Mohon tunggu...
Didin Zainudin
Didin Zainudin Mohon Tunggu... Freelancer - Didin manusia biasa yang maunya berkarya yang gak biasa.

mencoba memberi manfaat dan inspirasi bagi kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ya ban, wa hiya ban.

3 November 2023   10:11 Diperbarui: 10 Agustus 2024   18:03 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.vecteezy.com/photo/48441206-mecca-saudi-arabia

Ini cerita tentang Umroh murah ala jamaah haji mandiri. Umroh biayanya gak lebih dari 10 riyal (Rp. 40.000). Murah kan? Sebagai haji mandiri, tentu saja kita harus mandiri. Kita di tuntut untuk terus belajar sendiri. Memahami sendiri. Mengingat-ngingat yang sudah diajarkan oleh petugas. Kalau perlu bikin catatan sendiri. Kalau masih suka bingung dan nggak mau repot sebaiknya ikut KBIH aja. Apalagi untuk jamaah haji yang sudah lanjut usia. Atau buat mereka yang malas berpikir, atau lebih suka dilayani, ini disarankan ikut KBIH. 

Haji mandiri memang harus aktif, mencari informasi. Aktif bertanya, cari tahu tata cara ibadah haji, dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ibadah disana. Tapi jangan khawatir, bukan berarti haji Mandiri, terus pemerintah melepas begitu saja, ketika kita ibadah haji. Banyak petugas haji yang bisa kita tanya-tanya. Yang pertama ada ketua kloter yang membawahi, Kepala rombongan, dan kepala regu, dan seluruh anggota kloter. 

Ketua kloter mewakili pemerintah Indonesia. Petugasnya dari Departemen Agama. Dibawahnya ada Ketua Rombongan, dia membawahi 40 orang. Di dalam Rombongan ini dibagi lagi per regu. Setiap regu ada 10 orang yang dipimpin oleh Ketua Regu. Belum lagi di setiap hotel selalu ada petugas haji, ada dokter,  yang stand by. Mereka punya pos & sekretariat di tiap hotel. Jadi jangan takut kurang info. Intinya sering-sering gaul aja.

Saya sebagai ketua regu yang anggotanya jamaah mandiri, ada 8 orang. Dua orang lagi (suami istri) dari KBIH yang dimasukkan dalam grup Mandiri. Grup kami terdiri: 5 jamaah wanita, 3 jamaah pria. Regu saya, regu 8 selalu kompakan dengan regu 9. Karena kami sama-sama dari wilayah Depok yang berdekatan. Kebetulan saat cek kesehatan di puskesmas yang sama. Saat tes kebugaran di lapangan perumahan Rivera kita pun juga, olahraga bersama. Jadi ketika akhirnya berangkat Haji, kita sudah akrab satu sama lain. Apalagi sesama jamaah Mandiri, jadi kita sama-sama seperjuangan. Susah senang kita sama-sama.

Saat kita umroh Sunnah, yang sudah diluar agenda Haji. Petugas haji sudah tidak punya kewajiban membimbing kita lagi. Karena rangkaian ibadah haji sudah selesai. Jadi umroh Sunnah adalah atas inisiatif jamaah sendiri. Untuk umroh, kita harus mengambil miqot. Sebagai tempat kita mengawali umroh. Jadi kita harus keluar dari Mekah dulu. Tempat miqot terdekat dari Mekah adalah  Tan'im (masjid Aisyah). Untuk menuju kesana kita harus naik bis atau taksi. Pertama kali kita umroh, kita sempat dibohongin oleh supir bis yang kita sewa. 

Saat deal di awal dia setuju dengan harga 10 riyal ke Tan'im dan ke Haram (maksudnya berangkat pulang). Ternyata setelah kita mengambil Miqot ke Tan'im dan berangkat lagi dari Tan'im menuju ke Haram, disana dia minta 20 riyal. Karena 10 riyal dari hotel ke Tan'im. 10 riyal lagi dari Tan'im ke Masjidil Haram. Bahasa arab kami cuma modal  Google translate. Sopirnya sudah setengah baya, dia tidak paham Bahasa Inggris. Jadi tawar menawar sesekali pake Bahasa tarzan, dan Bahasa Inggris. Sebenarnya salah paham karena sopir menganggap 10 riyal sekali  jalan. 

 Atau dia pura-pura salah paham supaya dapat untung lebih banyak. Karena ternyata tarif rata-rata dari Tan'im ke Haram  hanya 5 riyal. Kami gak mau berbantah-bantah karena sedang menggunakan baju ihrom. Dari pada batal, akhirnya dengan ikhlas kita bayar 20 riyal per orang. Ada 10 orang. Berarti sopirnya dapat 200 riyal. Yang sebenarnya jaraknya gak terlalu jauh. Pulang pergi paling 12 km an. Ya sudahlah, itu ongkos kebodohan saja. Sebagai pelajaran saja. Lain kali kita harus deal nya lebih jelas di awal.

Di lain hari, kami ceritakan peristiwa diatas dengan seorang teman (baru kenal sebenarnya). Dia seorang pemilik KBIH yang sudah wara-wiri ke Arab Saudi puluhan kali, namanya Habib Idrus, kami cerita peristiwa dengan sopir bis diatas. Dia akhirnya mengajarkan kami bagaimana cara menawar harga dengan sopir. Tips paling gampang dari dia, bilang aja: "Yaa ban, wa hiya ban". Artinya return atau pulang pergi. Sebutkan dengan tambahan bahasa tangan: Tan'im, Tan'im -- Haram, Khamsa riyal (5 riyal). Kalo sepuluh ya Asyara riyal. Pelajaran yang singkat dan padat ini kami catat baik-baik. Yang nantinya mau kita praktekkan untuk umroh-umroh Sunnah berikutnya. Masih ada 6 - 8 umroh lagi.

Benar saja, 2 hari berikutnya saya praktekkan tips dari Habib (panggilan buat habib Idrus). Ternyata benar. Sopir paham, dan langsung deal. Kali ini mobil yang kami sewa lebih bagus. Hyundai H-1. Yang bisa menampung 10 orang dengan nyaman. Masing-masing orang kini hanya bayar 10 riyal, untuk perjalanan bolak balik dari hotel ke Tan'im, dan dari Tan'im ke Haram. Beres, semua senang dan nyaman. Kita cukup bilang ke sopir nya: Tan'im -- haram, Yaban Wahiyaban, 10 riyal. Sambil jari telunjuk tangan kita angkat. Supaya sopir paham 1 orang 10 riyal PP.

Ilmu Ya ban, wa hiya ban saya tularkan ke semua anggota regu. Tiap orang harus tahu. Siapa tahu mau umroh sendiri, atau bersama pasangan. Paling tidak sebagai pengetahuan baru. Kelihatannya sepele tapi ternyata sangat bermanfaat. Besok-besokannya kami selalu menggunakan jurus "ya ban wahiya ban" untuk tawar menawar dengan sopir. Perlu kita ketahui, di Arab Saudi (Mekah) gak ada taksi resmi. Hampir gak ada taksi yang menggunakan argo. Taksi Online seperti Gocar, Grab car, atau Uber gak ada. 

Jadi angkutan hanya ada 2 pilihan, bis umum atau taksi pribadi. Mobil taksinya bisa apa aja. Saya pernah naik Innova, Pajero, H1, Fortuner, sedan dan bis ukuran sedang (seukuran elf). Bahkan saat hari Tasryik (Hari Raya Idul Fitri), seorang Jamaah haji yang se hotel dengan saya, tapi beda kloter, cerita waktu itu dia pernah naik taksi, mobilnya bekas mengangkut kambing. Bak terbuka. Dia naik dari mina ke Masjidil Haram. Satu orang dikenai 100 riyal. Karena saat itu angkutan sangat jarang. Karena gak ada pilihan lain dia akhirnya naik mobil bak terbuka tersebut.

Tapi berkat jurus Ya ban wa Hiyaban ini, akhirnya kita gak cuma bisa ngambil miqot di Tan'im saja, tapi juga ke masjid Ja'ronah yang lebih jauh. PP hanya 15 riyal. Dan bisa jalan-jalan ke pasar Kakiyah (5 riyal sekali jalan).

Cerita dari teman yang jamaah KBIH, mereka  dapat jatah umroh Sunnah, hanya 3 kali. Selebihnya ya harus jalan sendiri.  Jadi sebenarnya pengetahuan seperti ini juga harus dipahami juga oleh semua jamaah haji, baik yang mandiri maupun yang KBIH. Rugi rasanya kalo kita sudah di tanah suci Mekkah, selama 30 hari, tapi hanya umroh 3 kali. Menyesal nanti. Padahal bisa kita maksimalkan. Terutama bila kondisi kesehatan kita masih bugar, sehat wal afiat. Karena kalo kita sudah pulang ke tanah air, terus  misal, 2 tahun berikutnya ingin berangkat umroh, kita mesti menyediakan dana minimal 30 jutaan. Bayangkan 30 juta dibandingin dengan 40 ribu rupiah.  

Buat yang mau berangkat Haji, pengetahuan ini tidak diajarkan saat manasik. Baik manasik dari pemerintah, maupun manasik dari KBIH. Sedikit-sedikit belajar Bahasa arab yang simple-simple. Seperti angka-angka, lima, sepuluh, lima belas.

Kalau kita berhubungan dengan sopir, jarang yang bisa Bahasa Indonesia. Bahasa inggris juga mereka gak paham (terutama sopir yang tua). Tapi kalo dengan pedagang sekitar hotel atau Masjidil Haram, banyak yang paham Bahasa Indonesia. Itu juga Bahasa yang simple. Vocabulary yang mereka pahami paling: Murah, tidak mahal, tambah sedikit, cantik, bagus, lima puluh ribu jokowi (maksudnya rupiah). Beberapa malah ada yang bisa Bahasa Sunda. Katanya sering ke puncak.

Berbeda dengan sopir yang bergerak terus (mobile). Dia tidak stand by di satu tempat. Dia gak ngetem di hotel tertentu. Jadi dia gak peduli dengan Bahasa Indonesia. Karena penumpang dia, silih berganti,  bisa dari berbagai macam negara. Bisa pusing sendiri kalo dia mau mempelajari banyak bahasa. Kalau masih bingung, sesekali bisa menggunakan google translate. Itu bisa membantu banget. 

Kalo tersesat atau nyasar yang harus dilakukan adalah istighfar berulang-ulang. 3 -- 10 kali. Setelah itu minta petunjuk sama Allah (minta yang serius, bener-benr minta tolong). Insya Allah setelahnya akan ada jalan keluar. Sebagai tamu nya Allah, kalo kita nyasar di "rumah" Nya tentu minta tolong nya ke "Tuan Rumah Nya". Pertolongan nanti akan muncul. Bentuknya bisa macam-macam. 

Depok, 27 Desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun