Mohon tunggu...
Dion Ginanto
Dion Ginanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru, Peneliti, Penulis, dan Pengamat Pendidikan

Dion Ginanto received his undergraduate degree in TESOL (Teaching English as a Second Language) from Jambi University. He was awarded “MAWAPRESNAS” (the best student award by the Ministry of Education and Culture) in 2006. He was also an AIYEP-er 2007/2008 (Australia Indonesia Youth Exchange Program). In 2009, he joined to the short course training of the KAPLAN TKT program in New Zealand. Currently, he is doing his master at Michigan State University (MA, K-12 Educational Administration). He has published his first book entitled: “Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif: Cara Mengobati 10 Penyakit Profesional. He works at SMA N 1 Batanghari, Jambi, as a teacher. He also teaches at Islamic State University Jambi, and IAIN Batanghari Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyepikan Sejenak Dunia Kita

7 Maret 2019   07:16 Diperbarui: 12 Maret 2019   11:42 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

HARI ini (7 Maret 2019) umat Hindu tengah melakukan ritual Nyepi dengan tidak keluar rumah, tidak menghidupkan api, dan memfokuskan diri untuk ritual kepada Tuhan. 

Hari raya Nyepi yang juga memperingati tahun baru Saka di mulai dengan meniadakan sekuruh aktifitas di hari pertama. Di Bali, semua aktifitas ditiadakan, pelayanan umum dihentikan, termasuk Bandar Udara pun berhenti beroperasi. Hanya ada satu instansi yang tetap beroperasi yaitu Rumah Sakit. 

Sebagai warga non-Hindu, menghormati perayaan Nyepi bukan berarti turut melakukan ritual keagamaan seperti yang dilakukan oleh umat Hindu. Bukan pula berarti untuk seharian harus berhenti melakukan seluruh aktivitas duniawi, berpuasa dan tidak menggunakan api/listrik (pati geni). 

Menghormati perayaan Nyepi lebih difokuskan untuk meberikan kesempatan pada diri untuk internalisasi, refleksi, dan evaluasi terhadap apa yang telah, sedang, dan akan kita lakukan. Hari raya Nyepi juga memberi kesempatan untuk bumi bernafas, memberi kesempatan untuk jiwa beristirahat dan untuk penghematan energi.

Saya adalah seorang muslim, sebagai umat yang mengakui Islam sebagai agamanya tidak mungkin bagi saya mencampuradukkan ajaran agama dalam hidup saya. 

Namun untuk peringatan Nyepi, yang akan diperingati juga World Silent Day (Hari Hening Sedunia), sekali lagi bukanlah merayakan ritual keagamaan, namun murni semata-mata untuk mendapatkan dampak-dampak positif darinya. 

Ditambah lagi, dengan ikut meliburkan diri, secara otomatis kita memberikan penghormatan pada saudara kita terutama di Bali agar lebih khusuk dalam melakukan aktifitas mereka. Ada setidaknya empat keuntungan kita memberikan penghormatan pada sesama pada hari raya Nyepi:

Relaksasi Tubuh

Tubuh diibaratkan seperti mesin, mesin harus diistirahatkan setelah beberapa kali bekerja, jika tidak mesin akan macet dan 'jam'. Lalu pernahkah kita mengistirahatkan tubuh setelah rutinitas kita bertahun-tahun kita hidup di dunia ini? 

Sebagian anda pasti menjawab sudah, yaitu tidur. Namun tidur, tidak benar-benar mengistirahatkan tubuh, dikarenakan ketika kita tidur, sebenarnya tubuh kita masih melakukan kegiatan-kegiatan contohnya pencernaan, otak, jantung dll. 

Relaksasi perlu dilakukan, apalagi pekerjaan dan rutinitas harian yang sering membuat pikiran pusing dan stress. Meditasi/Yoga adalah contoh di mana tubuh dapat sejenak diistirahatkan. 

Dalam konsep Nyepi salah satunya adalah tidak melakukan aktivitas di luar rumah, yang dilakukan adalah meditasi, menenangkan serta mengkosongkan pikiran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah merestart otak dan hati kita. 

Tidak ada salahnya pada hari raya Nyepi, kita dapat lebih khusuk dalam melakukan ibadah seperti solat, atau ibadah lainnya. Hal ini dapat juga sebagai latihan untuk menyambut datangnya bulan puasa yang sebentar lagi akan tiba.

Muhasabah Diri/Refleksi Diri

Tokoh terkemuka dunia, Umar Bin Khattab pernah mengungkapkan:" Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab di akhirat". Maksudnya adalah introspeksi diri kita, akan segala kesalahan-kelasalahan yang sudah kita perbuat sebelum kita dihakimi akan kesalahan kita di akhirat. 

Sebenarnya kita sering mendengar anjuran-anjuran untuk merefleksi diri, misalnya di setiap tahun baru Masehi atau Hijriah, tetapi terkadang kita terlena dan tidak melakukannya dengan serius. 

Tetapi dengan momen Nyepi, diharapkan setiap individu dapat introspeksi diri hingga akhirnya benar-benar terjadi pemahaman antar sesama dengan hasil akhir terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Mengurangi Polusi di Planet Bumi

Sebenarnya apabila bumi tempat kita berdiam saat ini bisa berbicara mungkin ia akan protes kepada manusia karena ulahnya yang selalu membuat kerusakan di bumi. 

Dapat dibayangkan berapa polusi yang sudah meradang bumi, mulai dari dari polusi udara, tanah dan air. Namun jika kita dapat sedikit mengurangi aktifitas di hari raya Nyepi, akan dapat mengurangi polusi di planet Bumi. 

Jika kita dapat mengurangi aktifitas di hari raya nyepi, dapat di bayangkan selama satu hari tidak akan ada asap kendaraan bermotor yang jumlahya hampir sama dengan penduduk bumi, tidak akan ada asap pabrik, tidak akan ada pencemaran air akibat pembuangan limbah, dll. Meskipun hanya satu hari, namun ini diarasa menjadi langkah mulia untuk mengurangi polusi di planet yang kita cintai ini.

Penghematan Energi

Jikalau kita dapat memanfaatkan momen Nyepi dengan mengurangi aktifitas dengan listrik, maka, betapa besar penghematan energi yang telah dilakukan. Betapa juta megawatt listrik yang dapat di hemat, berapa juta liter bahan bakar dapat di hemat, dll. 

Momen hari raya Nyepi hendaknya dapat dimanfaatkan untuk mengurangi atau menghemat cadangan energi yang tidak akan selamanya tersedia di muka bumi. Karena penghematan energi jika hanya dilakukan secara sendiri-sendiri hasilnya kurang maksimal, tapi sebaliknya jika dapat dilakukan secara masif pasti akan efektif dan hasilnya dapat langusng dirasakan meskipun hanya sedikit.

Sebagai masyarakat sosial yang hidup berdampingan, rasanya sangat arif jika kita mendukung dapat memanfaatkan momentun hari raya Nyepi. Ketimbang sekedar libur tanpa ada pemaknaan, setidaknya poin-poin di atas dapat membantu kita mengistirahatkan jiwa, raga, dan fikiran untuk sejenak berhenti dari kompleksnya kegiatan duniawi. 

Menciptakan suasana hening dan memberikan kesempatan untuk bumi beristirahat meski barang sejenak, akan memberikan arti tersendiri bagi seluruh umat manusia. 

Selain itu keheningan yang akan diciptakan meskipun hanya sehari, diyakini dapat mengurangi rasa penat, stress, serta yang terpenting adalah dapat memberi warna tersendiri di planet yang sudah lama kita diami ini.

 Yang terakhir tentunya, momen hari raya Nyepi ini dapat kita jadikan sebagai momentum untuk refleksi terutama pada hiruk pikuk perdebatan pilihan presiden dan anggota legislatif, yang berhasil membuat sekat-sekat permusuhan yang lumayan masif.

Telah dimuat di JAMBI LINK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun