Mohon tunggu...
Dion Ginanto
Dion Ginanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru, Peneliti, Penulis, dan Pengamat Pendidikan

Dion Ginanto received his undergraduate degree in TESOL (Teaching English as a Second Language) from Jambi University. He was awarded “MAWAPRESNAS” (the best student award by the Ministry of Education and Culture) in 2006. He was also an AIYEP-er 2007/2008 (Australia Indonesia Youth Exchange Program). In 2009, he joined to the short course training of the KAPLAN TKT program in New Zealand. Currently, he is doing his master at Michigan State University (MA, K-12 Educational Administration). He has published his first book entitled: “Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif: Cara Mengobati 10 Penyakit Profesional. He works at SMA N 1 Batanghari, Jambi, as a teacher. He also teaches at Islamic State University Jambi, and IAIN Batanghari Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

21st Century Teacher: Belajar dari Nabi Muhammad SAW

29 Oktober 2020   07:02 Diperbarui: 29 Oktober 2020   07:54 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi role model adalah kulitas pendidik yang wajib dimiliki oleh setiap guru. Kulitas ini telah diajarkan oleh Nabi Muhammad sebagai metode pengajarannya. "Dalam pendidikan, Nabi Muhammad SAW menggunakan berbagai cara yang membantu pemahaman. Beliau sering menggambar saat menjelaskan, mengulang apa yang disampaikan, meminta yang mendengar menuliskan pemahamannya. Salah satu pengalaman belajar paling mengesankan bagi banyak sahabat adalah bagaimana beliau selalu memberikan contoh dan analogi sembari menerangkan." (Najeela Shihab, 2017). Bukan hanya itu, akhlak mulia Baginda dalam berinteraksi dengan sahabatnya adalah contoh nyata yang harus selalu ditiru oleh semua guru.

The visionary 

Guru harus mampu mempunyai visi yang jauh ke depan. Pendidik harus memahami tujuan ke mana peserta didik akan diarahkan. Apa output dan outcome yang diharapkan dari lulusan. Tujuan ini harus jelas, serta dapat dipahami bersama-sama serta diputuskan bersama-sama pula. Ketika tujuan dibuat secara terukur dan jelas, maka akan mudah dalam mencapai hasil akhir. Sebagaimana Baginda berpesan dalam hadis pertama kumpulan hadis arbain: Sesungguhnya amal itu hanyalah beserta niat, dan setiap manusia mendapatkan sesuai dengan apa-apa yang diniatkannya. Seorang pendidik hendaknya selalu memperbarui niat dan tujuannya dalam mengajar. Karena ilmu pengetahuan berkembang, maka tujuan pendidikan harus selalu disesuakan dengna perkembangan zaman.

The leader 

Pemimpin yang baik adalah yang mampu melahirkan pemimpin baru. Begitu pula seorang guru dituntut dapat menyelipkan motivasi kepemimpinan agar peserta didik dapat terinspirasi untuk menjadi pemimpin yang mampu memberikan perubahan positif pada lingkungan tempat ia berada.

Itulah yang dicontohkan oleh Nabi, ia berhasil merubah sosok Bilal Bin Rabbah salah satu murid baginda nabi, yang menjadi korban diskriminasi. Namun Baginda Rasul tak pernah membedakan muridnya dari warna kulit, tak pernah mendedakan muridnya berdasarkan tingkat kecerdasan. Perlakuaan yang sama inilah yang nantinya merubah Bilal Bin Rabbah, dari seorang budak menjadi seorang Gubernur di Damaskus. Inilah kualitas yang harus kita miliki, kualitas yang mampu melahirkan pemimpin jujur. Pemimpin yang kita dambakan di negeri kita tercinta.

The collaborator 

Mampu bekerja dalam teamwork adalah kulitas lulusan yang sangat dibutuhkan pada era indisutri 4.0 dan 5.0. Karena menurut the Institute for the Future, 85% pekerjaan yang akan dikerjakan oleh siswa saat ini pada tahun 2030 belum ada. Artinya, pada tahun 2030 akan ada 85% pekerjaan baru yang benar-benar tidak pernah kita fikirkan sebelumnya. Pekerjaan ini akan membutuhkan kerjasama yang tidak mengenal batas wilayah, batas bahasa, dan batas suku bangsa. Kerjasama ini hanya mengenal kualitas kolaborasi yang sejak dahulu nabi Muhammad pernah ajarkan.

Nabi Muhammad selalu menekankan kepada muridnya agar saling tolong menolong dalam kebaikan. Yang terpenting dalam pendidikan, nabi Muhammad tidak mengajarkan kompetisi dan persaingan (Shihab, 2017). Namun nabi mengajarkan untuk belajar bersama lewat dikusi dan musyawarah. Juga, Beliau mengajarkan untuk berempati dan saling menguatkan kepada setiap teman (Shihab, 2017).

The risk-taker

Berani mengambil resiko di sini lebih diarahkan pada risk management. Dengan kata lain segala sesuatu yang dikerjakan akan mempunyai konsekuensi/resiko di dalamnya. Oleh karenan itu, seorang pengajar harus mampu menularkan kepada siswa untuk dapat mengkalkulasi setiap hal yang dikerjakan. Dalam kata lain, guru harus mampu menularkan bahwa segala sesuatu akan ada konsekuensinya: baik itu konsekuensi positif dan negatif. Oleh karenanya, setiapa individu harus berani bertanggungjawab pada setiap yang dikerjakan/diputuskan. Nabi Muhammad sangat ahli dalam manejemen resiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun