Mohon tunggu...
din saja
din saja Mohon Tunggu... Seniman - tamat smp

suling pun bukan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Zikir Dalam Antologi Sajak Namaku Zikir

29 September 2024   10:31 Diperbarui: 29 September 2024   11:19 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makna Zikir Dalam Antologi Sajak Namaku Zikir

Oleh  Sastri Sunarti Sweeney

 

 

Mari Mengenal Din Saja

 

Din Saja alias Ade Soekma, alias Fachruddin Basyar adalah seorang penyair, seniman, budayawan, dan juga seorang aktivis kesenian yang tidak pernah berhenti pada satu titik. Senantiasa berproses mencari jatidiri dan hakikat diri sebagai seniman, penyair, dan insan seni yang memperlihatkan jalan panjang yang sudah dilaluinya selama ini. 

Bermula dari Banda Aceh lalu Din Saja merantau ke Padang dan akhirnya kembali ke Banda Aceh Din Saja tidak berhenti sebagai seniman. Berdasarkan pernyataannya dalam kata pengantar antologi ini Din Saja mengakui bahwa eksistensi sebagai penyair baru dimulainya sejak tahun 1990. Tahun-tahun sebelumnya Din Saja lebih dikenal sebagai pekerja teater, aktor, dan sutradara.

Begitulah saya mengenal Din Saja alias Ade Soekma awalnya sebagai seorang actor yang memiliki permainan watak yang memukau pada tahun-tahun 1980-1990-an di kota Padang.

Ketika diminta membahas sajak-sajak Din Saja dalam waktu yang relatif singkat oleh panitia yakni hanya 3 hari saya terpaksa bertungkuslumus melakukan close reading 'pembacaan yang intensif' agar dapat memahami isi dan kandungan serta pesan yang dimuat dalam sajak-sajak Din Saja ini.

Satu catatan penting yang berhasil saya temukan dalam antologi sajak Din Saja ini, sebagaimana sudah dinyatakan oleh penyairnya bahwa antologi puisi ini adalah sebuah catatan dari berbagai peristiwa yang sudah dialami, disaksikan, dan dirasakan sendiri oleh penyair.Terutama sejak Din pindah ke kampung halaman Ibundanya, di Banda Aceh. Sebagaimana tertera dalam catatan kaki sajak, tahun 1990 merupakan tonggak awal bagi Din mulai menulis sajak di kampung halamannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun