Mohon tunggu...
Dion DB Putra
Dion DB Putra Mohon Tunggu... profesional -

Dion DB Putra adalah wartawan. Dion lahir di Ende, salah satu kota bersejarah di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sampai detik ini masih belajar membaca dan menulis...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Suatu Hari di Penghujung April 2010

16 Februari 2013   11:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:13 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

13609917941199460780
13609917941199460780

Sumber: SBY tiba di Tenau Kupang dalam perjalanan pulang dari Atapupu, Belu

Walikota Kupang kala itu Drs. Daniel Adoe menanggung jamuan makan malam untuk seluruh peserta pada tanggal 7 Februari 2011, Bupati Rote Ndao Lens Haning menyumbang 250 buah topi Ti'ilangga sebagai souvenir, Bupati Kupang Ayub Titu Eki memberikan miniatur Sasando  sebagai buah tangan, Bank NTT, Bank BNI serta pimpinan perbankan di Kupang pun urunan memberikan bantuan sesuai kemampuan. Juga patut disebut peran ibu-ibu Dekranasda.  Ketua Dekranasda NTT, Ny. Lusia Adinda Lebu Raya bersama para ketua Dekranasda kabupaten dan kota se-NTT menyumbangkan selendang tenun ikat yang dikalungkan di leher sekitar 1.000 tamu saat tiba di Bandara El Tari mulai tanggal 6, 7 dan 8 Februari 2011, serta aneka makanan ringan khas NTT yang ditempatkan dalam sebuah tas rajutan untuk peserta HPN.

Kalangan dunia usaha  pun tak mau ketinggalan. Mereka menyumbang baliho, spanduk dan lainnya yang membuat semarak Kota Kupang selama rangkaian kegiatan HPN tanggal 4-11 Februari 2011. Dari momentum HPN Kupang 2011,  ada satu  best practise yang bisa dipetik yakni indahnya kebersamaan. NTT yang terbatas ini bisa menjadi kekuatan maha dashyat manakala ada kebersamaan. Putra- putri NTT dari sononya sudah terlahir sebagai orang yang berbeda, berbeda asal- usul, beda partai politik dan lainnya,  tetapi untuk nama baik Nusa Tenggara Timur (NTT) mereka sehati sesuara. Sukses HPN Kupang 2011 membuktikan hal itu.

HPN Kupang meninggalkan sejumlah catatan historis. Itulah pertama kali dalam sejarah HPN seorang Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara menginap dan berdinas di lokasi tuan rumah HPN lebih dari dua hari. Presiden SBY bahkan pertama kali melewati jalan darat lebih dari 300 km dari Kupang sampai Atambua, Kabupaten Belu dan tidur semalam di barak TNI lalu kembali ke Kupang via Pelabuhan Atapupu dengan kapal perang.

Gara-gara Presiden SBY berkantor di Kupang selama tiga malam empat hari, dalam sekejap NTT menjadi pusat perhatian seluruh bangsa Indonesia. Wujud perhatian tersebut saya kira masih membekas dan akan terus berlanjut hingga hari-hari mendatang. Terakhir, pada tahun yang baru lewat tepatnya tanggal 18 Oktober 2012,  Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono lagi-lagi menikmati perjalanan darat dari Kota Labuan Bajo ke Ruteng PP saat menghadiri peringatan Yubelum 100 Tahun Gereja Katolik di Manggarai. Rasanya hanya di NTT Presiden RI sungguh menikmati perjalanan semacam itu.

Pening Kepala
Sebelum mengakhiri catatan ini, saya mau bercerita tentang suasana menjelang dan saat kedatangan tamu HPN Kupang tanggal 6, 7 dan 8 Februari 2011. Tak banyak yang tahu betapa peningnya kepala kami, khususnya panitia HPN  seksi akomodasi mengatur penginapan bagi para tamu yang datang hampir bersamaan dalam jumlah lebih dari 1.000 orang. Tamu dan undangan HPN Kupang sungguh di luar prediksi awal lantaran Presiden SBY menginap selama tiga malam. Jumlah menteri yang datang ke Kupang kala itu sebanyak 24 orang atau lebih dari separuh anggota Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Kedatangan pejabat negara serta tamu VIP, VVIP dan tokoh pers nasional dari 33 provinsi bukan sesuatu yang mudah.

Lain ceritanya bila Kupang memiliki akomodasi perhotelan yang memadai. Nah, kita semua maklum bahwa hotel di Kupang selain jumlahnya sudah  terbatas, standar hotel berbintang pun bisa dihitung dengan jari sebelah tangan. Saya melihat sendiri betapa Ketua Panitia HPN, Bung Andre Koreh terlibat diskusi alot (untuk tidak melukiskannya sebagai bersitegang)  dengan staf protokoler Istana juga komandan Paspampres saat mengatur penempatan para tamu VIP dan VVIP. Rata- rata hanya mau  memilih Hotel Kristal atau minimal Hotel Sasando, sementara kapasitas kedua hotel itu tidak sanggup menampung semuanya. Tentu harus ada yang mengalah dan hal tersebut butuh penjelasan yang santun sehingga mereka bisa memahami keterbatasan Kupang sebagai tuan rumah.

Alhamdulilah. Cara panitia memberi penjelasan dapat dimaklumi para tamu meskipun gerutuan dan sindiran-sindiran kecil tak bisa dipungkiri. Tak apalah. Ini konsekwensi dari kesiapan Kupang menjadi host event akbar. Keterbatasan akomodasi perhotelan di Kupang merupakan fakta tak terbantahkan.

Pada tanggal 7 Februari 2011 kira-kira pukul 21.24 Wita, seorang LO menemui saya di Sekretariat Panitia HPN di Gedung KONI NTT, Stadion Oepoi Kupang. Dia baru saja mendampingi seorang duta besar dari negara Asia Selatan ke salah satu hotel di Kupang.

"Saya sempat risih dan malu, Om. Beliau nginap di kamar hotel yang sangat sederhana untuk standar seorang duta besar. Tapi setelah mendengar penjelasan saya,  syukurlah beliau mengerti bahwa Kupang adalah daerah Indonesia Timur yang dalam banyak hal masih berkekurangan," kata LO itu, mahasiswi dari Undana Kupang. Saya salut. Dia telah menjadi duta NTT yang smart.

Praktis hanya empat bulan setelah peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Kupang tanggal 9 Februari 2011, saya bertugas di luar Kota Kupang. Memang saya masih bolak-balik ke Kupang saban bulan, namun perkembangan kota ini tidak bisa saya ikuti setiap saat. Setidaknya saya kini menjadi semacam outsider,  melihat Kupang (NTT) dari luar. Cara memandang semacam itu jauh lebih elok untuk menemukan perbedaan, perkembangan dan perubahan wajah Kupang, kota yang dalam banyak sisi menjadi barometer bangunan Flobamora.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun