Mohon tunggu...
Didin Zainudin
Didin Zainudin Mohon Tunggu... Freelancer - Didin manusia biasa yang maunya berkarya yang gak biasa.

mencoba memberi manfaat dan inspirasi bagi kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita Haji Pandemi

1 November 2023   21:51 Diperbarui: 1 November 2023   22:00 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keesokannya setelah sholat Subuh kami ke Jamarot lagi. Sengaja kami memilih pagi supaya tidak panas. Maklum perjalanan cukup jauh. Panas yang terik akan menurunkan stamina kita. Pengalaman melempar Jumroh kemarin, akan kita pakai sebagai panduan melempar Jumroh hari ini. Bedanya hari ini kita akan melempar 3 Jamarot. Kurang lebih rombongan kami berdua belas, kami jalan kaki. Kami jalan sesuai rute yang kemarin. Petunjuk jalan juga sangat jelas. Untuk haji mandiri, setiap saat memang harus memperhatikan jalan, petunjuk dan tata cara ibadah. Karena tidak selamanya kita dibimbing. Beda dengan haji yang di bawah KBIH. Fungsi ketua regu juga sangat berperan membimbing regunya. Hari masih agak gelap. Lampu-lampu jalan masih menyala. Matahari belum terbit benar. Masih semburat sinarnya. Kami sudah mendekati pintu terowongan Mina. Terowongan yang terkenal, karena pernah ada tragedi Mina, yang menewaskan banyak jamaah. Ketika kami hendak melangkah maju memasuki terowongan Mina, tiba-tiba lampu mati. Terowongan jadi gelap. Terowongan ini cukup panjang. Mungkin sekitar 200 meteran. Orang-orang sempat panik. Tapi karena hari itu masih Hari raya Qurban (Idul Adha), kami semua terus bertakbiran. Kepanikan terkendali. Kami kembali takbiran sambil jalan masuk ke dalam terowongan. Tapi rombongan di belakang kami ternyata di tahan oleh petugas. Mereka dilarang masuk ke dalam terowongan. Di dalam terowongan cukup gelap. Suara takbiran bersahutan dan menggema di dalam terowongan.  Meski gelap, kami masing-masing menyalakan handphone. Sinar dari layar / senter handphone ikut menerangi terowongan.  Meskipun lampu di sepanjang terowongan padam, tapi kipas besar di atas, yang berfungsi sebagai exhaust ternyata masih menyala. Sehingga udara tidak pengap, meski banyak orang di dalam terowongan. Akhirnya lampu menyala lagi, setelah kurang lebih 30 menit. Masih ada satu terowongan lagi, sebelum kita memasuki Jamarot. Akhirnya kita sampai juga di Jamarot. Tempat melempar jumroh yang bentuknya seperti tugu, tapi melebar. Tapi sebenarnya mirip dinding batu. Nama masing-masing Jumroh adalah: Aqobah, Wustho, dan Ula. Pada papan petunjuknya tertulis Big Jamarot, Medium dan Small. Hari itu kita melempar 3 Jumroh. Dimulai dari yang besar hingga yang kecil. Masing-masing 7 batu kerikil. Selesai melempar Jumroh kami berdoa. Dibuku panduan (buku saku) haji, doa-doanya lengkap. Setelah foto-foto di depan batu Jumroh, kami pulang jalan kaki.

Ketika jalan menuju pulang, kami melewati escalator ke arah bawah. Eskalatornya cukup panjang. Kami penasaran. Akhirnya iseng, kami turun ke bawah. Ternyata menuju ke bawah, melewati beberapa escalator. Sekitar 6 lantai. Di bawah ternyata ada keramaian, ada semacam pasar, atau toko-toko makanan. Ada KFC, Albaik, Tempat minum kopi, kedai makanan, provider telpon arab, dan lain-lain. Di bawah ternyata banyak orang Afrika. Ini mungkin lantai untuk negara non Asean. Tapi disinilah kami akhirnya nyasar. Jalan menuju tenda mina tempat rombongan kami menginap, ternyata jadi jauh. Jalannya memutar. Sebelumnya jalan kaki hanya 30 menit, kini 1 jam lebih, kami baru sampai di tenda. Kami sempat jajan dulu beli kopi, teh susu dan kebab. Tadinya mau beli fried chicken Albaik. Tapi masih tutup.

Sampai di tenda, kami sudah kelelahan. Sarapan pagi sudah tersedia di samping tempat tidur masing-masing. Setiap makan paketnya lengkap dengan buah, kadang minuman jus, dan air mineral. Dalam kotak makan selalu ada nasi, daging (berganti-ganti, daging sapi, ayam atau ikan) dan sayur. Buah juga berganti-ganti, antara jeruk, apel, pier atau kurma. Gizi benar-benar tercukupi. Makanan juga gak pernah telat. Pagi hari, jam 6 sudah tersedia. Siang, jam 11 sudah siap. Malam sebelum maghrib sudah ada. Bener-bener terjamin. Beneran ini haji Tamatu. Tangi -- Mangan -- Turu (bangun -- makan -- tidur).

Kembali ke Mekah

Selesai melempar Jumroh hari ketiga, pagi jam 8 an kami kembali ke Mekah. Tapi ada juga beberapa teman yang masih tinggal di Mina untuk melempar Jumroh di hari keempat. Namun yang wajib hanya 3 hari. Jam 9 an kami tiba di hotel Manazil el Hour. Hotel tempat kami menginap. Hari Tasyrik, bis-bis menuju ke Masjidil Haram masih libur. Jika ingin ke Haram harus sewa mobil sendiri atau jalan kaki. 2 hari libur. Bahkan catering pun libur. 2 hari kami makan secara swadaya. Nyari sendiri, bayar sendiri. Banyak tempat makan di sekitar hotel. Setelah istirahat yang cukup, sore hari sesudah sholat ashar di masjid hotel, kami pergi ke Haram untuk melakukan Tawaf Ifadhoh. Kami menyewa mobil / taksi. Taksi nya Hyundai H-1. Mobil Sholawat masih libur. Tawaf Ifadoh menggunakan baju biasa. Tidak pakai baju ihrom. Selama hari Tasyrik, lantai tempat Ka'bah (lantai bawah) tidak dibatasi. Semua orang boleh masuk. Akibatnya sangat membludak. Kami terpaksa Tawaf di lantai atas, karena lantai bawah sudah di tutup. Sudah terlalu penuh. Tawaf di lantai atas adalah tantangan sendiri. Biasanya tawaf di bawah, 7 putaran hanya memakan waktu paling lama 20 - 30 menit. Sementara bila di lantai atas 7 putaran bisa memakan waktu 1,5 jam. Bahkan bisa lebih. Jumlah jaraknya tentu saja lebih jauh. Tapi memang tidak ada pilihan lain. Ini ujian fisik dan mental. Harus ikhlas, supaya gak capek dan ngedumel / mengeluh karena lebih lama. Selesai Thowaf, kami menuju tempat Sa'i. Kali ini Sa'i masih di lantai yang sama dengan Thawaf. Selesai Sai, kami menutupnya dengan Tahalul. Pertanda rangkaian ibadah haji selesai. Kami istirahat di lantai Sa'i. Dekat dengan Marwah. Kami berfoto-foto.

Haji Masker

Jamaah Indonesia paling gampang ditandai / diidentifikasi di Masjidil Haram. Jamaah yang pake masker biasanya orang Indonesia. Orang-orang Arab, India, Afrika, Eropa, Rusia, dan beberapa negara lain gak ada yang pakai masker. Cuma orang Indonesia saja yang disiplin pake masker. Jadi kalo ketemu jamaah yang pake masker, sudah bisa dipastikan itu orang Indonesia. Kalo sedang sholat, atau thawaf paling terlihat. Bila ada rombongan bermasker, bisa dipastikan itu adalah jamaah Indonesia. Pemerintah Indonesia sukses memaksa warganya untuk patuh ber-masker.

Pulang ke hotel

Thawaf 1,5 jam dan Sa'i 50 an menit, sangat menguras tenaga. Kaki masih pegel-pegel. Kelihatan semua nya kelelahan. Air zam-zam tentu sebagai pelepas dahaga dan penat. Berdoa supaya terus diberi kekuatan. Kita mau pulang ke hotel. Perut sudah mulai lapar. Kita mau makan deket hotel. Ada restoran nasi kebuli yang murah meriah dekat hotel. Kami mencari taksi. Tapi ternyata harga taksi ke hotel jadi lebih mahal dari pada saat kita berangkat menuju Haram. Saat berangkat hanya 5 riyal per orang. Kami bersepuluh.  Tapi saat kembali, sopir taksi menawarkan harga 150 - 200 riyal per mobil (seukuran Hyundai H1). Kami keberatan. Sambil jalan ke arah hotel kami mencari taksi lain. Tapi gak ada taksi yang mau turun harga. Akhirnya kami kembali ke hotel dengan jalan kaki. Lumayan jaraknya 2 km an. Saya dan istri berjalan agak di belakang. Saya mengimbangi kecepatan istri, yang sudah kecapekan. Akhirnya saya memutuskan istirahat dan makan di restoran fried chicken yang mirip Albaik. Kami membeli paket Brost Chicken. Isinya ada 4 potong ayam, French fries dan pepsi kaleng.

Ada cerita unik mengenai minuman pepsi kaleng atau minuman dingin jus buah dalam botol. Saya dan istri, kalau di rumah hampir gak pernah minum-minuman soda, namun anehnya ketika di Arab jadi suka minum Pepsi atau Coca-cola. Udara panas yang menyengat, langsung larut oleh dinginnya dan segarnya minuman kaleng ini. Sodanya juga sangat berasa. Ada teman sesama haji yang sering jalan bersama kami, pak Faiz, dia juga punya kebiasaan yang sama. Pokoknya kalau gak Pepsi, Coca-cola kalau gak jus buah. Jus buah yang enak biasanya yang botolnya dari kaca, bukan plastik. Dan jus buah favoritnya Mangga. Harga minuman ini antara 2,5 Riyal -- 3 Riyal. Tapi saran dokter & petugas medis disana, baiknya jangan minum soda. Banyak minum air putih/mineral saja. Jadi kebiasaan saya gak usah ditiru.

Bayar Dam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun