Mohon tunggu...
Dionisius Yusuf
Dionisius Yusuf Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang pendidik

Seseorang yang sedang belajar menulis tentang banyak hal, silahkan colek saya di IG @ichbindion, dan FB Dionisio Jusuf

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hari ke Enam Karantina di Wisma Atlet: Dua Sisi Mata Uang Pemakaian Klorokuin bagi Pasien Covid-19

11 Agustus 2020   09:23 Diperbarui: 11 Agustus 2020   09:45 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak terasa sudah enam hari lamanya saya berada di Wisma Atlet. Tepat dihari ini pula, saya mendapatkan kabar gembira bahwa saya tidak perlu lagi mengkonsumsi obat Chloroquine (baca Klorokuin) yang selama ini dikenal sebagai obat yang biasa dipakai untuk menyembuhkan pasien malaria. Kabar gembira tersebut saya peroleh ketika hendak mengambil jatah makan pagi di poli lantai 18. Lega rasanya pagi ini. Kenapa bisa begitu guys

Karena bagi kami penderita Covid-19, mengkonsumsi Klorokuin merupakan siksaan tersendiri. Rasa klorokuin jangan ditanya guys, super pahit. Selain rasa pahit yang luar biasa, Klorokuin juga memiliki efek samping yang tak mengenakan buat Sebagian pasien penderita Covid-19. 

Efek samping yang dirasakan oleh pasien Covid-19 setelah mengkonsumsi obat Klorokuin mulai dari yang teringan seperti rasa cemas, mual, pusing, sakit kepala, susah tidur, sampai yang terberat muntah dan nafas pendek. Beberapa pasien yang pernah saya ajak ngobrol mengutarakan bahwa mereka pernah mengalami efek samping tersebut.

Bapak Mansyur, 63 tahun, pasien yang bertempat tinggal di Jakarta Pusat, misalnya mengatakan bahwa dia mengalami efek samping mual dan pusing sejak pertama kali mengkonsumsi obat Klorokuin. 

”Bapak sempat pusing dan mual setelah minum obat yang pahit itu. Mau muntah, tapi bapak tahan saja. Lumayan tuh, sampai dua hari, sesudah itu baru biasa kagak ada rasa mual lagi,” ujar Bapak Mansyur menceritakan kisahnya beberapa hari lalu ketika bertemu dengan saya waktu mengambil jatah makan pagi. Kisah serupa juga dilontarkan oleh pasien lainnya, Bu Wulan berusia 48 tahun asal Jakarta Pusat yang sedang dirawat bersama tiga anak dan suaminya. 

Dia mengatakan mengalami rasa mual ketika mulai mengkonsumsi obat Klorokuin. Efek samping tersebut berlangsung selama dua hari. Setelah dua hari, dia sudah bisa menyesuaikan diri dengan obat tersebut. Meski mengalami efek samping akibat Klorokuin, Bu Wulan mengatakan bahwa dia tetap akan meminum obat Klorokuin jika masih dikasih oleh nurse.

Kisah pilu terkait Klorokuin datang dari seorang pasien bernama Putri, 27 tahun yang berdomisili di Johor Baru, Jakarta Pusat. Saya mengenal Putri pada tanggal 29 Juli 2020 ketika saya melakukan olahraga di lokasi jogging track

Dari perkenalan tersebut saya mengetahui kalau Putri dirawat di Wisma Atlet bersama kedua orang tua dan dua saudara laki-lakinya. Sebelum pademik Covid-19, Putri bekerja disebuah hotel di daerah Pasar Baru, Jakarta Pusat. Tetapi sejak bulan Maret 2020, dia di”rumahkan” dari pekerjaannya.

Putri juga menceritakan asal muasal mengapa seluruh anggota keluarganya berada di Wisma Atlet. ”Pertama-tama, saya yang positif. Saya mengetahui kalau saya positif ketika saya datang ke puskesmas untuk memeriksa sinus. Eh kagak taunya malah disuruh tes swab. Lah sialnya hasil tesnya positif,” ujar Putri.

Setelah diketahui berstatus pasien Covid-19, petugas puskesmas meminta seluruh anggota keluarga Putri untuk menjalani tes swab di puskesmas. Beberapa hari kemudian hasil swab keluar dan seluruh anggota keluarganya dinyatakan positif. Lalu hari itu juga (28 Juli 2020) Putri dan seluruh anggota keluarganya diangkut dengan ambulance menuju Wisma Atlet.

Seperti pasien lainnya, Putri dan kedua orang tuanya diberikan Klorokuin. Putri menjelaskan ibunya mengalami gejala mual dan muntah setelah meminum Klorokuin. “Dua hari lamanya ibu tidak bisa makan. Badannya menjadi lemah. Setiap kali habis minum Klorokuin, ibu pasti pengen muntah. Dan itu tidak hanya sekali, tetapi berulang-ulang,” ujar Putri. 

Tetapi dia tetap memaksa ibunya untuk makan supaya tubuhnya tidak semakin melemah. Setelah dua hari, menurut Putri, ibunya pun sudah dapat menyesuaikan diri dengan obat tersebut dan sudah bisa makan seperti biasa.

Derita Putri tidak berhenti sampai disitu. Sesudah ibunya pulih dari efek samping Klorokuin, dua hari kemudian, tepatnya tanggal 31 Juli 2020, bapaknya harus diinfus karena kejadian yang serupa dengan ibunya; mual, muntah dan badan menjadi lemas. Tidak seperti ibunya yang dapat segera pulih, bapaknya Putri harus dirawat di ruang High Care Unit (HCU) Wisma Atlet akibat kondisi tubuhnya yang semakin melemah. 

Sedihnya lagi guys, keesokan harinya beliau terpaksa dipindahkan ke RSCM Jakarta akibat kondisi yang semakin memburuk. Ketika hendak dipindahkan ke RSCM, menurut Putri, bapaknya sudah mengenakan alat bantu ventilator. 

Menurut Putri sebelum divonis menderita virus Covid-19, bapaknya memang mempunyai penyakit bawaan, yaitu paru-paru. Putri menduga penyakit bawaan tersebut yang menyebabkan bapaknya tidak tahan ketika dia diberikan Klorokuin.

Meskipun demikian, beberapa pasien yang saya kenal mengungkapkan bahwa mereka tidak merasakan efek samping yang serius ketika mereka mengkonsumsi klorokuin. Permana, 25 tahun asal Citeureup, Bogor mengutarakan bahwa dia tidak mengalami efek samping yang serius ketika memulai mengkonsumsi Klorokuin. 

“Kagak, saya tidak mual atau muntah sesudah minum obat malaria itu. Biasa aja. Cuma nafsu makan saja yang agak berkurang. Selebihnya tidak ada masalah,“ ujar Permana ketika berbicara dengan saya satu hari setelah dia masuk ke Wisma Atlet. 

Rekan sekerja Permana yang bernama Ardiansyah juga mengutarakan hal serupa. Selain itu, pasien lainnya, Awi yang dirawat di lantai 16 juga menyampaikan bahwa setelah dia mengkonsumsi Klorokuin dia tidak merasakan efek samping yang membuat dia menderita. 

Guys, selain efek samping seperti yang sudah dijelaskan diatas, Klorokuin dapat juga menyebabkan masalah serius pada irama jantung dimana dapat membuat denyut jantung menjadi lebih cepat dan tidak beraturan. 

Oleh karena itu semua pasien di Wisma Atlet yang mengkonsumsi obat Klorokuin akan menjalani menjalani tes eletrokardiogram (EKG) sebelum dan sesudah mengkonsumsi Klorokuin. Jika ditemukan masalah pada irama jantung, maka pemberian Klorokuin akan segera dihentikan. 

Sampai saya menulis artikel ini saya belum mendengar ada pasien Wisma Atlet yang mengalami persoalan dengan jantung akibat meminum Klorokuin.

Dari beberapa media cetak dan online, saya mengetahui bahwa Klorokuin merupakan kandidat potensial untuk penderita Covid-19. Obat ini telah menjadi perhatian warga dunia, sehingga pencarian kata “Klorokuin“ di Google Trends meningkat tajam dalam kurun waktu beberapa bulan ini. 

Bahkan seorang Guru Besar Farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Zullies Ikawati seperti diberitakan oleh Liputan6.com menyebutkan bahwa negara Tiongkok telah menggunakan Klorokuin sebagai obat untuk penanganan COVID-19. 

Meskipun demikian, beliau menganjurkan agar pemakaian Klorokuin digunakan bagi mereka yang sudah positif atau suspect dan pemberian obat harus melalui resep dokter (Kompas.com). Selain Tiongkok, Klorokuin juga digunakan secara luas di negara Brazil, India dan Malaysia untuk menangani pasien Covid-19 (Detik.com).

So, dengan keberhasilan Klorokuin dibeberapa negara tersebut, saya tidak kaget ketika pemerintah memutuskan menggunakan Klorokuin untuk pasien penderita Covid-19 termasuk yang di Wisma Atlet. 

Selain alasan bahwa klorokuin dipercaya mampu menyembuhkan pasien Covid-19, faktor ketersediaan obat juga menjadi salah satu bahan pertimbangan pemerintah dalam keputusan ini. Hal ini  dikarenakan Klorokuin diproduksi oleh perusahaan farmasi dalam negeri yaitu Kimia Farma. 

Pemakaian Klorokuin memang sudah menyembuhkan ribuan pasien penderita Covid-19 di Wisma Atlet seperti yang diutarakan oleh Arief Riadi, Ketua Tim Medis COVID-19 Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet kepada Detik.com beberapa waktu lalu. Meskipun demikian, bagi pasien penderita Covid-19, Klorokuin layaknya dua sisi mata uang. 

Sebagian pasien akan mengalami efek samping (ringan atau parah) dan sebagian lagi sama sekali tidak mengalami efek samping. Saya pribadi tentu berharap keputusan pemerintah untuk menggunakan Klorokuin untuk pasien penderita Covid-19 tepat adanya, sehingga nantinya semakin banyak pasien Covid-19 di Wisma Atlet atau dimanapun berada dapat segera pulih dan berkumpul bersama keluarga tercinta setelah mengkonsumsi Klorokuin. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun