Ada juga di beberapa daerah di Jambi, karena oknum guru mengincar posisi kepala sekolah, maka ia secara diam-diam dan samar menjadi tim sukses pasangan tertentu. Imbasnya seperti perjudian, jika pasangan calon menang, sang oknum guru tersebut akan diangkat menjadi kepala sekolah. Namun jika pasangan calon tertentu kalah, maka oknum guru tersebut akan dimutasi ke sekolah terpencil yang jauh dari domisili si oknum tersebut.
Oleh karena itu, pasangan Haris-Sani harus berani menghentikan proses politik praktis yang telah merambah pada dunia pendidikan di negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah yang kita cintai ini. Tidak ada pilihan lain, jika ingin mempunyai kepala sekolah yang berkualitas, salah satunya adalah dengan menghentikan proses politik dalam rekrutmen dan penempatannya.
Akhirnya, gegap gempita semangat penyambutan Haris-Sani (meski tidak sebegitu meriahnya karena Covid-19) oleh masyarakat; harus dapat dibuktikan dengan program-program nyata baik dalam jangkan pendek, menengah, dan panjang. Pemerintah Jambi harus mampu mensingkrotnkan program merdeka belajar, sehingga tidak ada lagi pendidikan yang belum merdeka dikarenakan terkendala jaringan listrik dan internet, terjajah karena kualitas dan kuantitias guru, tertekan karena tekanan politik, dan terkendala karena belum efektifnya tripusat pendidikan. Kolaborasi yang apik antara pemerintah daerah, pusat, swasta, dan masyarakat yang dipimpin oleh Rajo baru Jambi Al Haris dan Abdullah Sani, insha Allah akan terwujud pendidikan di Jambi yang lebih Mantap (pendidikan yang maju, aman, nyaman, tertib, amanah, dan professional). Semoga.
*
Dion Ginanto
Dosen UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Pengamat Pendidikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H