Mohon tunggu...
Dion Ginanto
Dion Ginanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru, Peneliti, Penulis, dan Pengamat Pendidikan

Dion Ginanto received his undergraduate degree in TESOL (Teaching English as a Second Language) from Jambi University. He was awarded “MAWAPRESNAS” (the best student award by the Ministry of Education and Culture) in 2006. He was also an AIYEP-er 2007/2008 (Australia Indonesia Youth Exchange Program). In 2009, he joined to the short course training of the KAPLAN TKT program in New Zealand. Currently, he is doing his master at Michigan State University (MA, K-12 Educational Administration). He has published his first book entitled: “Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif: Cara Mengobati 10 Penyakit Profesional. He works at SMA N 1 Batanghari, Jambi, as a teacher. He also teaches at Islamic State University Jambi, and IAIN Batanghari Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tahukah Anda, 10 Pahlawan Nasional Ini Juga Berprofesi sebagai Guru?

10 November 2020   16:35 Diperbarui: 10 November 2020   16:56 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain sebagai tokoh emansipasi yang penuh inspirasi, RA Kartini adalah seorang guru yang mendirikan sekolah di Rembang. Sekolah yang dikhususkan untuk para wanita dan ibu rumah tangga ini tentu sangat penting, karena pada saat itu pendidikan lebih diutamakan pada kaum laki-laki.

Dewi Sartika

Selain Kartini, Indonesia juga dianugerahi Dewi Sartika yang sangat concern dalam membela dan memperjuangkan hak-hak perempuan. Seperti halnya Kartini, Dewi Sartika juga mendirikan Sekolah Istri (yang diperuntukkan kaum perempuan, dan emak-emak) yang masih dipandang sebelah mata di masa penajajahan. 

Sekolah ini tentu banyak menginsipirasi kaum perempuan untuk tidak hanya berdiam diri di rumah, namun untuk terus membekali diri dengan pegetahuan dan keterampilan yang nantinya akan berguna untuk diri mereka sendiri, keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia.

Tan Malaka

Tokoh fenomenal dan kontrovesial ini pernah disematkan kepadanya sebagai seorang Marxist, komunis, dan sebagai oposisi pemerintah Soekarno. Namun meski sebagai oposisi, pemerintah Soekarno menganugerahkan gelar pahlawan kepadanya. Namun siapa sangka sosok fenomenal ini adalah sebenarnya berprofesi sebagai guru. Bahkan ketika beliau kuliah di Belanda, ia mengambil jurusan keguruan. 

Setelah pulang kembali ke Sumatera Barat pun, ia kemudian bekerja sebagai guru di sekolah Belanda dan mengajar para anak buruh. Namun, meski sebagai guru, lantas tidak menghalanginya untuk ikut serta dalam upaya kemerdekaan republik Indonesia. Ia aktif menulis dan mengkritisi segala bentuk penjajahan, diskriminasi, dan penindasan. Ia juga sering berdiskusi dengan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia seperti HOS Tjokroaminoto (guru beliau) dan KH. Agus Salim.

Mohammad Hatta

Mohammad Hatta adalah sosok yang selalu disandingkan dengan presiden Soekarno. Bandara Internasional yang berada di Banten, dan menjadi jantung transportasi udara diberi nama Soekarno-Hatta. Selain sebagai wakil presiden pertama di Tanah Air, Mohammad Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Ide-ide beliau tentang koperasi dan perekonomian hingga kini masih dijadikan sebagai rujukan bagi para ekonom di tanah air. 

Ternyata, meski fokus pada ekonomi dan pergerakan kemerdekaan, Mohammad Hatta juga tidak pelit dalam berbagi ilmu. Pada saat ia diasingkan oleh Belanda di Banda Neira, Maluku, ia menjadikan tempat persinggahannya sebagai tempat untuk mengajar para pemuda di sana. Setelah kemerdekaanpun, Mohammad Hatta masih akftif mengajar sebagai dosen. Bahkan, Jusuf Kalla, yang juga mantan Wakil Presiden RI pernah menjadi asisten dosen Mohammad Hatta. Wah keren ya?

Luar biasa bukan, ternyata pahlawan Indonesia bukan hanya mahir dalam mengangkat senjata dan berdiplomasi, namun ternyata dibalik kemahiran tersebut mereka dulu adalah sebagai tokoh pengajar dan pendidik yang mampu melahirkan tokoh-tokoh nasional baru. Ternyata, menjadi seorang pengajar tidak lantas membatasi jiwa pemberontakan pada setiap praktek penindasan, penjajahan, dan ketidakadilan yang ada di depan mata saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun