Dia menyatakan, setelah penebangan pohon, semua atalaki, podoria dan ana kalo fai walu duduk bersama membicarakan prosesi untuk kembali ke Sa'o Ria dengan membawa kayu yang sudah dipotong. Mereka juga menikmati makanan adat yang telah disediakan oleh podoria yang dipimpin Mathias Gadho dan ana kalo fai walu Woloki.
Setelah makan adat, mereka sesuai tugas masing-masing berjalan beriringan menuju kampung sesuai urutan sebagai berikut. Pertama yang memukul gong adalah mosalaki pai nggo niu wani yakni Don Watu, SH;M.H diikuti mosalaki kili ndolu wangga taka dan mosalaki-mosalaki lainnya.
Setiba di Sa'o Ria mosalaki pu'u Dominikus We,u dan Adrianus Sega sudah menunggu kedatangan atalaki, podoria dan ana kalo fai walu. Mereka diterima dengan tarian adat diiringi nggo wani. Sudah menjadi kebisaan dalam masyarakat Lio, selama melaksanakan kegiatan adat nggo wani harus tetap dibunyikan.
Gong merupakan tanda adat yang awalnya diserahkan mosalaki pu'u kepada mosalaki pai nggo niu wani lalu diserahkan kembali kepada mosalaki pu'u.
 Dengan diserahkan kembali gong adat tersebut maka seluruh kegiatan adat pada saat itu telah usai. Tepat jam 20.00 Wita hari itu, semua duduk dan makan bersama mendengar arahan dari mosalaki pu'u terkait dengan pelaksanaa kegiatan adat selanjutnya. Akhirnya diperintahkan kepada atalaki, podoria dan ana kalo fai walu bahwa kegiatan lanjutan penebangan pohon berlangsung pada tanggal 15 Juni 2015 dengan prosesi yang kurang lebih sama. (romualdus pius)
Sumber: Pos Kupang 28 Juni 2015 halaman 5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H