Mohon tunggu...
Dionisius Daniel Goli Sali
Dionisius Daniel Goli Sali Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas Dan Home Breading

Saya tertarik pada bidang Filsafat, Theologi, dan Budidaya Ayam Bangkok

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pesona Tiga Warna Danau Kelimutu: Wisata Alam di Jantung Flores

16 Juli 2024   11:31 Diperbarui: 18 Juli 2024   00:46 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau Kelimutu atau Danau Tiga Warna di Taman Nasional Kelimutu. (Dok. TN Kelimutu via KOMPAS.com)

Halo sahabat Kompasiana. Jika anda adalah kelahiran tahun 90-an, atau yang lebih tua dari itu, saya yakin anda pasti pernah memegang uang pecahan 5000 bergambar danau Kelimutu.

Nah gambar atau background dari uang jadul terbitan tahun 1992 ini adalah penampakan danau Kelimutu dari udara.

Kelimutu adalah danau tiga warna yang terletak di jantung pulau Flores, lebih tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

Sebenarnya, danau ini adalah kawah dari gunung berapi aktif yang bernama Kelimutu. Oleh sebab itu ia terletak tepat di atas puncak gunung dan dinamai sesuai dengan nama gunung itu.

Danau yang berada di ketinggian 1.384,5 Mdpl ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan karena keindahan dan keunikannya. Keunikan dari danau ini adalah air dari ketiga kawahnya berwarna, dan selama periode tertentu warna air dari ketiga danau ini berubah-ubah.

Saya berasal dari Kecamatan Wolowaru Kabupaten Ende. Kecamatan Wolowaru bertetanggaan atau berbatasan langsung dengan Kecamatan Kelimutu (Moni), lokasi dimana danau ini berada

Jarak danau ini dari rumah saya tidak terlalu jauh, mungkin kurang lebih 30 KM, dan bisa ditempuh dengan berkendaraan sepeda motor selama kurang lebih 30-40 menit dengan kecepatan normal.

SEJARAH DANAU KELIMUTU 

Menurut sejarah, danau Kelimutu ditemukan oleh seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Van Such Telen pada tahun 1915. Namun keindahannya dikenal luas setelah pelukis Belanda Y. Bouman melukisnya pada tahun 1929. (Sumber: Detik.Com)

Secara etimologi nama Kelimutu diambil dari dua kata yaitu "Keli dan Mutu". Keli artinya gunung atau bukit dalam bahasa Lio, sedangkan mutu berarti mendidih. Jadi bisa diartikan sebagai gunung yang mendidih atau gunung yang panas. Ini merujuk kepada kondisi gunung Kelimutu yang berapi aktif.

Kelimutu adalah gunung berapi vulkanik dan tercatat beberapa kali meletus sepanjang periode 1830-1996. Adapun perubahan air danau terjadi saat letusan pada tahun 1886. Sebagai danau yang vulkanik, danau Kelimutu terbentuk akibat letusan gunung Kelimutu yang eksplosif.

Pada tahun 1992 Pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan danau Kelimutu sebagai kawasan konservasi nasional.

FENOMENA PERUBAHAN WARNA

Seperti yang telah disinggung di atas bahwa letak keindahan dan keunikan danau ini terletak pada perubahan warnanya. Sepanjang sejarahnya, fenomena perubahan warna air danau Kelimutu telah terjadi beberapa kali. Namun tidak terdokumentasi secara resmi, sehingga kita tidak ada catatan resmi berapa kali danau ini telah mengalami perubahan warna

PENJELASAN ILMIAH

Perubahan warna air danau Kelimutu memantik rasa ingin tahu beberapa pihak. Para ilmuwan melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa perubahan warna air terjadi akibat aktivitas vulkanik yang terjadi di dasar danau.

Aktivitas vulkanik menyebabkan reaksi kimia yang kompleks dan melibatkan mineral-mineral yang larut dalam air dan interaksi antara udara dan material geologi di sekitar danau.

pelepasan gas-gas seperti hidrogen sulfida (HS) dan sulfur dioksida (SO) ke dalam air danau menyebabkan air danau menjadi berwarna. (Sumber: bobo.grid.id)

PERISTIWA TERBARU 

Beberapa hari belakangan ini sosial media ramai menampilkan perubahan warna air di danau Kelimutu.

Tiwu Ata Polo yang sebelumnya berwarna hitam kecoklatan, pada tanggal 14 Mei 2024 berubah warna menjadi hijau kebiruan, lalu pada tanggal 16 Mei berubah menjadi hijau, kemudian pada tanggal 17 Mei berubah dari hijau menjadi hijau tua. 

Dari tanggal 17 sampai 20 Mei tidak terjadi perubahan warna apapun. Tapi pada tanggal 21 Mei kembali terjadi perubahan warna menjadi hijau kecoklatan, tanggal 22 Mei berubah lagi menjadi warna cokelat kehitaman, dan warna itu bertahan sampai saat ini.

MITOS DAN KEARIFAN LOKAL

Danau ini memiliki keterikatan secara spiritual dengan masyarakat dari suku Lio (Suku Penulis). Suku Lio percaya bahwa ketiga danau ini menjadi tempat bersemayamnya arwah-arwah orang yang sudah meninggal. 

Tiwu (kawah) Ata Polo diyakini sebagai tempat bersemayamnya arwah orang yang semasa hidupnya mempraktekkan ilmu hitam.

Tiwu Ata Bupu diyakini sebagai tempat bersemayamnya arwah orang yang meninggal dengan usia lanjut. 

Sedangkan Tiwu Ko'o Fai Nuwa Muri diyakini sebagai tempat bersemayamnya arwah remaja yang meninggal.

Perubahan warna air danau juga diyakini sebagai pertanda bahwa akan adanya musibah atau suatu peristiwa besar yang akan terjadi di negeri ini.

Tahun 1997 pernah terjadi perubahan warna air danau Ata Bupu dari cokelat tua kehitaman berubah menjadi hijau kecoklatan.

Tiwu Ata Polo dari sebelumnya cokelat menjadi merah hati. Peristiwa perubahan warna air itu kemudian dihubung-hubungkan dengan lengsernya Presiden Soeharto setahun kemudian. 

Anda boleh percaya, boleh tidak. Saya sendiri tidak mempercayai, tapi setidaknya inilah kepercayaan dan kearifan lokal dari suku Lio yang wajib kita hormati.

DAMPAK TERHADAP PARIWISATA DAN EKONOMI LOKAL 

Wisata danau Kelimutu telah memberikan kehidupan kepada masyarakat lokal. Masyarakat Moni dan sekitarnya sebagian menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata ini. 

Sebagai contoh, di sepanjang jalan di sekitar Moni, jalur Ende - Maumere ditemukan home stay atau tempat penginapan yang disediakan oleh warga lokal untuk para wisatawan.

Ibu-ibu Moni juga biasanya menawarkan (jualan) sarung Ende dengan motif yang indah dan beragam kepada para wisatawan. 

Selain itu mayoritas orang Moni juga bisa berbahasa Inggris (meskipun bahasa pasar). Nah kemampuan itu digunakan sebagai Tour Guide bagi wisatawan mancanegara.

RUTE PERJALANAN DAN AKSES MENUJU DANAU

Jarak dari kota Ende menuju desa Moni di kaki gunung Kelimutu kurang lebih 52 KM. Anda bisa naik bus rute Ende - Maumere, atau menggunakan sepeda motor, dan bisa ditempuh dalam waktu 1,5 sampai 2 jam dengan kecepatan yang normal.

Desa Moni terletak tepat di bawah kaki gunung Kelimutu, nah setelah itu dari Moni menuju gerbang danau Kelimutu kurang lebih 12 KM, tidak ada akses angkutan umum disitu, jadi anda harus menyewa sepeda motor atau menggunakan jasa ojek warga setempat.

Tiket masuk ke taman nasional Kelimutu ini juga cukup murah, anda hanya cukup merogoh kocek sebesar 20.000 untuk wisatawan lokal dan 150.000 untuk wisatawan asing. Ditambah biaya parkir 5.000 untuk kendaraan roda dua, sedangkan untuk mobil dikenakan tarif 10.000.

Dan satu hal yang penting yang tidak boleh diabaikan adalah, jangan lupa bawa air minum, karena anda harus melewati trek pendakian menuju puncak gunung dengan melewati seribuan anak tangga.

PELESTARIAN DAN KONSERVASI 

Dinas Pariwisata Kabupaten Ende telah melakukan tugasnya dengan sangat baik dalam pelestarian lingkungan danau Kelimutu.

Selain danaunya yang "ikonik" terdapat juga beberapa flora dan fauna yang dilindungi. Ada dua jenis tumbuhan yang endemik yang hanya bisa tumbuh dan hidup di sekitar kawan taman nasional Kelimutu, yaitu "Utu Ora dan Turu Warna". 

Selain flora juga ditemukan fauna yaitu monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis) dan satu jenis burung endemik yaitu burung Garugiwa (Pachycephala nudigula nudigula).

Demikian ulasan tentang Danau Kelimutu. Three Colours Amazing Lake, semoga bisa menjadi panduan dan menambah daftar destinasi wisata bagi anda dan keluarga.

Penulis bersama istri saat mengunjungi danau Kelimutu pada tahun 2022. (Sumber: Dokpri)
Penulis bersama istri saat mengunjungi danau Kelimutu pada tahun 2022. (Sumber: Dokpri)

Penulis berfoto dengan latar belakang Tiwu Ata Bupu dan Tiwu Ko'o Fai Nuwa Muri. (Sumber: Dokpri)
Penulis berfoto dengan latar belakang Tiwu Ata Bupu dan Tiwu Ko'o Fai Nuwa Muri. (Sumber: Dokpri)

Penulis bersama keluarga saat mengunjungi danau Kelimutu pada tahun 2022 (Sumber: Dokpri)
Penulis bersama keluarga saat mengunjungi danau Kelimutu pada tahun 2022 (Sumber: Dokpri)

Penulis bersama sepupu berbincang-bincang ringan dengan bule Perancis. (Sumber: Dokpri)
Penulis bersama sepupu berbincang-bincang ringan dengan bule Perancis. (Sumber: Dokpri)
Penulis berjumpa dengan bule Jerman (Sumber: Dokpri)
Penulis berjumpa dengan bule Jerman (Sumber: Dokpri)

Penulis berfoto di atas puncak gunung Kelimutu (Sumber: Dokpri)
Penulis berfoto di atas puncak gunung Kelimutu (Sumber: Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun