Mohon tunggu...
Dion Linthin
Dion Linthin Mohon Tunggu... PNS -

Masyarakat biasa. Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Semua Ada Waktunya

18 Januari 2017   13:16 Diperbarui: 18 Januari 2017   18:25 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup pada dasarnya adalah siklus kehilangan. Secara perlahan tapi pasti, kita akan mengalami pelbagai kehilangan, mulai dari kehilangan kesehatan, pekerjaan, hingga orang-orang yang kita cintai.

Saat anak mulai besar, satu per satu mereka akan “hilang” dari hadapan kita karena merantau untuk kuliah. Saat anak dewasa mereka akan membangun rumah tangga sendiri-sendiri. Ini semua wajar saja. Kita harus rela melepaskannya suka atau tidak. Waktulah yang akan terus berbicara.

Salah satu yang perlu kita persiapkan adalah kehilangan jabatan atau pekerjaan. 

Saat pensiun akan ada perasaan “Saya bukan lagi siapa-siapa.” Tidak mudah memasuki situasi itu apalagi sebelumnya kita punya jabatan baik dan sangat sibuk.

Untuk mengantisipasinya, sesudah pensiun usahakan agar kita masih bisa bekerja dan menghasilkan sesuatu bagi keluarga, anak atau cucu. Dengan demikian kita masih akan merasa eksist. Paling tidak kita tetap merasa berguna.

Untuk itu kita perlu menyiapkan “karir cadangan”, seperti mengajar dan menulis. Bisa juga yang mulai menyiapkan bisnis dengan wiraswasta. Tak perlu bisnis besar, yang penting bisa menghasilkan. Sebagian aktif di organisasi atau yayasan sosial.

Buatlah diri tetap berarti meski sudah pensiun. Misal dengan aktif di lembaga sosial keagamaan. Mengembangkan kemampuan berkebun atau memelihara ikan. Tetap ada semangat hidup dan merasa berarti.

Cepat atau lambat sesudah pensiun berangsur-angsur kita akan kehilangan kesehatan. Bisa jadi bergantung-obat. Biaya periksa ke dokter atau rumah sakit tidaklah murah. Untuk itu kita perlu menyiapkan tabungan atau asuransi.

Kondisi fisik yang pelan tapi pasti akan merosot perlu diantisipasi. Salah satunya dengan cara memompa semangat dan mengasah asa. Dengan tetap berhasil dalam hal tertentu, semangat tetap membara. Dengan punya semangat bisa mengangkat kondisi fisik dan kekuatan badan.

Sampai akhirnya suatu ketika kita tidak bisa bekerja lagi, tidak bisa keluar kota atau hanya berjalan kaki sebentar saja. Sampai kita tidak bisa berpikir lagi.

Inilah yang harus kita antisipasi dengan tenang. Mendekatkan diri dengan Tuhan dan bersandar pada anugerah-Nya. Sampai suatu saat semangat saja sudah tidak bisa menolong lagi. 

Seperti biduk yang semula berlayar di laut lepas, kemudian mati angin, terombang-ambing, bocor, kemasukan air, lalu teng…kita kembali pada Yang Maha Kuasa. Hidup kita berguna mati bahagia

Yang penting kita sudah siap. Kita sudah rela. Kita juga sudah mempersiapkan pasangan, anak-mantu dan cucu. Berusaha hidup kita tidak menjadi beban anak-cucu, sebaliknya tetap bisa menjadi berkat dan teladan.

Caranya, sebelum pensiun tiba, kita perlu mempersiapkan masa itu dengan indah. Berusaha hidup sehat dan hemat dengan menabung. Membangun dan menjaga relasi keluarga dengan harmonis atau sebaik-baiknya. Agar tidak ada penyesalan di masa tua.

Ada satu penelitian menarik dari Bronnie Ware. Ketika bekerja mengurus pasiennya, Ware bertanya tentang penyesalan terbesar dalam hidup. Ware menyimpulkan ada lima penyesalan manusia pada umumnya yang kemudian dibukukan.Tiga diantaranya ialah:

1. Coba dulu saya punya keberanian hidup seperti yang saya kehendaki, bukan berdasarkan/mengikuti harapan orang lain.

2. Coba dulu saya tidak bekerja terlalu keras. Saya kehilangan masa muda, kehilangan anak-anak dan pertemanan dengan istri.

3. Coba dulu saya tetap membina hubungan dengan teman-teman. Kebanyakan kita sibuk dengan kehidupan kita sendiri sehingga kita membiarkan persahabatan lama perlahan menghilang.

Lewat buku yang ditulis Ware, banyak orang yang mengatakan mereka memiliki keberanian untuk pensiun, kekuatan mengambil cuti untuk berlibur, atau mencari kembali teman-teman lama, atau bahkan berhenti dari bekerja sebelum waktunya.

Intinya, jadikan masa pensiun itu masa yang indah dengan tetap berguna bagi keluarga dan sesama. Saat bekerja siapkan dengan baik masa pensiun Anda, baik secara emosional, finansial, spiritual dan sosial. Sehingga saat pensiun tiba tidak lagi menakutkan melainkan sesuatu yang lama dirindukan. Pada saat itu punya banyak waktu bersama keluarga, anak dan cucu. Menikmati persahabatan dan hobi lebih puas. Banyak waktu berdoa dan beribadah. Indah bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun