“Oh kula ngertos mas... yang di sana itu nggih? Wonten menapa mas?” tanya satpam dengan bahasa Jawa halusnya
“Oh nggih mas... Kula badhe memberi surat ke Seruni, ngeten pak, kalau boleh saya titip ke bapak, bilang dari fans.” Kataku dengan bahasa Jawa yang kikuk, karena sudah lama aku tidak menggunakan krama alus
“Oh saged mas... Mangkeh kula ngateraken suratipun.” kata satpam itu
“Nggih mas... Matur nuwun.” kataku
Aku pun segera pergi meninggalkan tempat itu. Lha wong aku sudah tidak dibutuhkan lagi. Toh dia sudah ada pacar. Aku pun menancapkan gasku.
Awalnya aku ingin ke rumah, tetapi entah kenapa aku ingin mengelilingi Jogja. Langsung saja kuturuti kemauanku untuk mengitari Jogja. Dengan 70KM/jam aku mengitari Jogja.
Di saat kumengendarai motor ini, aku berpikir kenapa Seruni melakukan ini padaku? Sakit rasanya, ternyata dia sudah ada pacar, tetapi bukan denganku. Padahal aku yang menenangkan dia kala dia disakiti pacarnya dulu. Bahuku selalu jadi sandaranmu, kenapa sekarang begini?
Ingatanku kembali lagi pada masa itu, kala kamu menangis saat kita bertemu akan ke sekian kalinya. Kamu sudah mulai terbuka denganku, sama seperti aku. Kamu menangis di hadapanku, kepalamu senderkan di bahuku. Aku yang selalu menghiburmu, tampaknya tak dianggap sekarang.
“Yuan.. Makasih ya lo selalu ada buat gue, lo selalu menghibur gue. Lo selalu jadi sandaran gue, makasih ya Yuan...” kata Seruni
Kata-kata yang dulu pernah Seruni ucapkan selalu terbayang di pikiranku.
Kenapa aku kembali lagi ke masa lalu yang indah itu? Biarkan aku sendiri, menata masa depan, aku sudah jenuh dengan cinta. Aku selalu dibuang begitu saja.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!