Ners juga berpesan kepada saya, ”Silahkan ambil makan siangnya Pak. Kagak usah terburu-buru. Kami juga masih mengurus surat kepulangan bapak,” ujar ners tersebut dalam pesan whatsapp-nya.
Setelah menyantap makan siang, saya membuka laptop dan mengecek email. Ada beberapa email yang masuk, tapi ada satu email yang membuat saya dag dig dug, yaitu email dari pembimbing (profesor) saya di Jerman. Selalu ada perasaan cemas dan “takut” jika menerima email dari professor.
Perlahan-lahan saya membuka email tersebut. Betapa tersentuhnya hati saya ketika membaca email dari beliau.
Dear Dion,
I am glad to receive a message from you. All the time, I have been asking myself how you may be doing. Are you still in the hospital?”
All the best.
Segera saya membalas email beliau dan menginfokan bahwa saya akan pulang pada hari ini. Saya tidak ingin membuat beliau khawatir dengan keadaan saya.
Sejak hari pertama saya dirawat di Wisma Atlet, saya sudah menginfokan kepada beliau bahwa saya terpapar virus Covid-19 dan sedang dirawat di Wisma Atlet.
Saya memutuskan memberitahukan kepada beliau kalau saya sedang dirawat di Wisma Atlet karena dalam kurun waktu yang bersamaan, saya sedang TikTok dengan beliau untuk menyelesaikan revisi disertasi saya.
Jika saya tidak menginfokan kepada beliau, saya khwatir jika suatu hari beliau mengirim email kepada saya, dan saya tidak bisa langsung membalasnya, beliau akan berpikir kalau saya mengabaikan email beliau. Tetapi jika beliau mengetahui bahwa saya sedang berada di Wisma Atlet, beliau akan memaklumi kalau saya slow response terhadap emailnya.
Dukungan beliau tidak pernah berhenti-henti sejak dia mengetahui saya terpapar virus Covid-19. Masih teringat email pertama beliau tanggal 25 Juli 2020, ketika saya memberitahukan bahwa saya sedang dirawat di Wisma Atlet.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!