Mohon tunggu...
Dionisius Yusuf
Dionisius Yusuf Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang pendidik

Seseorang yang sedang belajar menulis tentang banyak hal, silahkan colek saya di IG @ichbindion, dan FB Dionisio Jusuf

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Hari Terakhir Karantina di Wisma Atlet: Sembuh dan Dapat Kejutan Tak Terduga

25 September 2020   01:54 Diperbarui: 25 September 2020   14:31 1695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpisah setelah dirawat di Wisma Atlet (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Sejak jumpa kita pertama
Ku langsung jatuh cinta
walau kutahu kau ada pemiliknya
Tapi ku tak dapat membohongi hati nurani
Ku tak dapat menghindari gejolak cinta ini

Sepenggal lagu dari grup band legendaris tanah air, Noah, masih terdengar dari laptop ketika saya menerima kabar baik bahwa saya diterima sebagai pengajar di salah satu kampus di tanah Kalimantan. 

Kabar baik tersebut saya peroleh ketika saya masih berada di Wisma Atlet Kemayoran. Senang dan gembira rasanya saat itu. Di tengah masa karantina yang sudah hampir dua minggu, kabar sukacita tersebut tentu mengembirakan dan menenangkan hati saya. 

Saya ingat bahwa kabar tersebut saya peroleh pada tanggal 6 Agustus 2020 pagi. Ketika menerima kabar tersebut, spontan saya berkata, ”Puji Tuhan, akhirnya saya tidak jadi pengganguran.”

Jujur saja, satu hal yang paling menakutkan setelah selesai menjalani masa karantina adalah menjadi seorang penggangguran. Hal ini dikarenakan tepat tanggal 1 September 2020 nanti, saya tidak lagi berstatus karyawan karena kontrak saya sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di Jakarta tidak diperpanjang karena adanya pademi Covid-19 ini. 

Berita dari tanah Kalimantan tersebut tentunya sangat menyejukan hati karena pada tanggal 1 September 2020 pula, saya akan menjalani hidup baru sekaligus harapan baru saya sebagai dosen di universitas baru. Tuhan benar-benar baik, guys.

Karunia dari Tuhan benar-benar mengalir kepada saya pada hari itu. Belum selesai berita haru dari tanah Kalimantan, selang beberapa jam (sekitar pukul 11 siang), saya mendapatkan kabar dari ners via WhatsApp bahwa saya diperbolehkan pulang ke rumah. Hal ini dikarenakan hasil tes swab saya negatif. 

Guys, sebenarnya saya sudah pasrah dengan hasil tes swab tersebut karena teman satu lantai yang tes bareng dengan saya sudah diinfokan hasilnya dan mereka sudah pada pulang terlebih dahulu. Sedangkan saya harus menunggu empat hari untuk mendapatkan hasil tes tersebut. 

Ketika teman-teman sudah mendapatkan hasil tes swab, dalam hati saya berujar mungkin saya harus lebih lama lagi di Wisma ini. Tetapi, puji Tuhan, saya boleh segera bebas dan lepas dari Wisma Atlet.

Ners yang menginfokan hasil tes swab mengatakan bahwa mereka akan berusaha supaya saya bisa pulang pada sore atau malam pada hari itu juga, dan untuk itu, saya diminta untuk bersiap-siap mengemas barang-barang yang masih ada di kamar. 

Ners juga berpesan kepada saya, ”Silahkan ambil makan siangnya Pak. Kagak usah terburu-buru. Kami juga masih mengurus surat kepulangan bapak,” ujar ners tersebut dalam pesan whatsapp-nya.

Setelah menyantap makan siang, saya membuka laptop dan mengecek email. Ada beberapa email yang masuk, tapi ada satu email yang membuat saya dag dig dug, yaitu email dari pembimbing (profesor) saya di Jerman. Selalu ada perasaan cemas dan “takut” jika menerima email dari professor. 

Perlahan-lahan saya membuka email tersebut. Betapa tersentuhnya hati saya ketika membaca email dari beliau.

Dear Dion,

I am glad to receive a message from you. All the time, I have been asking myself how you may be doing. Are you still in the hospital?”

All the best.

Segera saya membalas email beliau dan menginfokan bahwa saya akan pulang pada hari ini. Saya tidak ingin membuat beliau khawatir dengan keadaan saya.

Sejak hari pertama saya dirawat di Wisma Atlet, saya sudah menginfokan kepada beliau bahwa saya terpapar virus Covid-19 dan sedang dirawat di Wisma Atlet. 

Saya memutuskan memberitahukan kepada beliau kalau saya sedang dirawat di Wisma Atlet karena dalam kurun waktu yang bersamaan, saya sedang TikTok dengan beliau untuk menyelesaikan revisi disertasi saya.

Jika saya tidak menginfokan kepada beliau, saya khwatir jika suatu hari beliau mengirim email kepada saya, dan saya tidak bisa langsung membalasnya, beliau akan berpikir kalau saya mengabaikan email beliau. Tetapi jika beliau mengetahui bahwa saya sedang berada di Wisma Atlet, beliau akan memaklumi kalau saya slow response terhadap emailnya.

Dukungan beliau tidak pernah berhenti-henti sejak dia mengetahui saya terpapar virus Covid-19. Masih teringat email pertama beliau tanggal 25 Juli 2020, ketika saya memberitahukan bahwa saya sedang dirawat di Wisma Atlet.

Dear Dion,
I am sure you will recover soon! I am keeping my fingers crossed.
All the best.

Bagi saya, dia bukan hanya sebagai seorang profesor yang membimbing doktoral saya, tetapi juga seorang ayah. Hubungan kami sangat dekat. Saking dekatnya hubungan tersebut, saya beberapa kali diundang ke rumahnya untuk lunch dan dinner bareng. 

Saya pun sudah mengenal istri dan anak-anak beliau. Andaikan profesor-profesor di Indonesia seperti beliau, pasti para kandidat doktoral tidak akan stres. Bener kagak yah?

Setelah selesai membalas email kepada profesor dan membaca email yang masuk, saya lalu mengemas barang-barang yang akan dibawa pulang. 

Tidak banyak barang yang dikemas. Secara ketika masuk, saya hanya membawa dua tas, yaitu satu tas untuk perlengkapan sehari-hari dan satunya lagi tas laptop. Hanya diperlukan waktu sekitar satu jam kurang untuk mengepak barang-barang tersebut.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 siang. Masih ada sisa waktu untuk istirahat, kata saya dalam hati. 

Benar juga guys, pada siang itu, saya bisa langsung memejamkan mata untuk tidur siang. Biasanya saya agak sukar tidur siang selama di karantina di Wisma Atlet. 

Tak tahu mengapa siang itu, dengan mudah saya terlelap. Mungkin karena sudah tidak ada beban lagi karena sudah mengetahui akan pulang pada hari itu.

Saya terbangun ketika mendengar bunyi telepon di HP. Seketika saya mengangkat telepon tersebut. Saya lirik jam di HP. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.45. 

Dari seberang, saya mendengar suara seorang perempuan, yang akhirnya saya kenali suaranya. Ya, dia adalah ners yang tadi pagi menelepon mengabarkan hasil tes swab

“Maaf pak, saya ingin mengabarkan bahwa surat bapak sudah selesai diurus. Dapatkah bapak segera menuju ke poli untuk persiapan pulang. Nanti kita turun bareng-bareng ke lantai bawah bersama kawan-kawan lainnya," tegas ners tersebut.

Tanpa menunggu lama, saya bergegas menuju poli setelah terlebih dahulu membasuh muka di kamar mandi. Di ruangan poli, sudah terlihat beberapa rekan satu lantai yang sudah berkumpul menunggu kehadiran saya. 

Dengan diantar ners, kami semua menuju lantai satu tower 7 Wisma Atlet untuk mengambil surat konfirmasi bahwa kami pernah di rawat di Wisma Atlet dan sudah sembuh. 

Setelah sampai lantai satu, satu per satu kami dipanggil dan diberikan surat tersebut. Setelah semua menerima surat, lalu kami pun berpamitan dengan ners dan mengucapkan terima kasih atas segala kebaikan para ners dan dokter yang telah merawat kami hingga sembuh. 

Satu pesan ners yang akan selalu diingat oleh kami semua, “Jangan kembali lagi ya ke Wisma Atlet”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun