Salah satu yang dicontohkan adalah ketika Nabi dan pengikutnya akan berhijrah dari Mekah ke Madinah. Baginda nabi paham betul resiko yang akan ada, sehingga baginda nabi berhijrah secara bertahap dan dalam kelompok kecil. Baginda nabi paham dan berani mengkalkulasikan setiap resiko dari tindakan atau keputusan yang dibuat.
Kita semua adalah guru. Guru bagi anak-anak kita. Guru bagi keluarga kita. Guru bagi sekeliling kita. Nabi mengabarkan bahwa barang siapa yang mendermakan ilmunya, Allah akan membalas dengan balasan yang sangat tinggi.
"Masing-masing kelompok sama-sama dalam kebaikan. Terhadap kelompok yang sedang membaca Alquran dan berdoa kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan doa mereka jika Ia kehendaki. Begitupun sebaliknya, doa mereka tidak akan diterima jika Ia tidak berkenan mengabulkan. Adapun terhadap golongan yang sedang belajar-mengajar, maka (ketahuilah) sesungguhnya aku pun diutus untuk menjadi seorang pengajar (guru). Kemudian Rasul bergabung bersama mereka.'' (HR Ibnu Majah).
Maka berbahagialah para pengajar dan pendidik, karena nabi Muhammad sejatinya adalah Guru. Guru yang mengajarkan indahnya Islam pada alam semesta.
Selamat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Semoga keteladanan Baginda Nabi, dapat membimbing kita menjadi pendidik abad 21 yang ikhlas, visioner, dan agile. Covid-19 memberikan kita peluang untuk menjadi guru di rumah kita, seperti halnya KH. Dewantara pernah ajarkan "Setiap orang menjadi guru, setiap sekolah menjadi sekolah." Tentu, kita harus berusaha untuk menjadi guru yang selalu mengikti suri tauladan Nabi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H