Mohon tunggu...
Dio Feniarun
Dio Feniarun Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Penggalian Harta Wakaf dalam Sejarah Nabi

18 Maret 2019   16:15 Diperbarui: 18 Maret 2019   16:34 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari pengertian wakaf diatas, dapat dikatakan bahwa wakaf merupakan tindakan hukum, agar sah hukumnya, dantercapai fungsi tujuannya, maka syarat dan rukunnya harus dipenuhi.
 
Hukum wakaf dalam islam

Secara hukum wakaf yaitu sama hal nya jariyah dilihat dari sifat wakaf tidak berbeda dengan berbagai harta seperti kebanyakan amal sedekah. Namun lebih besar pahala yang di dapat oleh orang berwakaf.tungkat kemanfaatta secara umum,tidak terlalu tertuju pada individu.pahala yang diterima tetap megalir terus menerus selama barang atau benda yang di wakaf kan masih berguna dan bermanfaat.

Harta yang di wakafkan itu tidak boleh di jual belikan,dihibahka atau di wariskan.akan tetap harta wakaf tersebut harus di manfaatka secara terus menerus untuk kepentingan umum dan sebagai mana maksud dari orang yang mewakafkan. Hadist nabi yang artinya,

"sesungguh nya umar telah mendapatkan sebidang tanah di khibar.umar bertanya kepada rasulullah saw; wahai rasulullah apakah perintah mu kepadaku sehubungan tanah tersebut? Beliau menjawab: jika engkau suka tahanlahtanah itu dan sedekahkan manfaatnya! maka dengan petunjuk beliau itu, umar menyedekahkan tanah nya, tidak di hibahkan dan tidak pula di wariskan.(HR Bukhori dan muslim).

Hukum wakaf disini ialah menegerjakan kita tentang nilai kemulian seorang manusia yang harus di ukur dari tingkat kebermanfaattan nya sebagaimana manusia untuk sesamanya dan agamanya.Tujuan wakaf adalah memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya. Fungsi wakaf adalah mewujudkan potensi dan  manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk keperntingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.

Syarat-syarat Wakaf

Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif): Syarat-syarat al-waqif ada empat, pertama orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki. Kedua dia mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk. Ketiga dia mestilah baligh. Dan keempat dia mestilah orang yang mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya.

Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf): Harta yang diwakafkan itu tidak sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh ah; pertama barang yang diwakafkan itu mestilah barang yang berharga Kedua, harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik pada ketika itu tidak sah. Ketiga, harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif). Keempat, harta itu mestilah berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai').

Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih): Dari segi klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, pertama tertentu (mu'ayyan) dan tidak tertentu (ghaira mu'ayyan). Yang dimasudkan dengan tertentu ialah, jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh dirubah. Sedangkan yang tidak tentu maksudnya tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin, tempat ibadah, dll.

Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf mu'ayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik), Maka orang muslim, merdeka dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf. Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira mu'ayyan; pertama ialah bahwa yang akan menerima wakaf itu mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dan wakaf ini hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.

Syarat-syarat Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa syarat: Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukKan kekalnya (ta'bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu. Kedua, ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu. Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat, ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua persyaratan diatas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat ghaira tammah.Keistimewaan Wakaf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun