bisa membawa nama harum Kal Bar mengingat juga, selama ini tidak banyak putera-puteri daerah asli yang bisa membawa nama KalBar ke level nasional." Ungkap Thia

Ternyta, tidak semudah yang dibayangkannya. Mengikuti kontes tersebut selain mempunyai banyak pesaing dari daerah lain, hambatan demi hambatan pun juga turut dialami oleh wanita berambut hitam panjang ini. Mulai dari harus membagi waktu antar persiapan untuk mengikuti kontes ini yang diawali dengan pemilihan Puteri Daerah Kalimantan Barat hingga terpilih menjadi Puteri Kal Bar dan akhirnya menjadi finalis Puteri Indonesia.

Salah satu kendala yang dialaminya adalah tempat dimana diadakan kontes tersebut. Thia pada saat itu masih menempuh studi Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta, sedangkan persiapan - persiapan & kontes yang ia hadapi mengharuskannya berada di Kalimantan Barat dan Jakarta.

Hal tersebut menjadi kendala tersendiri baginya. Beberapa kali Thia harus menempuh perjalanan dari satu daerah ke daerah lain dalam waktu yang berdekatan. Tidak hanya itu, bahkan study kuliahnya juga harus ditinggalkan sejenak demi mencapai keinginannya.

"Rasa Lelah pasti ada.. study saya juga sempat mempunyai kendala.." ungkapnya sambil mengenang masa itu. Akan tetapi kendala-kendala tersebut tidak menjadikannya mundur dari perjuangan. Berkat doa restu & dukungan penuh dari keluarga besar, kekasih & sahabat serta masyarakat Kalimantan Barat menjadi semangatnya untuk tetap maju dengan baik.

Ajang beauty pageant adalah ajang khusus bagi perempuan yang ingin menunjukkan kelebihannya, baik fisik maupun kecerdasannya. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan semakin maju dan martabatnya tidak kalah dengan laki-laki. Mengenai perempuan, Thia mempunyai pendapat sendiri dalam memahaminya.

"Perempuan bagi saya adalah campuran dari kelembutan, rasa damai & kasih juga ketangguhan. " jelasnya.

Dalam menanggapi Hari Perempuan Sedunia yang ke 100 yang diperingati pada tanggal 8 Maret 2011 yang lalu, sebagai perempuan Thia berharap agar masyarakat dunia paham dengan kedudukan perempuan dan memperlakukan dengan sebagaimana mestinya. Bagi perempuan sendiri, hendaknya bisa menjadi golongan yang tahu bagaimana bersikap dan menempatkan diri seagai pribadi yang beradab.

Namun, saat ini masih terdapat keprihatinan terhadap perempuan yang ditunjukkan melalui nasib TKW di negara luar. Banyak sekali TKW yang tidak jelas nasibnya bahkan tidak sedikit yang hilang nyawanya akibat ulah sang majikan. Menanggapai hal tersebut, wakil Kalimantan Barat dalam ajang Puteri Indonesia ini berpendapat bahwa masalah TKW adalah suatu kegagalan besar bersama bangsa Indoenesia

"Masalah TKW menurut saya adalah suatu kegagalan besar bangsa kita, bukan hanya pemerintah, namun juga masyarakat. Hal ini seharusnya tidak terjadi bila ada ketegasan dari pemerintah & kesadaran dari diri masing - masing masyarakat" tandasnya.

Akan tetapi sebagai perempuan Indonesia, ia pun juga menilai bahwa perempuan saat ini sudah banyak yang bisa menunjukkan eksistensinya di berbagai bidang. Hal yang baik ini sebaiknya terus dikembangkan sejauh tidak melampaui kodrat-kodratnya.

Sebagai seorang puteri, ia membuang jauh-jauh rasa sombong. Ia merasa, rasa sombong hanya akan merugikan dirinya sendiri. Rendah hati adalah moto hidupnya yang selama ini ia jalani. Sebagai tolak ukur dalam bersikap, rendah hati menciptakan rasa nyaman dalam berhubungan dengan orang lain.

Dengan motto ini pula, Thia tidak muluk-muluk dalam mempunyai harapan. Ia hanya berharap agar dirinya selalu bisa berusaha agarapa yang telah diberikan pada dirinya bisa berarti. (DW)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun