Mohon tunggu...
Dion Ginanto
Dion Ginanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru, Peneliti, Penulis, dan Pengamat Pendidikan

Dion Ginanto received his undergraduate degree in TESOL (Teaching English as a Second Language) from Jambi University. He was awarded “MAWAPRESNAS” (the best student award by the Ministry of Education and Culture) in 2006. He was also an AIYEP-er 2007/2008 (Australia Indonesia Youth Exchange Program). In 2009, he joined to the short course training of the KAPLAN TKT program in New Zealand. Currently, he is doing his master at Michigan State University (MA, K-12 Educational Administration). He has published his first book entitled: “Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif: Cara Mengobati 10 Penyakit Profesional. He works at SMA N 1 Batanghari, Jambi, as a teacher. He also teaches at Islamic State University Jambi, and IAIN Batanghari Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karantina dan Kartini

21 April 2020   08:38 Diperbarui: 21 April 2020   08:48 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RA Kartini, Tempo.co

Semangat rela berkorban 

"Pergilah, laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas. Dibawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi! Pergilah! Berjuang dan menderitalah, tetapi bekerja untuk kepentingan yang abadi" (Petikan surat Kartini kepada Nyonya Abendon, 4 September 1901 dalam historia.id).

Dari petikan surat di atas, jelas sekali bahwa Kartini mengajarkan kepada kita untuk berani berkorban untuk membantu sesama. Tentu semangat rela berkorban ini dapat kita ejawantahkan melalui aksi nyata untuk membantu teman-teman di masa keperihatinan Corona.

Para pengusaha telah berlomba-lomba menyumbangkan milyaran harta. Para pejabat berlomba-lomba memotong gaji untuk membantu sesama. Para selebriti dan sosialita berkampanye dengan konser amal. Para ilmuwan berlomba-lomba mengadakan webinar gratis sambil berderma. Lalu kita yang sebagai orang biasa ini tentu tak boleh tinggal diam. Di luaran sana banyak sekali Lembaga sosial yang membuka pintu-pintu donasi. Maka berikan, sumbangkanlah walau sedikit. Karena yang sedikit ini akan dapat menjadi pembela kita di hadapan Tuhan ketika di akhirat kelak.

Semangat Memajukan Pendidikan  

"Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama" (Petikan surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1901 dalam historia.id).

Apapun kondisi Kartini saat itu, dengan keterbatasan dan kekurangan teknologi; beliau dengan narasi tingkat tinggi mampu mempengarui penguasa negeri dan kaum kompeni. Baginya, pendidikan adalah harus menjadi prioritas di atas segalanya. Kartini memandang pendidikan kaum wanita itu penting, karena selain untuk dirinya, pendidikan akan dapat ditularkan pada anak-anaknya kelak. Saya sependapat bahwa pendidikan pertama dan yang paling utama adalah pendidikan dari rumah.

Semangat Kartini tentu dapat kita tularkan di rumah kita, apalagi di masa Karantina. Para Ibu mempunyai peran penting di sini. Kaum Ibu dibantu kaum Bapak, harus memastikan bahwa anak tetap belajar meski tidak pergi ke sekolah. Suami dan istri bahu membahu mengajak diskusi anak, mengembangkan kegiatan bermanfaat di rumah, membantu mengerjakan proyek dan tugas dari guru, serta menyiapkan fasilitas untuk mendukung pendidikan anak di masa Karantina. Intinya rumah harus menciptakan suasana gembira dan nyaman, sehingga anak dapat terus belajar meski di bahwa ancaman pandemi Corona.

Kaum pelajar juga wajib meneladai semangat pendidikan RA Kartini. Meski hanya berada di rumah, RA Kartini mampu merubah tatanan sosial. Maka kita juga harus mampu membuat perubahan, minimal pada diri kita sendiri. Yang selama ini menganggap belajar online hanya sebatas mengugurkan tanggungjawab, mulai sekarang tanamkan semangat untuk bertekad mempelajari sesuatu dan mengembangkan apa yang kita pelajari sesuai passion dan interest kita.

Saya cukup bangga karena beberapa siswa yang saya ajar masih menjadikan RA Kartini sebagai sosok panutan untuk selalu berkarya. Saya sempat menanyakan apa peran RA Kartini dalam pendidikan bagi mereka. Berikut adalah beberapa jawabannya:

"Menurut Nana (Nama samara) hal yang dapat di pelajari dari Kartini adalah semangat nya dalam memperjuangkan hak hak wanita untuk menuntut ilmu, bukan hanya laki laki saja yang harus berpendidikan tinggi tapi perempuan juga berhak karena perempuan adalah Guru bagi anak anak nya. Sebagai kaum milenial kita harus melanjutkan perjuangan Kartini dengan rajin belajar dan terus bermimpi akan masa depan yang lebih cerah." (Nana-nama samaran, kelas XI IPS 2)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun